By Christie Damayanti
Dia, meninggalkan dunia remaja milenialnya, untuk belajar melayani masyarakat dunia .....
Seorang anak milenial di Jepang, itu adalah imipian semua orang. Karena, Jepang memang sebuah Negara impian dengan berbagai bentuk teknologi yang memanjakan alam pikirannya sebagai anak2 milenial. Dan begitu juga untuk Michelle, anakku.
Awal pertama dia bermipi untuk sekolah, bekerja dan tinggal di Jepang adalah, "ingin tinggal di rumahnya Nobita, yang ada Doraemonnya". Hahaha ..... mimpi seorang anak TK yang baru belajar berbicara karena 4 tahun pertama dalam hidupnya, tidak dapat mendengar.
Dia mengasah kemampuannya untuk belajar seni dan music awalnya, untuk kuliah di Tokyo. Sampai pada saatnya di belajar bahasa Jepang selama 2 tahun sbelum kuilah, dia mengganti cita2 sebagai pakr seni dan music.
Karena selama dia belahar bahasa di Tokyo, dia bekerja paruh waktu di 3 tempat strategis di perusahaan2 terkenal dunia. Sebagai pekerja hotel di Hotel Disney Celebrate di Shin-Urasayu, sebagai kasir di Seven Eleven di Shin Urayasu dan sebagai pramusaji di Restoran Ramen Ichiran di Asakusa.
Sehingga, akhirnya dia memantapkan langkah masa depannya di bagian "hospitality" atau bidang pelayanan masyarakat, dengan mendaftarkan kuliah nya di jurusan Pariwisata. Karena, dengan pekerjaannya yang paruh waktu, dia sudah mulai belajar awal untuk melayani warga Tokyo, yang datang ke hotel, seven eleven dan Ichiran ......
Apakah aku mengijinkan?
Hahaha .....
Namanya juga orang tua. Inginnya minimal salah satu dari kedua orang anakku, ada yang mengikuti karirku sebagai seorang arsitek, bukan? Apalagi, keluarga ku sebagian besar adalah di jurusan teknik. Bapak dan ibuku, aku dan salah satu adikku dari ketiga adikku. Yang berbeda dari dunia teknik adalah adikku yang kecil di dunia ekonomi dan anakku yang besar, di dunia desain multimedia.