By Christie Damayanti
 Dokumentasi pribadi
"Sedangkan burung2 di langit pun bisa makan, padahal mereka tidak menanamnya"
Beranjak dari Naka Meguro, dengan kekecewaan karena tidak bisa masuk ke "Starbuck Reserve Roastery", aku ingin makan di Ikebukuro. Disana memang tempat makan yang aku tahu pasti, aku akan mendapatkan apa yang aku ingin makan.
Aku berjalan menuju stasiun Metro subway Naka Meguro dengan line kereya Tokyu-Toyoko, ke Ikebukuro. Stasiun cukup padat, karena memang itu jam2 makan siang, setelah aku menghabiskan waktu cukup lama di Naka Meguro.
Dari Naka Meguro ke Ikebukuro tidak jauh. Cums sekitar 17 menit saja lewat subway, aku haya baar sekitar 237 Yen saja, aku sudah sampai ke Stasiun Ikebukuro.
Langit masih mendung, dan hujan rintik mulai turun. Aku tdak membawa payung, sehingga aku tetap berteduh dulu di stasiun, sambil berpikir, jika hujan tidak berhenti berarti aku harus punya 'plan B', cari makanan yang tidak usah kekuar dari stasiun.
Soooooo .....
Akhirnya, aku masuk ke minimart untuk membeli onigiri, inari dan makanan2 kesukaanku untuk makan siang dengan tidak keluar dari stasiun karena hujan masih turun. Tetapi, ketika aku membayar, wah ..... hujan berhenti! Jadi, aku langsung kekuar stasiun untuk mencari tempat untuk makan.
Aku tidak jadi mencari restoran, tetapi mencari tempat untuk makan. Dan, aku menemukan sebuah tempat asik, beberapa blok dari Stasiun Ikebukuro, ditemani puluhan burung dara .....
Ikebukuro Nashiguchi Park
Ikebukuro Nishiguchi Park atau Ikebukuro West Gate Park terletak berdekatan dengan Tokyo Metropolitan Theatre, yang terletak di depan Stasiun Ikebukuro. Taman ini menawarkan suasana artistik dengan beberapa benda seni diletakkan di dalamnya.
Â
Dokumentasi dari Google Map
Nishiguchi Park, beberapa blok dari Stasiun Ikebukuro, tempat aku makan bersama burung2 itu .....
Ini adalah taman perkotaan Ikebukuro. Tidak terlalu besar, dekat dengan stasiun, dan berfungsi untuk  ruang public. Sekedar berjalan atau tempat beristirahat makan siang yang membawa makanan dari rumah.
Taman ini dibangun bersama dengan Tokyo Metropolitan Theatre tahun 1990, sungguh nyaman untuk makan siangku, bahkan puluhan burung2 dara itupun merasa nyaman tanpa ada yang mengganggu. Padahal, warga disana pun lalu lalang, tetapi burung2 itu sama sekali tidak terganggu.
Â
Dokumentasi pribadi
 "Tokyo Metropolitan Theatre", di Ikebukuro Nishiguchi Park
Awalnya, aku takut mengganggu burung2 itu untuk makan bersama. Perlahan, aku kayuh kursi roda ajaibku mendekati burung2 itu. Semakin lama, semakin dekat sampai akhirnya beberapa burung dara itu justru mendekati kakiku .....
Â
  Dokumentasi pribadi
 Bahagiaku, makan siang bersama mereka ......
Mereka mematuki biji2an yang diterbangkan angin dari beberapa pohon yang berbunga. Mereka terlihat senang mematuki biji2an itu, sehingga aku yakin bahwa kursi rda ajaibku tidak mengganggu mereka. Dan aku crpat mencari titik yang terbaik menurutku untuk memperhatikan mereka dan untuk aku makan onigiri dan inariku ......
Hampir semua Negara, memberikan kesempatan semua makhluk untuk bernaung, termasuk di perkotaan. Begitulah yang seharusnya. Sehingga, 'rantai kehidupan' dalam sebuah ekosistem akan berjalan dengan baik. Juga bagian dari apa yang Tuhan rencana kan kepada setiap makhluknya, termasuk faun dan flora.
Jepang, adalah salah satu Negara yang sangat menghormati kehidupn, termasuk untuk fauna dan floranya. Seperti burung2 dara yang selalu ada di semua perkotaan. Mereka berimigrasi dari temat satu ke tempat yang lain. Jika mereka menemukan tempat untuk makan dan bernaung, mereka akan hinggap disana dan memakan apa yang ada.
Ketika aku travelling kemanapun di luar Negara Indoesia, dan aku menemukan burung2 di perkotaan aku akan memberikan remah2 roti atau sisa2 makanan yang aku bawa, dengan menebarkan nya. Sabil aku menebar reah2 roti, aku pun ikut makan yang aku bawa.
Â
Â
Puluhan burung dara, terus mematuki biji2an, makanan dari Tuhan untuk mereka .....
Mengamati puluhan burung itu, yang mematuki biji2an sebagai makanan mereka, membuat aku tersenyum. Aku ingat kata2 Tuhan Yesus ku,
"Sedangkan burung2 di langit pun bisa makan, padahal mereka tidak menanamnya"
Ketika kita merasa tidak bisa mendapatkan makanan karena kita tidak bisa bekerja karena kita cacat, PERCAYALAH bahwa Tuhan sudah sediakan makanan untuk kita, asala kita percaya dan berhikmat .....
Sebuah kenyamaan dalam perumpamaan, untuk membat kita sadar, bahwaPERCAYA dan BERHIKMAT adalah salah satu kunci kekuatan iman kita .....
***
Aku tetap duduk diatas kursi roda ajaibku. Aku mlai membuka onigiriku. Dan mulai memakannya. Burung2 itu terus mematuki biji2an itu, terus dan terus, tanpa mengacuhkan aku. Kami saling menikmatik makanan2 kami, sampai akhirnya di onigiri yang ketiga, setengahnya aku remas2 dan sebagian rmasan nya, aku letakkan di tangan kiriku sambil aku memangggil burung2 itu,
"Kkrrrrrr ..... kkrrrrrrrr .... Krrrrr......", sambil tangan kiriku kuangkat keatas.
Dan beberapa burung itu menghampiriku, dan mematuk butiran2 nasi Jepang di tangan kiriku dengan takut2 .....
Hihihi ..... tangan kitiku agak gemetar ketika 2 ekor burung itu hinggap di pergelangan tangan kiriku. Aku hanya takut patukkan paruh burung itu melukai tangan kiriku. Tetapi ternyata tidak! Burung itu mematuk butiran nasi Jepang onigiri itu dengan cepat dan tidak melukai tangan kiriku .....
Ketika remahan nasi di tangan kiriku itu sudah habis, gentian aku menebarkan sisa remahannya di sekelilingku. Waaaaaa ...... burung2 itu berterbangan kearahku!
Ya Ampuunnn, bahkan urung2 itu mengambil remahan2 itu langsung dari udara, sebelum remahan2 itu jatuh ke permukaan taman. Sisa remahan2 yang jatuh ke permukaan taman itu pun, diserbu puluhan burung2 dara itu .....
Aaahhhhh .....
Aku bahagia makan disana. Makan bersama burung2 dara itu. Aku makan 2,5 buah onigiri dan setengahnya kuberikan kepada burung2 iru berupa remahan2 nasi Jepang onigiri. Setelah itu, aku mmbuka inari. 3 buah inari aku makan, dan 1 buah inari kuremas dan kuberikan untuk burung2 itu.
Kami saling berbagi .....
Kami saling mengerti .....
Mereka tidak menggangguku, bahkan ketika sebelum remahan itu kutebar, burung2 itu tidak "mencurinya" dariku. Mereka siap ditempat, sampai aku menebarkannya dan mereka berebutan untuk mematukinya .....
Dan, aku pun tidak mengganggu mereka, hanya mengamati, memotret dan tersenyum pada mereka ......
***
Perumpamaan Tuhan itu adalah kenyataan. Burung2 itu mendapatkan makanannya dari Tuhan, lewat 'rantai kehidupan' yang Tuhan berikan .....
Angin yang menerbangkan biji2an itu untuk mereka, dan aku memberikan remahan onigiri dan inari, itu adalah sebuah 'rantai kehidupan', untuk mereka bahkan untukku. Sebuah makna hidup dari perumpamaan dalam kenyataan .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H