Seperti Kayoko, misalnya. Tiba2 dia menegurku dengan bahasa Inggris yang terpatah2. Dengan bahasa tubuh dan sedikit bahasa isyarat, Kayoko berniat untuk memfoto ku.
Setelah itu, kami banyak ngobrol walau sama2 tidak mengerti. Hihihi .....
Dia memakai baju keren, bukancasual. Dress krem diatas lutut dengan stocking hitam pekat, dengan jaket kulit juga hitam. Wajahnya khas Jepang dan membawa tas keren bermerk. Benar2 menunjukkan kelas hidupnya.
Dia bercerita, bahwa setiap jam sekian (sekitar jam 15.00) dia ke Shunjuku Gyoen untuk menikmati keindahan Sakura. Sepertinya, dia selalu pulang dari kantor untuk ini khusus.
Dia juga bercerita, hampir setiap sore sampai malam, dia dengan teman2nya membawa tikar denan makanan2 kesukaan mereka, sambil juga minum2 sake sampai malam. Ereka melakukan "Hanami", piknik di tikar bersama teman2 dan handai tolan, makan minum dan besenda gurau .....
Kata2nya yang belepotan bahasa Inggris itu, memancarkan kebahagiaannya. Dia terlihat sangat menikmati hidupnya, sebagai warga Jepang yang mencintai negaranya salah satunya menikmati bunga Sakura dan budaya "Hanami" nya .....
Mungkin, kami mengobrol sektar 30 menit, sebelum dia pamit untuk pulang dahulu, mengambil tikar dan makanan2 serta sake untuk Hanami. Sayangnya, aku tidak bisa ikut, ketika dia menawarkan untuk ikut Hanami, karena aku harus pulang segera untuk membereskan koper2ku, karena besoknya aku harus terbang kembali ke Jakarta jam 17.45.
Dan lagi, aku tidak bisa duduk di tikar, walau aku bisa duduk di kursi roda. Mungkin jika Tuhan berkenan, musim semi 2020 tahun depan, aku datang lagi di Shinjuku Gyoen dan bisa saja bertemu dengan Kayoko lagi. Dan jika dia mengajak aku untuk ikut Hanami, aku pasti tidak akan menolak!
Catatan :
Disaat yang lain, di musim semi yang sama ketika aku sudah ada di Jakarta, Michelle dengan teman2nya melakukan "Hanami" ala anak2 muda Indonesia, di Shinju Gyoen. Ah ..... bikin aku bapeeeeerrrr .....