Bodoh dan ngga telitinya aku adalah tidak mencocokan nomor polisi dan nama supir Blue Bird.
Mobil jalan perlahaaaaaaaan... sekali, mungkin 20km/jam. Dan si sopir tanya-tanya tentang stroke. Aku mulai sebel. Argo jalan terus, sampai lewat estimasi. Sudah lewat 11.000. Okelah, ya sudah, nggak apa-apa. Toh, cuma belasan ribu. Walau sebel.
Tiba-tiba dia memegang tangan kananku yang lumpuh, mengusap dan menekan-nekan tangan kananku yang lumpuh. Sambil bertanya, "Kebas ya?"
Aku sudah mulai marah, tapi aku ngga bisa marah karena jika aku diapa-apakan aku ngga bisa berkutik. Ingat, aku lumpuh. Kalau dia tahu aku takut, mungkin malah dia akan membawa aku kabur dan aku tidak bisa lompat, kan?
Aku mulai merapatkan tubuhku ke pintu. Takut dia pegang tanganku lagi.
Setelah aku tepis dan bereaksi keras mataku sudah terasa memerah, karena marah.Â
Aku bisa mendeteksi tubuhku, jika aku semakin "naik" kemarahanku pasti wajahku memerah, termasuk mataku!
Mobil tetap lambat, bahkan semakin lambat, dengan lampu sein terus menyala ke arah kiri. Salah-salah dia bisa tiba-tiba membelokkan mobilnya masuk ke jalan-jalan kecil perkampungan Kampung Melayu, dan susah untuk di-track.
Dia juga tanya-tanya, "Di rumah ada siapa aja?"
"Ada anakku dan temannya dan ibuku", jawabku
Aku berbohong, karena jika aku jujur bahwa tidak ada orang di rumahku, mungkin aku disekap di rumahku sendiri dan.... Ah, aku ga bisa membayangkannya.