By Christie Damayanti
Toilet disabilitas, dengan "closet pintar" yang hangat serta berbagai macam tombol di dinding samping closet, dan sandaran belakang closer. Ada tempat sampah di dinding, flush di dinding, tissue serta grab bar, termasuk di sisi yang bisa di buka dan di tutup. Sandrat terbaik di dunia, toilet disabilitas di Jepang.
Setelah ikuti "Wisata Toilet", mati kita mulai berpikir tentang bagaimana kita bisa mengaplikasikan semua yang sudah kita pelajari. Bagaimana cara kita bisa memberikan kontribusi untuk pelestarian alam lewat desain dan pemakaian "toilet pintar" ini.
Karena aku sedang fokus untuk mencoba membawa Indonesia ramah disabilitas, salah satu yang aku sedang geluti adalah toilet disabilitas. Mumpung sekarang aku sedang mempelajari tentang toilet dengan semua kebutuhan bagi disabilitas.
Bagaimana toilet disabled bisa membantu kaum disabilitas?Â
Jangan lupa, disabilitas itu termasuk kaum lansia. Istilahnya secara internasional adalah kaum PRIORITAS = DISABILITAS + LANSIA.
Tentu saja, karena seperti yang aku tuliskan semua di banyak artikel sebelumnya, bahwa toilet itu sekarang bukan hanya sekedar "urusan belakang saja", tetapi sekarang dan untuk masa depan, toilet dibutuhkan sebagai gaya hidup' dan sebagai 'sahabat' yang terbaik manusia.
TOILET DISABLED
Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan "toilet disabled?" Bukannya sama saja ya, antara toilet umum dengan toilet disabled? Kan sama2 ada closet, ada wastefel, ada asesorisnya?
Sangat berbeda!
Mari kita pelajari satu persatu, untuk membangun kebutuhan dan kepedulian untuk teman2 disabilitas :
Dimensi ruang toilet disabled
Toilet disabled, butuh ruang yang cukup luas, untuk kaum disabilitas. Alat bantu yang tebesar bagi mereka adalah kursi roda. Ada juga alat bantu walker dan tongkat. Dan yang terbesar adalah kursi roda.
Kursi roda pun ada banyak jenis. Manual atau elektrik. Karena antara kursi roda manual dan elektrik, berbeda dimensinya. Artinya, dimensi toilet disabled harus lebih dipelajari untuk berbagai kemungkinan2 bagi kaum disabilitas.
Kursi roda mempunyai manuver2 tertentu dimana tidak mudah untuk memutar kursi roda, jika ruang toilet terlalu kecil atau sekedar 'pas' saja.
Ruang yang sangat minim untuk toilet disabilitas adalah 2 meter x 2 meter. Itu sangat minim, tetapi masih cukup baik untuk manuver kursi roda.
Berbeda dengan kursi roda elektrik. Walau dimensinya lebih besar sekitar 5% sampai 10%, tetapi pergerakannya bisa di 1 poros (pivot), sehingga tidak terlalu membutuhkan ruang sebesar kursi roda manual.
Pintu toilet disabled
Konsep pintu toilet disabled, dahulu menurut Neufert adalh dimensi minimal 80 cm dan memakai jenis pintu swing terbukan keluar. Mengapa pintu terbuka keluar? Karena, jika membuka kedalam akan membuat ruang toilet tidak bisa dipakai keran space rang untuk ayunan pintu.
Â
Atau jika mempunyai lahan yang luas, mungkin bisa dengan pintu membuka kedalam, karena posisi kursi roda, bisa seperti gambar diatas.Â
Tetapi, walau kita mendesain dengan sliding door kiya tetap memperhatikan tentang dimensi dan maneuver kursi roda. Bahwa, kursi roda membutuhkan space yang lebih luas.
Jika pintu sliding yang bukan elektrik, harus pintu ysng ringan dan jika disentuh sudah bisa untuk membuka dan menutup. Karena jika tidak, disabilitas akan juga keculitan untuk membuka dan menutup.
Â
Disisi pintu, selalu ada tanpa "kaum prioritas" (gambar kursi roda, lansia, ibu hamil, orang sakit bahkan keluarga), dan pintu geser (sliding door), dengan 2 tombol merah dan hijau dan langsung terkunci. Â Jadi, jelas kan, mengapa disabilitas membutuhkan dimensi dan pintu toilet khusus?
Closet pintar toilet disabled
Jika ada 3 pilihan, closet yang mana yang nyaman untuk pemakai, lebih2 untuk disabilitas?
Â
Closet 1 :
Single flush dengan menggelontorkan air 4,8 liter. Ini memang closet jaman dulu. Boros untuk konsep penghematan air. Dan posisi untuk flush, berada di belakang punggung. Tidak nyaman untuk pengguna apalagi untuk disabilitas. Susah memutar tubuh untuk flush
Closet 2 :
Dual flush dengan menggelontorkan air 4,5/3 liter. Closet modern, lebih baik dari konsep penghematan air. Bisa flush tombol besar untuk limbah padat dan flush tombol kecil untuk limbah cair. Tetapi, posisi flush tetap di belakang, dan tidak nyama bagi pengguna, apalagi disabilitas.
Closet 3 :
Wall facet dengan menggelontorkan air 4,5/3 liter. menempel di dinding. Untuk diingat, menempel di dinding, berarti tetap memang di belakang punggung pemakai. Tetapi karena posisinya cukup jauh dari tempat duduk closet, pengguna tetap harus berdiri dahulu untuk flush. Artinya, lebih nyaman untuk flush. Tetapi, BUKAN UNTUK DISABILITAS!Â
Mengapa? Karena, mereka tidak bisa berdiri apalagi berjalan, sehingga mereka membutuhkan lebih dari sekedar sebuah closet dengan flush nya. Jenis apa yang dibutuhkan untuk disabilitas?
Â
Closet untuk disabilitas, sebaiknya dengan senderan dengan bahan yang empuk (seperti di foto atas). Karena, disabilitas memounyai tubuh yang rentan, dimana mereka butuh bersender untuk kenyamanannya.
Konsep baru untuk closet toilet disablitas, mungkin bisa diciptakan bagi disabilitas yang lebih "parah"
Â
Ada yang lain? ADA!
Â
Juga dengan tempat sampah khusus untuk closet. Biasanya, tempat sampah ada 2, di dekat closet dan di dekat wastafel.
Baca juga: Pesona Hotel Semarang Sediakan Toilet Disabilitas
Grab bar toilet disabled
 Ada beberapa konsep tentang grab bar khususnya untuk toilet disabilitas :
Â
Konsep pemakaian grab bar adalah untuk berpegangan pengguna. Khusus untuk disabilitas, mereka membutuhkan pegangan untuk bergerak. Dari duduk di closet dan berpindah ke kursi roda, mereka membutuhkan bar ini untuk menarik tubuh mereka yag berat.
Catatan khusus :
Pada toilet disabilitas, bukan hanya disabilitas di atas kursi roda saja. Ada yang memakai "walker". Atau tongkat. Atau tidak memakai apa2 sebagai alat batu, tetapi mereka berjala dengan perlahan. Mereka tetap memerlukan pegangan. Jadi, DIPASTIKAN POSISI GRAB BAR DIMANA2, dengan ketinggian sekitar 80 cm -- 90 cm, dengan berbagai bentuk, sesuai dengan fungsinya.
Â
Grab bar yang bisa di buka dan ditutup ini, ada fungsi lain untuk pengguna kursi roda. Apakah?
Â
Jadi, ada sisi yang cukup luas untuk kursi roda (minimal 90 cm), untuk kursi roda "parkir" dekat closet, supaya mereka bisa berpindah, tanpa minta bantuan orang lain.
 Wastafel atau lavatory toilet disabled
Â
Â
Lalu, wastafel nya jangan tertutup di bewahnya, supaya kursi roda bisa "masuk. Cermin "menunduk" supaya pengguna kursi roda bisa bercermin.
Tempat sampah toilet disabilitas
Tempat sampah, sebenarnya bukan sekedar untuk membuang sampah. Apalagi di toilet disabled. Untuk di toilet umum, jelas harus ada 1 tempat sampah di cublicle kecil dan di bawah wastafel bersama.
Tetapi untuk di toilet disabilitas, MINIMAL ADA 2 TEMPAT SAMPAH, di sekitar closet dan di dekat wastafel. Atatu juka ruangan kecil, tempat sampah bisa berada di tengah antara closet dan wastafel. Karena jika tempat sampah terletak di dekat pintu, disabilitas susah untuk membuangnya :
Sampah tissue akan dilempar kea rah tempat sampah, tapi lebih banyak meleset. Sehingga, sampah tissue bertumpuk di lantai.
Atau, sampah tissue dibuang ke closet, sehingga closet akan mampet. Jika tissue adalah bukan tissue yang larut dalam air.Â
Tombol emergensi, dengan warna merah dan diletakkan di dekat closet. Disabilitas bisa drop, jika berada di atas closet, sehingga dia membutuhkan bantuan. Bisa dengan tombol, atau dengan tali penarik. Dan tombol emergensi, akan langsung terdengar ke ruang "emergensi", klinik atau manajemen.
Baca juga: Taman Dukuh Atas dengan "Viewing Deck", yang Tanpa Fasilitas Disabilitas
Tempat sabun, tissue, hand-dryer, sebaiknya dengan benda2 otomatis, untuk memberi kenyamanan2 bagi disabilitas. Tempat tidur dewasa, sangat dibutuhkan! Mereka sebagian memakai diapers (pampers), dan jika tidak ada tempat tidur (yang bisa di lipat/dibuka tutup), bagaimana mereka untuk memasang diapers? Butuh tempat untuk menggelar diapers, dan disabilitas duduk atau bebaring diatasnya, dan dipakai.
Konsep ruang toilet disabilitas, bukan sekedar basa basi saja. Di Indonesia khususnya di Jakarta, toilet disabilias atau fasilitas2 disabilitas, tidak sesuai dengan standard dan kebutuhan. Realitasnya, HANYA BASA BASI saja.
Kepedulian, memang bukan hanya di bibir saja. Kepedulian, harus keluar dari "hati". Aku hanya ingin berteriak,
"Jika kita ingin membangun bangunan yang mulai untuk ramah disabilitas, ajaklah disabilitas. Supaya mereka ikut berdiskusi, apa yang mereka butuhkan. Tetapi jika memang susah untuk mendatangkan disabilitas, buatlah selalu simulasi. Misalnya, dengan kursi roda dan desainer duduk diatasnya, sehingga mereka bisa mempunyai gambaran untuk kebutuhan mereka"
 ***
 Ini adalah konsep sebuah ruang toilet disabilitas, menurut aku sebagai arsitek yang juga seorang disabilitas. Materinya ada tetapi tidak semua. Sebagaian, aku terapkan sendiri. Karena, sebagai arsitek dan juga disabilitas, aku tahu apa yang aku butuhkan.
Semoga, konsep ini bisa diterapkan. Bukan untukku saja, tetapi untuk teman2 disabilitas di Indoneisa, khusunya di Jakarta. Dan kesemuanya, adalah menuju ke awal sebuah kota yang "ramah disabilitas".
Sebelumnya :
 "Toilet Pintar" untuk Dunia Kita
 Bicara Tentang Kesehatan dan Kenyamanan di Toilet Umum, Mungkinkah?
 Berbagai Macam Teknologi "Eco" untuk Toilet Modern
 "Wisata Toilet", Bukan Sekedar Tentang Kloset dan Air Saja
 Teknologi Toilet bagi Kaum Prioritas, Hemat Air dan Melestarikan Lingkungan
 Toilet itu Adalah "Sahabat" Kita. Heh, Lebay Banget!Â
 Catatan Tentang Disabilitas Netra dan Pemakai Kursi Roda
 Sebenarnya, Bagaimana Standardisasi [Minimal] untuk "Toilet Disabled?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H