Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Toilet Disabled Terminal 3 Internasional Bandara Soekarno Hatta, Manusiawikah? Lebaykah?

10 Januari 2019   12:08 Diperbarui: 10 Januari 2019   12:39 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

Lokasi toilet disabled, jauh dari lokasi toilet umum pria dan wanita, karena kaum disabled memang membutuhkan fasilitas2 khusus, BUKAN karena manja, tetapi KARENA SUSAH UNTUK MOBILISASI .....

Bandara Soekarno Hatta Terminal 3 Internasional, memang sudah jadi dan sudah banyak pesawat yang keluar masuk lewat Terminal 3 Internasional. Tetapi, karena selama 2 tahun ini, lebih dari 7 kali bepergian hanya ke Jepang saja untuk menengok anakku yang kuliah dan bekerja di Tokyo, maka aku hanya naik Japan Airline (JAL), yang kebetulan sekali keluar masuknya masih lewat Terminal 2.

Tetapi, sejak Oktober 2018 lalu, Japan Airline sudah memakai fasilitas Terminal 3. Jadi, aku memang belum pernah ke Terminal 3 Internasional.

Desember 2018 lalu, tanggal 23 anakku mudik dari Tokyo selama 2 minggu di Jakarta. Kami menjemputnya di Terminal 3 Internasional naik ANA dan mengantarnya kembali lewat Terminal 3 Internasional.

Kemarin, Senin 7 Januari 2019 lalu pagi waktu antar Michelle ke bandara. Karena bandara baru yang aku baru masuki, seperti biasa aku jalan2 dan foto2 sementara menunggu saat anakku boarding. Setelah sarapan di A&W karena chek-in jam 5.00 subuh dan pesawat jam 7.15, kami belum makan di rumah. Dan aku sempat 2x ke toilet disabled.

Namanya juga bangunan baru, aku yakin semuanya masih nyaman dan sudah di desain dengan baik, lebih baik dari Termenal 1 atau Terminal 2. Aku yakin betul.

Aku tidak berjalan2 di banyak tempat, karena waktunya terbatas. Tetapi di 2x aku berada dalam toilet disabled yang berbeda, aku sungguh kecewa .....

Pertama, 

Ketika 2x aku menuju toilet, petunjuk arah dan tanda2 nya jelas, arahnya kemana. Tetapi ketika sudah sampai toilet dengan tanda warna biru untuk pria dan warna pink untuk wanita, lah ...... mana tanda toilet disabled?

Aku masuk ke toilet umum wanita, dan tidak ada tanda disbled. Tidak ada petugas dan aku bingung. Lalu aku keluar, dan menemukan ceaning service sedang mengepel lantai. Aku bertanya, dan dia menunjukkan toilet disabled berada di SEBELAH toilet umu pria. Dan aku  menuju kesana .....

Di depan toilet umum pria, aku bingung lagi. Karena sama saja. Tidak ada tanda toilet disabled. Bingung lagi. Dan bertanya pada cleaning service yang lain, dan menunjukkan toilet disabled "ngumpet" berda sekitar 2 meter dari toilet umum pria, TIDAK ADA TANDA TOILET DISABLED, DAN PINTU MASUKNYA NYEMPIL KECIL ......

Wah ..... untung aku pakai kursi roda sehingga tidak cape mencari dan menemukannya. Bagaimana dengan disabled yang tidak memakai kursi roda? Orang tua yang pakai tongkat? Atau disabled netra yang tidak bisa meraba posisi dan lokasi tempat yang dia butuhkan?

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Jika di ruang public yang cukup luas, toilet disabled PASTI ditempatkan di tengah2 antara toilet umum pria atau wanita, karena biasanya, toilet disabled adalah untuk uni-sex atau untuk keluarga .....

***

Di luar neeri dimanapun, lokasi toilet disabled sangat strategis. Bahkan, mereka bela2in meletakkan toilet disabled agak jauh dengan toilet umum, supaya kaum disabled gampang mengaksesnya. Toilet disabled di banyak Negara, sangat strategis, dengagn lambing kursi roda, besa2, bahkan sebesar dindingnya!

Konsep yang dilakukan di Terminal 3 Internasional Bandara Soekarno Hatta ini, sepertinya masih malu2 atau malas2an untuk mengangkat kepeduliannya bagi kaum disabled! Padalah, konsep toilet disabled secara pakem internasional, itu sudah sangat jelas! Dan bandara ini, belum melakukannya.

Sayang sekali, bandara baru seharusnya sudah memberikan pelayanan yang lebih baik, tetapi bari untuk mencarinya saja sudah susah ......

Kedua,

Pintunya sudah otomatis. Sliding door. Dengan suara berbahasa Inggris. Cukup baik, asal bandara harus merawatnya dengan bik, karena aku tahu sekali Negara kita tercinta ini! Bisa mendesain, bisa membangun tetapi belum pintar untuk memelihara, bahkan semakin lama fasilitas2 yang ada semakin tidak terpelihara. Semora, tidak demikian dengan ini .....

Toliet nya sendiri  sudah lebih bagus, baik yang untuk umum dan untuk diabled. Ukurannya sudah cukup OK dengan kursi roda. Kebersihan, lumayan. Tidak ada sampah tissue bertumpuk.

Tetapi ternyata baruuuuuu bbrp bulan dipakai, 2 toilet disabled yang kudatangi, flush closet nya sudah tidak berfungsi , sehingga ketika aku keluar dari toilet meninggalkan sisa2 air berwarna kuning, yang pasti nantinya akan berbau pesing, huhuhu .....

Sebuah toilet umum, Apalagi di ruang2 publik kelas internasional seperti ini, haruslah fasilitas2nya lengkap! Indoneisa di ruang2 publik nasional, pada kenyataannya selalu TIDAK ADA TISSUE, sehingga pengguna harus menyiapkan tissue sendiri!

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
                              Bahkan, di beberapa tempat di Jepang, terdapat banyak toilet gulung. Selain untuk fungsinya, juga untuk hiasan atau dekoratif

 

***

Tahu, ga?

Di ruang public di semua negara2 maju (Indonesia mau menjadi Negara maju, bukan?), tissue bisa jualan di toilet! Karena setiap titip selalu ada tissue dan bergulung2! Aku mengerti, karena pada kenyataannya masyarakat Indonesia belum bisa memelihara dan belum bisa menghargai kebutuhan pemakai2 selain dirinya sendiri! Tapi, sampai kapan?

Petugas wanita nya pun waktu itu, tidak ada sama sekali, sehingga, jika kami yang disabled butuh bantuan sewaktu2, tidak ada yang bisa membantunya ......

Ketiga,

Tentang posisi dan likasi peralatan dan alat bantu di dalam toilet, khususnya bagi toilet disabled.

Mendesain toilet khususnya toilet disabled itu dibutuhkan pemahanan dan kepedulian. Pakem toilet disabled secara internasinal pun, sudah bisa diakses secara internet. Sejak aku kuliah arsitektur, ada buku Neufert, untuk mempelajari konsep2 dan pakem2 secara internasional.

Jadi, dalam hal ini sang arsitek harus paham betul lewat desain2 dan pakem2 secara internasional. Jika untuk disabled, ada beberapa pakem2 khusus untuk mengerti dan memahami bahwa toilet disabled membutuhkan KEPEDULIAN dari arsiteknya dan dari yang membangunnya !

Yang sederhana saja, posisi tempat sampah! Dimana2 di Indonesia yang ruang publiknya mempunyai fasiliyas toilet disabled, posisi tempat sampahnya jauuuuuuuhhhhhhhhhhh ...... dari closet dan dari wastafel! Kenapa, sih?

Tempat sampah adalah untuk membuah sampah tissue dari arah closet dan wastafel. Tetapi mengapa petugas (atau desainnrnya, dengan gambar letak denahnya) meletakan tempat sampah jauh dari closet dan wastafel?

Ini terjadi di toitel disabled Bandara Terminal 3 Internasional! Sampah tissue susah untuk dibuang karena KAMI SUSAH UNTUK BERGERAK! Memakai kursi roda dantongkat, adakah yang peduli???

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
 

                    Tempat sampah PASTI dekat colest dan ada lagi di dekat wastafel! Bukan di ujung ruang yang harus melempar sampah tissue nya!

  

Percaya deh, semakin kesini, aka nada sampah tissue yang menggunung karena sampah akan dilempar dari closet atau wastafel dan tidak masuk ke tempat sampah!

 

Atau sampah tissue nya dibuang ke calam closet dan di flush, sehingga nantinya akan menyumbat closet! Dan itulah yang terjadi dengan semua tempat di seluruh Indonesia! 

Lebay??? Coba saja renungkan! 

Juga posisi wastafel bagi toilet disabled! 

Posisi wastafel sangat tinggi sekitar 90 atau 100 cm dari permukaan lantai, bagi disabled di atas kursi roda! Sekali lagi, konsep toilet disabled itu, bukan main2 lho. Semua sudah di riset oleh konseptor2 handal. 

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Posisi wastafel antara 90 cm -- 100 cm, aku tidak bisa menjangkau kran air dan aku tidak bisa melihat wajahku di cermin. Hanya terlihat ujung kepala saja. 

Berapa luas, berapa tinggi. Berapa besar dan berapa banyak jumlah barang2 yg dibutuhkan bagi kaum disabled, itu sudah diukur dan sudah di riset. Bagaimana arsiteknya? Atau desain arsitek nya sudah benar, tetapi kontraksornya yang ngawur??? 

Posisi wastafel, SETIDAK NYA adalah setinggi posisi wastafel standard normal. Antara 70-72 cm. Karena kami yang duduk di kursi roda dan yang tidak bisa berdiri dari kursi roda, masih bisa menjangkau kran air dan wajah kami masih terlihat di cermin! 

Akan sangat baik, ketinggian wastafel di toilet disabled adalah lebih rendah dari itu. Bisa sampai 60-65 cm, supaya yg duduk di kursi roda (apalagi mmg TIDAK BISA BERDIRI), bisa memakai wastafel. Bahkan, ada beberapa type wastafel khusus untuk disabled, dimana posisi kursi roda bisa nyaman, karena dengan pancakan kaki membuat kursi roda tidak nyaman untuk melihat wajah di cermin ..... 

Laaaahhh, ini malah 90 - 100 cm ..... 

Manusiawi kah? 

Kaum disabled tetap punya hak sebagai manusia dan warga negara juga, lho!!! 

Lebay? TIDAK !!! 

Semoga next artikel, dibaca oleh yang berwenang. Entah arsiteknya, atau kontraktornya. Yang jelas, oleh "yang punya bandara" .... 

Lebay lagi ????  

Pasti ada yang berpikir gitu, kan? 

Bodo ah! 

Aku cuma menyuarakan sebuah rasa dan hati sebagai bagian dari manusia2 tidak sempurna secara fisik dan aku Cuma mau kami sebagai bagian dari kaum disabilitas dunia, bisa bersama2 memperoleh hak kami dengan melakukan kewajiban2 kami yang juga sama dengan yang normal ......

 


 

Catatan : Ini baru toilet disabled nya saja, belum pengamatan tentang fasilitas2 disabled yang lainnya. Yang jelas, di Terminal 3 Internasional yng baru ini, pun tidak ada jalur kuning khusus untuk disabilitas netra, lho! Duh ...... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun