By Christie Damayanti
Konsep sebuah perkotaan yang sehat, tentuah seperti makanan : 4 sehat 5 sempurna. Ada semua unsur2 untuk membuat sebuah koya, apalagi ibukota, menjadi sangat "sehat". Salah satunya adalah adanya "taman kota".
Gerakan taman kota sendiri merupakan metode perencanaan perkotaan, dimana masyarakat warga perkotaan, dikelilingi oleh "green belt" (jalur hijau, yang bisa sebagai taman kota mungil), atau sabuk hijau. Dimana greenbelt ini harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari area residensial (permukiman), industry, perkantoran serta bagian2 lain dalam sebuah kota.
Greenbelt sendiri dimulai tahun 1898 di Inggris, oleh Sir Ebenezer.
Selain kesehatan sebuah kota yang mempunyai taman kota itu sendiri, taman itu sendiri akan mandiri ketika kota tersebut mencapai titik populasi penuh dan padat. Ketika warga kota semakin penuh dan saling bersenggolan, aura akan semakin "panas".
Mereka akan cepat emosi, apalagi area hidup mereka terus semakin sempit. Artinya, emosi yang terus membubung akan menjadikan kota tersebut semakin rawan dengan emosional.
Greenbelt bisa membangun suasana lebih kondusif, dengan pepohonan hijau royo2 nya. Dan greenbelt bisa menjadikan kota itu terus berkesinambungan. Dan semakin padat kota, justru semakin harus mempunyai taman kota .....
Kemerosotan kualitas perkotaan, salah satunya dengan tidak adanya taman kota dan greenbelt. Jalur hijau itu sungguh berfungsi untuk menaikan ngka kenyamanan bagi warga perkotaan.
***
Konsep taman kota dan greenbelt d Tokyo pun menjadikan ibukota Jepang ini semakin popular di dunia. Hampir setiap kota dunia memang mempunyai taman kota dan greenbelt. Tetapi tidak semua kota dunia yang mau atau peduli untuk pemeliharaannya. Apalagi merawat dengan merenovasinya.
Seperti Imperial Palace Garden ini. Sebuah taman dari kekaisaran Jepang ini bisa menjadikan Tokyo sebagai ibukota yang nyaman dan sehat.