Tentang pelibatan pegawai non-disabilitas pun, bukan hanya disaat pelaksanaannya saja, tetapi sudah harus dilakukan sejak perencanaan program. Dan pelibatan yang dimaksud bukan hanya antar pegawai non-disabilitas dan pegawai penyandang disabilitas saja, tetapi juga pelibatan dengan Organisasi Penyandang Disabilitas (OPD) atau komunitas disabilitas yang dianggap bisa mewakilinya.
Adalah masalah aksesibilitas. Bahwa ketika hambatan fisik, hambatan komunikasi, hambatan kebijakan serta hambatan perilaku antara pegawai non-disabilittas dengan pegawai penyandang disabilitas, benar-benar bisa menjadi hambatan untuk perusahaan, aksesibilitas justru harus mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya, membuka pintu selebar-lebarnya untuk partisipasi aktif semua pegawai.
Dan itu membutuhkan dukungan penuh, dengan mengakomodir semua pegawainya, terutama pegawai penyandang disabilitas. Dukungan itu bukan berarti perlakuan khusus, tetapi ada pertimbangan-pertimbangn tertentu bagi pegawai penyandang disabilitas, untuk bisa bekerja sesuai dengan keterbatasannya.
***
Program kerja Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja menjelang Hari Disabilitas Internasional yang jatuh pada tanggal 3 Desember mendatang, jelas dimaksudkan untuk menjadi sebuah kegiatan "rising awareness" atau meningkatkan kesadaran pemangku kepentingan disabilitas, yaitu pemerintah pusat dan daerah, perusahaan dan masyarakat, untuk lebih memperhatikan secara serius para penyandang disabilitas.
Mereka membutuhkan dukungan untuk bisa memiliki rasa percaya diri. Konsep dan progam kerja ini, diharapkan mampu untuk bisa membawa penyandang disabilitas bersaing di dunia kerja kreatif, sehingga para penyandang disabilitas bisa semakin mandiri. Mandiri disini, tentu saja tidak menyusahkan Negara.
Sebuah kepedulian seperti itu yang akan menyelamatkan saya, kami dan penyandang disabilitas untuk bisa mengasah kemandirian kami. Sebuah kepedulian itu lah yang bisa membawa kami tetap tegar dan terus berusaha demi masa depan kami.
***
Sangat luar biasa, ketika perusahaan tempat saya bekerja sejak sebelum terserang stroke, tetap memberikan kesempatan pada saya untuk tetap bekerja, walaupun dalam keterbatasan. PT Agung Podomoro Land (APL), tempat saya bekerja sejak tahun 2006.
Ketika papa saya menelpon salah satu direktur atasan saya bahwa saya mungkin tidak bisa bekerja lagi dan mengajukan resign, justru direktur saya, bahkan si empunya perusahaan, tidak mengabulkannya bahkan memberikan kesempatan kepada saya seluas-luasnya untuk tetap bekerja, kapan pun saya bisa mulai. Dan pada akhirnya, saya tetap bekerja disana, sampai sekarang.
PT APL membawa kehidupan saya lebih baik lagi, ketika saya justru diminta untuk melibatkan teman-teman disabilitas untuk mulai menjadi sebuah "icon" bagi CSR kami. Saya diberikan tugas-tugas baru, untuk mengembangkan Yayasan Agung Podomoro Land (YAPL), supaya selalu bisa membantu teman-teman penyandang disabilitas dengan lewat banyak kegiatan.
Saya juga mendapat tugas khusus untuk menuliskan kegiatan-kegiatan saya dalam pelayanan-pelayanan saya bagi teman-teman penyandang disabilitas di YAPL atau di pelayanan-pelayanan pribadi saya, lewat Podomoro Magazine, dimana saya adalah salah satu kontributornya.
Saya melibatkan banyak yayasan disabilitas untuk bisa datang dan perform di Central Park Mall, salah satu proyek PT APL, dan saya blow-up dengan tulisan-tulisan saya, lewat Kompasiana.
Hasilnya?