Arsitektur vernacular Subda, diaplikasikan dengan konsep transformasi dari bangunan tradisional Sunda Julang Ngapak. Dan konsep sustainability atau keberlangsungan, yaitu lewat bentuk2 pengulangan Julang Ngapak sebagai segi-tiga2 yang berderet dalam tampak depan
 Konsep ini belum memikirkan termasuk perbaikan bagaimana bus atau angkutan umum bisa berhenti tidak disembarang tempat, di sisi shelter. Sehingga segitiga2 itu sama sekali tidak berfungsi. Bahkan mungkin justru menghalangi. Juga belum memikirkan konsep "ramah disabilitas"
Sayang, kosep ini tidak diimbangi dengan keberadaan material2 'green desain' serta belum menerapkan 'ramah disabilitas'. Pengulangan2 segitiga pun tidak menghasilkan sebuah kenyataan tentang makna tempat tentang shelter yang bisa mendapatkan kenyamanan untuk lebih nyaman mereka mencari bus2 mereka ......
Karya mahasiswa Jakarta, sebagai ibukota Indonesia, sangat berbeda dengan teman2nya di luar daerah. Jakarta memeang berada di sebuah kemodernan, sehingga konsepnya pun berbeda. Dengagn kemodrenn dan kenyamana serta keamanan, mereka harus juga memikirkan tentang keselamatan masyarakat Jakarta.
 Dengan mengambil lokasi di Grogol, dimana tingkat kriminalitas tinggi, shelter yang mereka bangun disesuaikkan dengan lingkungannya. Walau, teryata kosep mereka dipatahkan dengan sebuah ketertutupan yang cukup padat, sehingga justru shelter yang cukup tertutup ini, menjadi bahaya, karena kriminalitas tidak terlihat dari luar.
Shelter ini dibangun dengan beton dan ada sedikit bamboo sebagai material local, yang ternyata hanya sekedar pemanis saja. Karena pada kenyataannya, masyarakat yang ada di shelter itu, terlihat sangat tidak nyaman, karena ketertutupan dalam ruang yang cukup sempit.