By Christie Damayanti
Asakusa memang sebuah "permata", pusat wisata terbesar di Tokyo. Disana ada dunia Tokyo Metropolitas, dan ada Tokyo Tradisional, serta ada Tokyo Religius. Asakusa pun sudah sangat diminati oleh wisatawan manca Negara, sejak jaman kejayaan Edo (tahun 1603-1867).
Walau Asakusa hanya merupakan distrik terkecil dari 23 wilayah distrik di Tokyo, Asakusa merupakan distrik 'tua' dan selalu diminati.
Pertanyaannya adalah, Mengapa Asakusa bisa menjadi sumber perekonomian dan pariwisata Tokyo? Mengapa juga, Asakusa mampu 'bersaing' dengan distrik2 yang lain, di Tokyo?
***
ika kita mau melihaat Asakusa sebagai pusat Tokyo Religius dan Tokyo Tradisional, tentu saja kita harus datang ke Sensoji. Dari gerbang2nya sampi ke Kuil Sensoji nya, kita akan merasakan sensasi yang luar biasa!
Bsngunan2 tradisional khas Jepang, berpadu dengan bangunan2 religius sebagai sebuah kuil Buddha, akan selalu ada di hati, walaupun kita sudah pulang ke Negara masing2.
Sensasinya sungguh luar biasa! Berada di keramaian 'pasar atau shoping street' tertua di Jepang dengan kios2 khas Jepang sepanjang ratusan meter, adalah sensasi tersendiri bagi ku!
Produk2 souvenir Jepang atau makanan2 serta cemilan2 Jepang, tersedia berderet2 disana, dengan harga terjangkau.
Belum lagi, "geisha2", yang notebene wisatawan yang memakai pakaian tradisional Jepang Kimono, pun bertebaran disana!
Menjadi sebuah lata belakang kekhasan tradisional Jepang! Bisa dibayangkan, kan? "Geisha2" cantik dengan baju Kimono warna warni, berlatar belakang bangunan2 unik tradisional khas Jepang, akan berpadu dengan apik!
Dunia Jepang ketika di jaman keemasan Edo. Di Tokyo, tidak ada tempat atau ruang public yang seunik ini. Semua 23 distrik di Tokyo, menjabarkan sebuah kota metropolitan sebagai ibukota Negara Jepang. Kekayaan tradisional Jepang memang banyak di kota2 lain, terutama di Kyoto, sekitar 2 jam jika kita naik kereta cepat 'bullet train' Shinkansen.
Kuil2 Tokyo regius pun, banyak sampai pelosok Tokyo, tetapi hanya kecil saja. Hanya  untuk seputaran lingkungan saja. Berbeda dengan Asakusa, yang memang dibangun di jaman Edo, untuk bersembahyang bagi masyarakat Jepang di Tokyo.
Apakah mereka tetap mau 'berfoya2' di dunia modern metropolitan, ataukah mereka mau mundur selangkah, untuk menikmati dunia tradisional Jepang, atau bahkan mundur dua langkah lagi, untuk masuk di dunia religious mereka, itu terserah mereka!
Dunia tradisional sera religious Asakusa pun, jika kita melihat cara pandang seekor burung, kita bisa lebih bisa melihat sebuah dunia kecil di tengah2 dunia modern.
Jalan Nakamise-dori, dengan atap genteng berwarna hijau, dengan bentuk khas atapnya, dari Gerbang Kaminarimon sampai Kuil Sensoji, membbentuk deretan arsitektural tradisional, ditengah2 Tokyo modern.
Lalu, disekitaran kuilnya, terdapat Pagona 5 tingkat, sebagai tempat memuja arwah kepercayaan mereka, pun berada di belantara Tokyo Modern.
Â
Ketinggian Tokyo SkyTree ini, menjulang melebihi pepohonan, yang mampu menembus ke-tradisional-an Asakusa.
Juga, diluar kuil ada penarik becak Jepang disebut jinrikisha. Jinrikisha adalah jenis becak beroda 2 dan ditarik oleh manusia.
Mereka bertubuh gempal, dan becaknya tempat duduk cukup tinggi, sehingga lebih bisa melihat pemandangan di sekeliling, tanpa ada penutup.
Jinrikisha ini, berpangkal di sebelah Gerbang Kamirarimon. Dari situ, kita dapat berputar2 sekeliling Asakusa sampai Tokyo SkyTree. Durasinya, akan berbeda dan harganya pun berbeda2 juga. Antara 3000 Yen sampai 6000 Yen.
Jika kita naik jinrikisha  dengan baju tradisional Kimono, dan berlatar belakang bangunan2 tradisional atau bangunan religious khas Jepang, bukan kah ini merupakan permata wisata untuk Tokyo? Tidak heran, jika Asakusa benar2 menarik minat wisatawan dari seluruh dunia!
Sebuah Rickshaw atau Jinrikisha, awalnya melambangkan kereta penumpang dua atau tiga roda, sekarang dikenal sebagai becak yang ditarik, yang umumnya ditarik oleh satu orang yang membawa satu penumpang.
Penggunaan istilah pertama yang diketahui adalah pada tahun 1879.
Seiring waktu, siklus becak (juga dikenal sebagai becak atau trishaw), becak mobil, dan becak listrik diciptakan, dan telah menggantikan becak asli yang ditarik, dengan beberapa pengecualian untuk penggunaannya dalam pariwisata.Â
Dan dari sebuah Jinrikisha ini, Asakusa menjadi tempat wisata tercantik di Tokyo!
Ini baru tentang ke-tradisional-an Asakusa, ditambah dengan Tokyo yang religious, untuk sebuah area terkecil, tetapi memonyai income terbesar sebagai sumber perekonomuan dan pariwisata Tokyo khususnya, dan Jepang pada umumya .....
 ***
Sebelumnya :Â Mencoba "Omikuji", Antara Keberuntungan Baik dan Buruk di Kuil Senso-JiÂ
Kesiapan Jepang melayani Wisatawan Dunia di Nakamise-dori Â
Sumida River di Asakusa, Â Area Terbesar Wisata di TokyoÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H