Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kesiapan Jepang Melayani Wisatawan Dunia di Nakamise-dori

31 Juli 2018   11:13 Diperbarui: 31 Juli 2018   11:24 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gerbang Kaminarimon untuk menuju ke Kuil Sensoji di Asakusa. Terdapat lampion raksasa, beratnya sekitar 700 kg.

Asakusa adalah sebuah area di Tokyo Metropolitan, di daerah Taito. Terkenal karena sebuah kuil Buddha Boddhisattva Kannon. Tetapi kawasan Asakusa pernah rusak karena serangan bom dari Amerika Seritak semasa Perang Dunia II, tahun 1945. (Wikipedia).

Lokasinya tepat di tebing Sumida River atau Sungai Sumida, dan Asakusa sendiri "lebih tradisional", dari kawasan2 Tokyo yang lain.

Masyarakat dunia mengenal nama Geisha sebagai pelacur, itu karena bawaan jaman perang dunia. Tetapi sebenarnya Geisha adalah seorang pelayan untuk melayani tamu2. 

Dan Asakusa masih memiliki puluhan Geisha. Sehingga, karena Geisha masih memakai baju tradisional Jepang, memunculkan ide untuk mem-blow up Kimono Jepang untuk disewakan kepada wisatawan2 asing yang kesana.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
 Kalo ini bukan Geisha, tetapi wisatawan yang menyewa yukata (baju tradisional Jepang khusus untuk musim panas). Asakusa memang menyewakan yukata2 cantik, bagi wisatawan .....

Sensoji Temple ini dibangun pada abad ke-6. Tetapi untuk pergi kesana hanya lewat kereta bawah tanah, dari semua stasiun di Tokyo. Dan Asakusa yang sekarang merupakan sebuah permata wisata Tokyo, yang sangat digemari oleh seluruh wisatawan dunia, karena kelengkapannya!

Dari Tokyo yang pada jaman kejayaan Edo (tahun 1603 -- 1867), yang merupakan pusat pemerintahan dan perekonomian, lalu Tokyo yang modern, Asakusa masih cukup trandisional. Dengan becak Jepangnya yang ditarik oleh manusia, juga dari sovenir2 khas Jepangnya, membuat Asakusa memang menjadi daya tarik Tokyo.

Asakusa juga merupakan salah satu 'kota tua' Tokyo, dan merupakan area paling kecil diantara 23 wilayah Tokyo, dan jutaan wisatawan selalu datang ke Asakusa!

***

Secara pandangan mata wisatawan, Asakusa memang menarik sekali. Terletak di tebih Sungan Sumida, dan brlatar belakang Tokyo SkyTree, sungguh, Asakusa berhasil menjadi daya tarik yang luar biasa! Bukan hanya untuk wisatawan asing yang datang kesana saja, tetap termasuk wisatawan2 lokal serta pedagang2 sovenir yang datang dan mengadu nasib untuk sebuah 'kegilaan'.

Mengapa 'kegilaan?'

Ketika aku pertama kali ke Asakusa beberapa tahun lalu (sebelum akhurnya, aku benar2 jatuh cinta kepada Sensoji Temple ini), aku hanya berdecak kagum melihat pintu gerbang Sensoji Temple, dengan bangunan khas Jepang berwarna merah serta 'lampion' raksasa di tepat pintu masuknya. Pandangan mataku terfokus kesana, dan ayunan langkahku menuju kesana .....

 Ribuan orang juga melangkah kesana. Mereka bergembira ria, bersama keluarga dan handai tolan, berfoto bersama. Tidak terlihat ada yang sedih dan tidak ada yang terlihat ada yang bermuram durja.

 Aku melangkah lagi, memasuki pintu gerbang "Kaminarimon", dengan lampion seberat skitar 700 kg, yang sekaligus menjadi penanda dan landmark dari Asakusa. Lalu, langkahku terarah terus mengikuti arah arus wisatawan. Kerna memang setelah masuk ke gerbang, kiya diarahkan kepada Sensoju Temple atau Kuil Sensoji.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
 Awal dari jalan Nakamisa-dori, di 2 sisi jalan, pusat perbelanjaan tertua di Jepang 

Mataku terus berpusat pada ratusan meter jalan "Nakamise-dori", salan satu area perbelanjaan tertua di Jepang, yang menjual ribuan jenis souvenir dengan harga mulai yang termurah sampai yang termahal. Termasuk juga, berbagai kuliner khas Jepang, yang menerbitkan selera!

 Sebelum kita masuk ke area Kuil Sensoji, memang kuta akan terlongong2 melihat berbagai 'keunikan' Jepang. 'Kegilaan' yang aku maksud diatas memang bukan sekedar keunikan2 khas jepang, dari berbagai souvenir dan panganan khas nya saja. Tetapi juga kepada cara pandang masyarakat Jepang yang sangat bangga kepada sejarah serta budaya Jepang!

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
 

Sepanjang jalan Nakamise-dori sekitar ratusan meter dan di ujung nya adalah Sensoji Temple. Aneka jelis souvenir serta kuliner2 khas Jepang ada disana. Dan yang aku rasakan, semua pedagang disana, sangat ramah dn selalu tersenyum, menyambut wisatawan asing.

Mereka tidak bisa berbahasa Inggris, mereka selalu membungkukkan tubuhnya dalam2, ketika mereka kuta berbicara dalam bahasa Inggris, walau mereka tidak mengerti .....

 

***

Selama aku banyak kali ke Sensoji Temple ini, dan melewat Nakamise-dori, aku tidak pernah bosan menikmati berbagai keunikan Jepang. Mungkin tidak berbelanja, tetapi sering kali aku hanya sekedar iseng2 mencoba berbagai kimono atau yukata yang diperdagangkan untuk wisatawa. Mereka tidak bisa berbahasa Inggris. Mereka menawarkan barang dagangan mereka dengagn bahasa Jepang. Mereka selalu dengan ramah mengantarkan ku untuk mencoba yang menarik hatiku, dan mereka tidak pernah terlihat marah, ketika aku menggelengkan kepalaku setelah aku merasa belum cocok untuk membelinya.Mereka tetap tersenyum, melipat kembali kimono atau yukata yang aku coba, mereka tetap membungkuk ketika aku 'pamit' pada mereka unutk keluar dari toko mereka. Dan mereka mengkungkukkan tubuhnya hamour 45 derajat, sambil terus tersenyum ......Dan ini bukan hanya 1 atau 2 toko saja, tetapi semua toko yang aku masuki untuk iseg aku mencoba2 yang menarik hatiku. Dan aku semakin kagum kepada mereka ......

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Aku sendirian, di Namamisa-dori Sensoji 

***

Beda di Jepang, beda juga di HongKong dan China

Aku teringat ketika aku juga beberapa kali ke HonKong atau China. Aku tahu, mereka juga sangat bangga kepada budaya mereka, tetapi mereka masih brsemangat untuk memperlajari bahasa Inggris, terutama yang langsung berhadapat kepada wisatawan asing. Termasuk juga dengan mereka2 yang berjualan di tempat2 wisata. 

Sebuah pasar wisata di Hongkong yang disebut Mongkok atau Ladies Market, adalah sebuah pasar yang menjual berbagai barang yang pasti menarik minat wisatawan. Mereka menawrkan dengan sangat agresif, dan jika kita maju untuk melihat2 dan kita menawar disana, jangan harap kita bisa pergi dengan melanggang dari sana! 

Si penjual akan mengejar kita dengan tawaran2 dengan bahasa campur aduk, dengan membawa kalkulator mereka! Dan jika memang kita mejadi illfill dan sama sekali tidak ngin membelinya, mereka akan 'misuh2' dan marah pada kuta, dengan kata2 bahasa local mereka!

Karena aku tidak mengerti bahasa mereka, aku pun cuek saja! Tetapi jika mengerti, beberapa kali aku melihat antara si penjual dan calon pembeli akan rebut besar, karena makian si penjual, karena tidak jadi dibeli!

Sehingga, aku selalu berhati2. Jika benar2 ingin membelinya, aku akan menawar sampai harga terendah yang aku bisa tawr! Dan langsung membayarnya ..... 

Bukan hanya di HongKong saja, juga di Senzen, berseberangan dengan HongKong. Akan menjadi sulit untuk menawar Karena bahasa dan keagresifan pedagangnya.

***

'Kegilaan' bangsa Jepang yang lain pun, membuat aku sungguh tertarik untuk merenungiya. Sopan santun warga jepang memang sangat terkenal di seantero dunia. Cara mereka membungkukkan tubuhnya ketika kita brsalaman, apalagi mereka yang berterima kasih pada kuta, kadang membuat ku sedikit risih.

Entah mereka dibelakang kkita 'misuh2' seperti di HongKong, aku tidak tahu. Tetapi selama ini, tidak pernah kudengar ada yang berbuat seperti itu .....

Sensoji dengan Nakamise-dori nya, memang unik da punya budaya dasar kemanusiaan. Sebuah tempat yang bisa kita merenung di tengah keramaian ribuan wisatawan setiap harinya.

Ketika kita traveling di sebuah tempat, salah satunya disini, kkita jangan hanya  sekedar ravling, berfoto2 atau berbelanja saja. Untukku, jia aku melakukan itu, aku selalu mengamati dan merenung, apa yang bisa aku bawa pulang.

Sebuah perenungan yang dalam, dari salah satu bangsa besar dunia, yang bisa memberikan aspirasi dan inspirasi utuk ku bawa pulang. Dari kebanggaan diri sebagai sebuah bangsa, sampai kesiapan mereka untuk tetap melayani yang terbaik wisatawan dunia .....

 

Sebelumnya :

Dunia Wisata "Tokyo SkyTree"

Sumida River di Asakusa,  Area Terbesar Wisata di Tokyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun