Pintu masuk toilet disabled, jelas terlihat. Lihat foto, di sebelah kiri atas pada gambar-gambar logo, toilet ini diperuntukkan bagi siapa saja. Dari gambar dijelaskan bahwa toilet itu untuk kaum disabled, orang tua, ibu hamil, bayi atau keluarga.
Mari cari tahu lewat artikel ini, jika mau semakin peduli dengan kebutuhan toilet kaum disabilitas.
Toilet disabled
Mungkin orang tidak pernah berpikir, apa-apa saja ya, yang dibutuhkan kaum disabilitas? Apa saja fasilitas khusus untuk mereka? Perlu diketahui bahwa kebutuhan mereka tidak hanya jalur pedestrian. Bukan hanya tangga, lift atau jalur-jalur khusus. Karena disabilitas itu bukan hanya orang cacat fisik. Tidak bisa melihat. Tidak bisa mendengar atau tidak bisa berjalan.
Disabilitas juga termasuk orang-orang yang sakit. Sindrom dengan lemah mental. Orang-orang tua yang sehat tetapi sering cape. Memakai tongkat atau stroller. Bahkan, anak-anak kecil pun bisa dibilang disabilitas, karena bisa sering jatuh jika di undak-undakan. Atau terjepit. Dan sebagaian.
Alat-alat bantu mereka bukan hanya sekadar tongkat atau kursi roda saja, tetapi jika juga harus memikirkan cara bagaimana manuver-manuvernya, khususnya untuk kursi roda.
Jika kursi roda biasa, manuvernya butuh tempat yang luas. Tidak bisa hanya sekadar tempat kursi roda bisa masuk, tetapi jika harus berbalik arah, akhirnya jursi roda harus didorong mundur. Lalu, bagaimana jika si disabilitas ini tidak ada yang mendampingi? Tidak gampang untuk disabilitas ......
Jika kursi roda elektrik, manuvernya bisa pivot. Bertumpu pada titik pusat. Sehingga tidak terlalu butuh tempat untuk memutar. Karena kursi roda elektrik memang diciptakan untuk disabikitas yabg nemang harus mandiri, seperti aku.
Ketika kami harus ke toilet, kami membutuhkan ruang khusus untuk privasi lebih lagi. Baik butuh bersama dengan pendamping, atau dengan kursi roda. Dengan asumsi kursi roda biasa yang membutuhkan ruang cukup besar. Contohnya untukku sebagai seorang arsitek, toilet disabled pemakai kursi roda membutuhkan tempat minimal 2m x 3m, dengan fasilitas-fasilitas khusus!
***
Jika di Jakarta, baru ada toilet-toilrt disabled hanya di mal-mal besar, tidak demikian di luar negeri. Di semua titik toilet di ruang publik, pasti tetap ada toilet disabled. Dan jika di Jakarta toilet disabled yang hanya ada di mal-mal besar, pun tidak memasukkan "ruang bayi" dalam toilet disabled, di luar negeri selalu memasukkan "ruang bayi" di dalamnya.
Ini minimal kebutuhan luas ruang toilet disabled, untuk manuver-manuver kursi roda, dengan daun pintu geser/sliding, bukan pintu membuka ke luar apalagi ke dalam. Karena tidak mudah bagi pengguna kursi roda menjalankan maju atau mundur untuk membuka dan menutup pintu.
Di Jepang juga terdapat pilihan tombol untuk air panas, hangat dan dingin, keras atau pelan, dll. Dan selalu disediakan tisu lebih dari satu gulung.
Dekat kloset selalu terdapat wastafel kecil, supaya pengguna tidak harus cuci tangan di wastafel yang sebenarnya, melainkan bisa dilakukan di depan atau di dekat kloset
***
Kecuali di negara-negara besar yang ruang publiknya juga besar (termasuk Indonesia), mereka memilih ruang bayi atau toilet bayi berbeda dengan toilet disabled. Itu sah-sah saja. Tetapi yang penting, kebutuhan kaum disabilitas, termasuk bayi dan ibunya untuk menyusui, terpenuhi.
Memang bervariasi luas ruangnya, tetapi fasilitas mininalnya harus benar-benar lengkap. Fasilitas minimal adalah kloset (sering kali khusus) yang full lengkap dengan tombol-tombolnya. Untuk air panas, air dingin. Lalu ada wastafel, juga dengan air panas dan dingin. Lengkap juga dengan pegangan stainless steel di hampir setiap titik ruangan. Dengan ruang sekitar 2m x 3m.
Jika ruang semakin besar, di dalamnya ada bidet. Dan ruang bayi. Ada tempat tidur bayi yang bisa dibuka dan tutup. Wastafel tambahan serta toilet khusus yang dirancang untuk bayi yang digendong oleh ibunya. Dan kesemuanya itu, lengkap dengan pegangan-pegangannya, serta tombol untuk air panas, hangat dan dingin. Dan semua konsep ini memakai energi listrik.
Selama aku sebagai bagian dari disabled dunia selama 8,5 tahun ini, aku merasakan kenyamanan yang terbaik adalah di toilet disabled di Jepang. Dengan tombol-tombol yang sangat meringankan untuk kami, serta fasilitas-fasilitas yang nyata dan sangat mengerti bagi kami, toilet disabled benar-benar memberikan makna hidup yang luar biasa untuk kami.
Tidak ada toilet disabled yang sebaik di Jepang. Sebagai negara teknologi, Jepang memang bisa menjadi "pemimpin" untuk sebuah patokan, bahwa toilet disabled Jepang sangat nyaman. Tombol-tombolnya mungkin sampai puluhan, dan tanpa beranjak dari kloset pun, kaum disabilitas mampu mengurus dirinya sendiri tanpa harus membebani orang lain .....
Aku pernah menulis khusus tentang toilet disabled untuk Singapore, dan ini belum semua di titik-titik kota. Hanya beberapa saja, salah satunya di beberapa mal di Orchard Road. Tetapi tidak di tempat yang lain.
Memang tidak murah untuk membangun kepedulian. Akan ada yang dikorbankan. Salah satunya tentang dana. Atau estetika.
Tetapi jika bicara tentang estetika, itu bisa dikamuflase dengan detil-detil yang menarik. Tetapi tentang dana, memang harus diniati untuk membangunnya. Karena misalnya, dengan membangun toilet yang nyaman seperti di Jepang, membutuhkan dana bisa ratusan juta, tetapi end-user-nya hanya segelintir saja. Sehingga, sangat dimengerti jika toilet disbled harus mengantre untuk menjadi toilet disabled yang benar-benar nyaman .....
Tetapi, kaum disabled adalah bagian dari warga dunia yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama, sehingga mau tidak mau, kaum disabled pun berhak atas pelayanan yang sama dari pemerintah.
Kepedulian itu memang harus dari hati .....
By Christie Damayanti
Silahkan baca tulisanku di sini:
"Tolong Pedulikan Kami: Adakah yang Tahu dan Peduli dengan ‘Toilet Disabled?"
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H