Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kalah dengan Keramaian Tokyo, Ini Permata Wisata Kota Tua Jepang Era Taisho di Shibamata

16 Juni 2018   09:36 Diperbarui: 16 Juni 2018   16:28 3694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa kue dan snack tradisional Jepang, yang aku coba. Dokumentasi pribadi

Beda satu Stasiun Kanamachi, ada Stasiun Shibamata. Ini adalah benar-benar permata yang tersembunyi dari pariwisata Jepang yang tidak ter-blow up oleh Jepang. Memang ada cerita tentang Shibamata, tetapi karena daerah ini posisinya berlawanan dengan arah jalur kereta ke ingar bingarnya Ibu Kota Tokyo, mungkin ini yang membuat Shibamata "lepas jalur" dari daftar pariwisata Tokyo.

Karena, jika turis tinggal beberapa hari di Ibu Kota Tokyo, pastilah mereka akan datang dahulu ke tempat-tempat wisata mainstream seperti Shibuya dengan Hachiko Squarenya, Shinjuku, Tokyo Tower, Tokyo SkyTree, atau Asakusa. Itu berada di area seputaran Distrik Minato Tokyo Metropolitan.

Dan Shibamata harus jauh masuk ke Tokyo arah timur melalui F Keisei Line ke arah Shibamata, beda 6 atau 7 stasiun. Selama perjalanan, terlihat kereta semakin sepi di hari-hari sibuk kerja, karena Shibamata atau Kanamachi memang merupakan daerah yang teduh dan damai, dengan sebagian besar adalah peruntukkan untuk permukiman. Daerah penyangga Ibu Kota Tokyo .....

Dari Kanamachi setelah puas dengan Mizumoto Park, kami naik kereta menuku Shibamata. Beda satu stasiun dari Kanamachi. Dan kami menemukan "surga" bagi para pelancong yang fokus tentang sejarah dan kota tua Jepang.

Shibamata adalah salah satu kota tua Jepang, dari periode Taisho, yang sangat dilestarikan oleh pemerintah. Dari bangunan-bangunannya yang masih dipakan untuk tempat tinggal dan berjualan, dari permukaan jalannya yang sebagian dengan material kayu, atau dari barang dagangannya yang benar-benar "jadul", desain-desain rumah makan dan toko-tokonya, bahkan sebagian pemilik besar adalah pemilik asli yang sudah tua, dan sebagian lagi adalah penerusnya.

PeriodeTaisho sendiri, merupakan sebuah periode dalam sejarah Jepang dari tahun 1912 sampai tahun 1926, bertepatan dengan pemerintahan Kaisar Taisho. Era ini dianggap sebagai 'waktu gerakan liberal yang dilenal denan demokrasi Taisho' di Jepang, dan bagian pertama dari periode Showa yang dikendalikan oleh militer (Wikipedia).

Di sini, kita bisa merasakan seni dan budaya tradisional Jepang, dan kita pun akan mendapatkan suasana syahdu tanpa ada "suara-suara modern" (deru kendaraan bermotor). Yang ada adalah suara-suara penjual yang menawarkan dagangan-dagangannya, yang sebagian besar adalah pedagang makanan tradisional Jepang.

Sepanjang jalan setapak kota tua Shibamata, terlihat banyak foto-foto atau gambar-gambar kartun khas manga, dari seorang bernama "Tora". Dia adalah seorang bintang layar lebar yang sangat dicintai masyarakat Jepang. Di mana Tora sendiri sepertinya mempunyai ikatan batin dan kehidupan di Shibamata. Kehidupan cintanya dengan seorang wanita cantik Jepang, ditampilkan dengan unsur komedi, sepanjang jalan di Shibamata.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Ada gambar seorang "Tora", yang (hamper) selalu ada pada setiap toko. Dokumentasi pribadi
Ada gambar seorang "Tora", yang (hamper) selalu ada pada setiap toko. Dokumentasi pribadi
Aku adalah seorang arsitek yang lebih fokus dengan kota-kota lama dan arsitektur tradisional. Kehidupan daan sejarah kota, akan membuatku sangat excited, disbanding dengan bangunan dan kehidupan modern.

Sehingga ketika mulai keluar dari Stasiun Shibamata, dan menemukan deretan bangunan-bangunan tua, aku merasakan sensasi yang luar biasa! Toko-toko jadul dengagn barang jualan jadul, makanan-makanan tradisional Jepang yang beberapa kami sempat merasakannya. Kue dango dari toko Senbei, yang terkenal, dan mainan-mainan dan boneka kuno, yang mungkin akan dianggap orang lain, sedikit mengerikan, itu menambah sensasi tersendiri ......

Jalan utama kota Shibamata sebenarnya adalah jalan besar denan kendaraan lalu lalang, walau tidak terlalu ramai. Kota kecil ini, melestarikan 100% kehidupan kota tua Shibamata, dalam 1 area tertentu, sepanjang beberapa ratus meter sampai kuil besar di Shibamata.

Ini gerbang masuk area 'old town' Shibamata, dengan lam[ion merah, yang jika malam hari akan bersinar dan berpendar .....Dokumentasi pribadi
Ini gerbang masuk area 'old town' Shibamata, dengan lam[ion merah, yang jika malam hari akan bersinar dan berpendar .....Dokumentasi pribadi
Di depan gerbang masuk, sudah banyak toko-toko kuno dengan barang2 jadul yang dijualnya. Sangat menarik, ketika ada gambar-gambar klan atau keluarga Jepang dengan logo-logo mereka. Sepertinya, aku akan mempelajarinya untuk melengkapi risetku tentang Jepang.

Menurut informasi, ini adalah logo masing2 'klan' atau keluarga di Jepang. Dokumentasi pribadi
Menurut informasi, ini adalah logo masing2 'klan' atau keluarga di Jepang. Dokumentasi pribadi

Jalan-jalan di kota tua Shibamata, mengingatkanku tentang kehidupan lama di China Town' di manapun, termasuk di Jakarta. Suasana yang (agak) magis pun, mewarnai tempat-tempat tua seperti ini.

Kayu-kayu tua sebagai bahan material rumah-rumah tua itu, tetap dijaga dengan pemeliharaan yang apik. Pastinya, mereka menjaga dan memelihara bangunan-bangunan tempat tinggal mereka, dengan cara khusus, karena area ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu, era Taisho.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Lampion-lampion dari kertas minyak, banyak dipasang di setiap toko-toko tua disana. Ada yang berwarna merah atau kekuningan. Bahkan, walau hari masih terang, beberapa toko atau resto dan kafe sudah menyalakan lampu lampion mereka. Cantik, unik dan semakin terasa magis .....

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Deretan bangunan tua dengan barang-barang yang dijual ini, terlihat sangat "magis". Sangat menarik dan unik. Permukaan jalan pun dari zaman itu, rata dan nyaman bagiku sebagai pemakai kursi roda. Tentu, sepertinya permukaan jalan itu selalu direnovasi per periodik.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Barang dagangannya pun, sebagian besar adalah makanan tradisional, bahkan rempah-rempah serta bumbu khas untuk makanan Jepang.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Beberapa kue dan snack tradisional Jepang, yang aku coba. Dokumentasi pribadi
Beberapa kue dan snack tradisional Jepang, yang aku coba. Dokumentasi pribadi

Selama menusuri jalan old town Shibamata, kami fokus dengan lingkungannya. Tetapi tenyata, aku salah, bahwa ternyata penyusuran di sepanjang jalan tersebut, ujungnya adalah sebuah kuil agama Budha "Shibamata Taishakuten Temple".

Dan kuil ini, memang benar-benar puncak dari permata wisata di Shibamata .....

By Christie Damayanti

Sebelumnya :

"Mizumoto Koen" Kanamachi, Taman Terbesar di 23 Distrik Tokyo

"Kanamachi", Wisata Perumahan Mungil di Utara Tokyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun