Pengunjung dating ke tempat itu. Ada pelayanannya. Kita menuliskan doa2 kita diatas kerta. Lalu kita membayar, disini 500Yen. Beberapa hari kemudian jika kita sempat dating lagi, doa2 kita sudah diukir di lembarang2 kayu seperti foto diatas.
Pendoa2 ini adalah turis2 manca Negara. Bisa berdoa apa saja dan dengan bahasa apa saja. Pengukir diatas kayu, hanya tinggal mengukir berdasarkan apa yang kita tulis diatas kertas. Yang jelas, si pengukir pati tidak mengerti bahasa2 yang berdoa .....Â
 ***
Jepang memang sangat kreatif. Bukan benar2 mencari keuntungan dengan "menjual agama" mereka dengan cara seperti ini, tetapi kekreatifan mereka terletak kepada antusiasme turis yang dating dari seluruh dunia.Â
Jepang sendiri tidak pernah memasang harga untuk masuk ke kuil2 mereka. Semunya gratis. Tetapi Jepang mematok peraturan2 yang ketat jika turis mau memasuki kuil2 mereka. Dan ada temat2 yang sungguh sacral, yang mungkin tidak boleh dimasuki oleh orang lain, kecuali yang berkepingan .....
Dan pada keyataannya, Jepang sukses sebagai salah satu Negara yang mampu memodrenisasikan kehidupannya, untuk kalayak dunia, tetapi juga tetap mampu menjaga kesakral negaranya untuk tetap bisa sebagai bagian dari Negara yang sangat religious.
Sebelumnya :
Â
Hutan Kota Harajuku, Sebuah "Oase" di Keramaian Ibukota Tokyo
Â
"Takeshita Street" dan "Meiji Jingu", Antara Fesyen dan Modern dengan Kearifan Lokal