Disetiap kuil di Jepang, sebelum masuk ke pelataran kuil selalu terdapat pondok kecil dengan maksud (mubgkin) untuk istirahat sejenak dan selalu ada bak berisi air (suci?) Uutuk membasuh kaki dsn tangan, sebelum masuk ke pelataran kuil. Disitulah turis berkumpul, untuk membasuh kaki sambil beristirahat karrna memang cukup capai dari pintu masuk ke kuil.
 Disekitar pintu masuk kuil pun banyak bergerombol turis2 asing yang memakai jasa travel lokal. Dengan pemandunya, turis2 itu berkumpul untuk mendengarkan tuturan kata pemandu dengan bahasa Inggris. Dan untuk gerbang nya pun memakai gerbang khas Jepang tetapi lebih kecil dari gerbang masuk hutan. Sama2 memakai gelondobgan kayu hutan tetapi berwarna putih asli, tetapi tidak di cat. Entah apa nama kayu itu ......Permukaan jalan yang luas, bau tanah serta gemerisik alunan musik hutan yang syahdu, terus mengiringi langkah kursi roda ajaibku. Suasana hati yang nyaman dan tentram pun nembuat hatiku tersus berdendang ceria.
Karena walau aku berjalan sendirian diatara kerqmaian turis2, aku pun tidak mesepian. Bagaimana aku mampu mengalahkan kesepianmu, adalah bagaimana aku berdamai dengan hatiku melawan keterbatasan2ku sendiri. Dan dengan doa, Tuhan selalu menjawabku untuk aku mampu berdendang cerita melawan keterbatasa2ku .....
 Â
Sebelumnya :Â
Antara "Takeshita Street" dan "Meiji Jingu", Antara Fesyen dan Modern dengan Kearifan LokalÂ
"Harajuku" : Dunia Anak Muda, Dunia BelanjaÂ
Ada Apa di "Takeshita-dori", Harajuku?Â
"Harajuku Style", Dunia Anak Muda Jepang dan Viral Dunia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H