Pintu masuk "Takeshita Street" atau "Takeshita-dori". Sebuah jalan yang cukup kecil dan 'sempit', tetapi dunia anak muda tertuju kesini, apalagi jika mereka tergila2 dengan "Jepang' .....
***
Tidak afdol jika kita sempat ke Harajuku tetapi tidak berjalan2 di Takeshita Street atau Takeshita-dori. Karena disepanjang jalan ini, yang bebas kendaraan bermotor, ramai jualan. Barang2 aneh yang dipakai oleh pemuja2 "Harajuku Style", atau barang2 khas Jepang, atau untuk oleh2 yang "agak" murah serta kuliner standard. Konsepnya adalah untuk belanja anak2 muda .....
Jalan "takeshita Street" berada dekat dari Stasiun Harajuku. Memanjang dari stasiun Harajuku sampai Meiji Jingu. Panjangnya sekitar 350 meter, dan menurun dari jalan utama. Berupa 'gang', dengan penurunan permukaan jalan sampai 1 atau 1,5 meter dan tidak ada ramp. Berarti tanjakan atau turunannya sangat terjal. Hati2 jika memakai kursi roda ......
Di "Takeshita Street" ini, barang2nya relative murah. Hanya "relatof", lho. Karena tetap saja jika di kurs menjadi Rupiah, mahal juga, tetapi tidak semahal di tempat2 yang lain. Tidak ada hari libur, bahkan sepanjang saat Takeshita Street akan dipadati oleh pengunjung!
Stasiun Harajuku, pintu keluar "Takeshita-dori", belok kiri berjalan sedikit, menyeberang sampai ke "Takeshita Street"
***
Menuju Takeshita Street lewat Stasiun Haarajuku di jalur Yamamote Line, jalur yang mengelilingi Tokyo dan keluar di pintu "Takeshita-dori". Di jalan ini memang surga pejalan kaki. Tapi jangan salah ya ...... jika banyak orang merekomended untuk ke sana di weekend, tidak dengan ku!
Jangankan weeknd, di hari2 kerja dan jam2 kerja pn, luar biasa ramai! Berjalan saja padat luar biasa! Dan disana banyak lapak2 terbuka yang menjual barang2 kualitas Jepang, yang antrinya luar biasa panjang untuk membayar!
Jadi, bayangkan jika kesana pada saat weekend! Alamat tidak bisa membeli apa, lho! Lautan manusia itu akan menjebak kita!
***
Hahaha ..... pertama kali aku ke Takeshita Street ini, mataku terlonjak2 jika melihat barang2 yang ditawarkan. Betapa tidak? Jika pedagang menawarkan baang2 atau baju2 keren dan lucu dan dengan harga 'murah', seketika itu juga aku membayangkan,
"Mau dipakai kemana, ya?"
Karena memang baju2 itu unik dan nyentrik tetapi aku yakin jika aku memakai itu di Jakarta, alamat aku dikatakan yang aneh2, hihihi ......
***
Toko2 disepanjang Takeshita Street, seperti toko2 di dunia anak2. Sebagian besar berwarna pastel, sebagian lagi sangat "nge-beaat", dan sebagian lagi tidak mendekorasi tokonya, tetapi menumpuk barang2 jualannya.
Seperti toko tas di foto ini. Jualannya hanya tas saja, termasuk tas Anello yang sedang booming di dunia! Jangan salah ..... walau dijual di tempat seperti ini, Jepang atau negara2 yang lain, tidak terima barang2 KW atau palsu! Jadi jangan kawatir. Tas Anello yang dijual di Jepang, adalah benar2 asli, berharga antara 4200 Yen sampai 6000 Yen.
Cafe2 kecil menjual makanan kecil atau snack Jepang, pasti padat dikunjungi. Nah kan ..... bagaimana jika weeknd? Yang aja kita terjebak dengagn "kesengsaraan", karena ingin membeli tetapi antri lama dan pulang dengagn tangagn hampa, hihihi .....
***
Suatu saat aku sempat kesana April lalu, di depan toko yang ternyata sebuah organisasi nir-laba yang mengurusi tentang alam, fauna dan flora, ada seorang perempuan yang memegang burung hantu besar. Kita tahu, buring hantu adalah 'binatang malam', atau nocturnal. Sehingga, jika hari siang burung hantu akan tidur.
Tetapi burung hantu besar yang dipegang perempuan itu, tidak tidur. Walau terlihat mengantuk, burung hantu besar itu sepertinya ingin menyapa pengunjung yang tertarik untuk melakukan sesuatu untuk alam ini. Karena, dimanapun di dunia ini, alam sudah semakin rusak. Dan itu semua akibat ulah manusia, sehingga makhluk lain seperti fauna dan flora, tergangggu .....
Ternyata, di sebuah tempat yang notebene adalah tempat "bersenang2 dan berfoya2", ada sebuah organisasi nir-laba yang memikirkan tentang alam, fauna dan flora dunia, untuk menjaring minat anak2 muda Jepang, mulai memikirkan sebuah kepedulian bagi masa depan mereka.
Balik lagi di Takeshita Street .....
 Selama jalan di jalan 350 meter panjanganya ini, mataku terus terbelalak dengan ke-anekargaman barang2 yang dijual, tempat2 aneh yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, atau kehidupan urban disekelilingnya.
Sungguh sangat menarik! Tidak terasa dari jam 11 siang sampi jam 3 sore, kami ditempat itu. Saatnya kami berjalan lagi ke tempat lain, supaya kita bisa mengeksplore sebanyak2nya tentang Harajuku .....
Sebelumnya :Â
"Harajuku Style", Dunia Anak Muda Jepang dan Viral DuniaÂ
"Mode Gakuen Cocoon Tower" Shinjuku : Transformasi di Dunia Pendidikan JepangÂ
Kakek Tua Jepang itu, Menghilang di Peron Nishi FunabashiÂ
Tiba-tiba Kursi Rodaku Berhenti di "Zebra Cross Shinjuku!Â
"Pedestrian Bertingkat", Masa Depan Kota Metropolitan [Kasus di Tokyo]Â
Shinjuku : "Gedung Kembar", Kota dan Pejalan KakinyaÂ
Terminal Bus [Terbesar]Basuta Shinjuku, ada di Lantai 4F Stasiun Kereta Shinjuku! Canggih!Â
[Bagian 2] Ada Apa di Stasiun Tokyo? Ada yang "Aneh" .....Â
[Bagian 1] Ada Apa di Stasiun Tokyo?Â
Stasiun Shinjuku Mempunyai Lebih dari 200 Â Pintu Keluar!Â
Perbedaan Antara Japan Rail (JR) dengan Tokyo MetroÂ
Berkeliling Jepang Dalam Satu Harga Murah dengan "Bullet Train"Â
Shibuya Bukan Hanya Ada "Hachiko" dan "Shibuya Crossing" sajaÂ
"Shibuya Crossing" : Menyeberang dalam Lautan ManusiaÂ
Hachiko, Kisah Kesetiaan Seekor Anjing = Refleksi Kesetiaan DiriÂ
Stasiun Shibuya, Tempat Hachiko Menunggu Tuannya Puluhan Tahun LaluÂ
Kinshicho, Area Komersial di Tokyo Berharga "Miring"Â
Sensasi Berbeda Melihat Tokyo di Ketinggian dari SolamachiÂ
Kampus Terbuka Chiba Institute of Technology di Tempat Wisata Solamachi SkyTreeÂ
Tokyo SkyTree : Pohon Mengulir ke 'Negeri Raksasa'Â
"Tokyo Banana", Souvenir Manis dari JepangÂ
Sumida River di Asakusa, Â Area Terbesar Wisata di TokyoÂ
'Abu' Ribuan Orang Korban Gempa dan Serangan Perang Dunia II, di Yokoamicho ParkÂ
Museum Edo-Tokyo yang Menghormati dan Menggratiskan Tiket untuk DisabilitasÂ
Sepeda Jengki yang "Kekinian" sebagai Moda Transportasi di JepangÂ
"Jalan Tikus" Ryogoku di Sisi StasiunÂ
Menikmati Kehidupan di RyogokuÂ
"Ryogoku", Dunia Pesumo Sejati JepangÂ
Berkeliling Jepang Dalam Satu Harga [Murah] dengan "Bullet Train"Â
Travelling di Jepang adalah 70% KeretaÂ
Dari Kinshicho ke Funahabashi HotenÂ
Mencoba Berbagai Moda Transportasi Keliling TokyoÂ
Sendirian, Keliling Tokyo Hanya dengan Kursi Roda 'Ajaibku'Â
Funabashi, "Kota Belanja" untuk Turis yang Tidak Siap dengan Harga Mahal JepangÂ
Funabashi, Konsep Kota Ideal Â
Bukan Sekedar Berkuda di Funabashi HotenÂ
"Aku Ingin Tinggal di Rumah Nobita, yang Ada Doraemon", dan [Hampir] Menjadi KenyataanÂ
"Negeri Impian" Funabashi Hoten Â
Sekali Lagi, Mengapa Funabashi Hoten?Â
'Funabashi-Hoten', Kota Kecil Awal Sebuah KemandirianÂ
Denyut Kehidupan di Nishi Funabashi sebagai "Kota Transit"Â
Awal Perjuangan untuk Menaklukan Jepang di Nishi FunabashiÂ
'Nishi Funabashi', Sebuah Kota Kecil Tempat Hatiku BerlabuhÂ
Sebuah Negara dari 'Antah Berantah' dengan Bahasa dan Tulisan Cacingnya, Duniaku yang Baru
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H