Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kakek Tua Jepang Itu Menghilang di Peron Nishi Funabashi

23 Mei 2018   11:21 Diperbarui: 23 Mei 2018   11:37 1103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Si kakek yang baru terbangun, kaget dan langsung tergopoh2 berjalan menuju pintu keluar, sementara pintu keluar belum terbuka. Dan aku sudah berada di depan pintu keluar yang lain, sambil melihat petugas stasiun yang harusnya menjemputku.

Tengok kanan kiri sebelum pintu terbuka, aku bingung, "Koq aku ga dijemput, ya?"

Begitu pintu terbuka, aku benar2 tidak menemukan penjemputku! Astaga! Astaga! Bagaimana ini?

Di Jep[ang, pintu kereta akan terbukan sekitar 1 menit atau kurang, tergantung dengan waktunya. Jika waktu2 "jam sibuk", pagi sampai jam 10.00 atau sore ari jam 17.00 sampai malam, pintu kereta bisa terbuka antara 1 menit sampai 1,5 menilt.

Tetapi walau bukan "jam sibuk", jika ada emergensi, seperti seorang disabilitas membutuhkan "ramp mobil" seperti aku, pintu akan terbuka lebih lama, setelah petuga stasiun yang membantuku untuk membawa "ramp mobile" itu, berbicara di pengeras suara yang sampai terdengar di seluruh stasiun, serta ke masinis kereta.

Jadi, dengan konsep itu, jika aku tidak dijemput, pintu kereta akan terbuka kurang dari 1 menit! Which is, aku harus berpikir keras dalam hitungan detik, untuk bisa keluar dari kereta ke peron atau platform!

Jangan lupa, tidak semua landasan peron atau platform, sejajar dengan gerbong kereta dan jarak dari gerbong kereta pun cukup besar ke pero atau platform nya. Mungkin karena kereta2 di Jepang selalu diperbaharui, dan peron tidak pernah ditinggikan atau direndahkan. Sehingga, "ramp mobil" harus tersedia bagi disabilitas serta anak2 yang memakai alat bantu kursi roda atau stroller.

Saat itu, perbedaan antara gerbong kereta dan peron di Nishi Funabashi, cukup besar dan tinggi, sehingga aku tidak aka bisa keluar jika tidak ada yang membantuku. Kursi rodaku cukup berat, hamper 50kg, dengan baterenya. Jika aku nekad sendiri turun ke peron, alamat aku akan jungkir balik!

Atau jika aku berdiri dan mendorong kursi rodaku sendiri, aku pun tidak akan mampu. Karena besar dan berat kursi rodaku, sementara kaki dan tanganku hanya bisa digunakan sebelah kiri saja! Jika itu aku lalula, alamat aku benar2 tidak mampu turun, bahkan aku dan kursi rodaku pun akan jungkir balik!

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Foto2 ketika ada yang menemani (Michelle atau teman2nya), aku pasti minta diabadikan tentang banyak hal. Biasanya berhubungan dengan disabilitas, yang aku berada didalamnya .....

Lalu??? Bagaimana???

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun