By Christie Damayanti
Di negara2 maju, ketika lahan kota semakin menyempit untuk kenyamanan warga kota, pemerintah dan city planning, berkreasi untuk membangun "pedestrian bertingkat", guna kenyamanan warga kota, karena di level permukaan tanah, lebih diutamakan untuk fasilitas2 kendaraan bermotor.
***
Adakah yang memperhatikan, perbedaan pedestrian Jepang dengan negara2 lain? Walau hampir semua Negara maju, mempunyai pedestrian2 yang sesuai dengan kebutuhan, lebar, luas, rapid an bersih serta cantik, dan yang terutama adalah "disability friendly" ......
Ada yang tahu?Â
Ok ..... mungkin karena aku adalah seorang arsitek, yang menekuni tentang city planning dan urban, aku mempunyai pemikiran2 tertentu, yang berhubungan dengan tata kota. Dan pedestrian merupakan bagian dari perencanaan perkotaan.
Mari kita bicara kota Tokyo saja ......
Clue nya adalah,
Jepang adalah Negara "kecil" dan padat. Bahkn Tokyo adalah kota sanat padat, dimana termasuk apartemen2 nya sangat sempit. Walau berharga mahal, apartemen2 di Tokyo mempunyai ukuran luasan yang tidak sesuai dengan kenyamanan warga.
Demikian juga hotel2 disana, kecuali hotel2 yang dimanajemenkan oleh internasional. Restoran2, caf dan segalanya. Semua berukuran "mini" (kecil), dan itulah mengapa konsep minimalis merupakan yang terefektif untuk desain2 dan arsitektural Jepang.
Jepang juga merupakan Negara teknologi, dimana Tokyo adalah ibukotanya. Sehingga, ketika Jepang hars memulai sesuatu untuk masyarakatnya, Tokyo adalah sebagai contohnya, dan akan diikuti oleh kota2 besar yang lain, yang sesuai dengan kebutuhannya.
Dengan kenyataan seperti diatas (salah satunya), bagaimana dengan pedestrian untuk warga kota di Jepang?Â
Konsep apa yang dipakai oleh pemerintah dan desainer2 perkotaan di Jepang?
Yup! Benar sekali!
Ketika apartemen2 warga Jepang, hotel2, restoran, cafe2 atau apapun di Jepang sangat kecil mungil, bagaimanakah konsep pedestrian yang teroptimal?Â
Jika Jepang adalah salah satu yang mempunyai kosep "disability friendly" bagi warga dan wisatawan yang dating kesana, bagaimana konsep pedestrian yang mempunyai kenyamanan dan keamanan bagi semuanya?
***
Waktu aku masih kuilah S1 jurusan arsitektur, konsep arsitektural Jepang mempunyai 'magnet' tertentu bagi pangan mataku. Foto2 tentang bangunan2 dan lingkungan di Jepang, sangat mengundang minatku untuk semakin mendalami konsep2 asitektural Jepang.
***
Jaman aku kuliah S1 tahun 1988 sampai 1992, belum ada internet, dan aku berkutat dengan desain2 arsitektural dengan buku2 import, yang sering dibelikan oleh papaku almarhum. Â Buku2 arsitektur, banyak ada tentang arsitektural Jepang. Bangunan2 dan lingkungannya.
Bukan hanya foto2 realitasnya, etapi buku2 Jepang juga mengunggah konsep desainnya. Itu yang aku suka tentang buku2 Jepang, dan konsep arsitektural Jepang nya sendiri!
Pertanyaan2ku tentang "mengapa pedestrian (termasuk di Tokyo) sebagian besar berada di level 1 lantai di atas permukaan tanah", baru terjawab ketika aku semakin mempelajari arsitektur2 (terutama Jepang) dunia.
Salah satu pintu masuk dengan tangga dan escalator di sisi depan dan lift di sisi belakang, untuk disabled, naik ke "pedestrian bertingkat"
***
Bahwa, Jepang memang merupakan Negara "kecil" dan padat, sehingga kebutuhan pedestrian yang (harus)memunyai kenyamanan dan keamanan dobel standad, apalagi untuk "disability friendly", harus diatas permukaan tanah (jalan bertingkat).
Ini adalah "pedestrian bertingkat" di Roppong Hills Tokyo. Berada di atas kota sibuk, dimana di level permukaan jalan, kendaraan padat yang membuat warga kota tidak nyaman berjalan di bawah. Dan tentunya, tidak terlalu "ramah disabilitas", karena pedestrian yang sedikit sempit.
Tetapi ketika Roppongi membangun "pedestrian bertingkat" ini, warga kota sangat nyaman untuk berinteraksi sebagai makhluk social.Luasnya, jangan ditanya. Kita tidak akan sadar bahwa kita berada di level beberapa lantai di atas permukaan tanah.
 2 pintu masuk ke "pedestrian bertingkat", dari level jalan dan dari gedung disekitarnya
Â
Bahwa, Jepang adalah negara teknologi yang memungkinkan segala macam desain arsitektural pun, sangat dimungkinkan untuk berada diatas permukaan
 tanah.
Melihat dari atas pedestrian Shin Urayasu. Pintu masuk ke "pedestrian bertingkat", bisa dengan lift (walau hanya 1 lantai, lho! Ini benar2 memperhatikan warga kota disabled), dengan ramp dan dengan escalator
Â
***
Â
Bahwa, Jepang mempunyai konsep kepedulian bagi warga dan wisatawan, termasuk "disability friendly", menghasilkan pedestrian2 nyaman yang luas dan bersih, berada di permukaan jalan!
"Pedestrian bertingkat" di Odaiba sangat memanjakan pejalan kaki. Bisa jadi, karena Odaiba memang sebuah tempat wisata (walau tidak terlalu di tonjolkan dimana2, entah mengapa), tetapi "pedestrian bertingkat" disini, menghubungan beberapa gedung2 tinggi yang berfungsi sebagai perkantoran umum dan hotel ......
Itulah yang terjadi, keadaan di Jepang  sejak aku mulai "mengenalnya", sampai sekarang aku sangat sering berkunjung ke Jepang, untuk menjenguk anakku yang tinggal di Tokyo, sebagai mahasiswa dan pekerja anak muda disana ...... Â
Sebelumnya :
Shinjuku : "Gedung Kembar", Kota dan Pejalan Kakinya
Terminal Bus [Terbesar]Basuta Shinjuku, ada di Lantai 4F Stasiun Kereta Shinjuku! Canggih!
[Bagian 2] Ada Apa di Stasiun Tokyo? Ada yang "Aneh" .....
[Bagian 1] Ada Apa di Stasiun Tokyo?
Stasiun Shinjuku Mempunyai Lebih dari 200 Â Pintu Keluar!
Perbedaan Antara Japan Rail (JR) dengan Tokyo Metro
Berkeliling Jepang Dalam Satu Harga Murah dengan "Bullet Train"
Shibuya Bukan Hanya Ada "Hachiko" dan "Shibuya Crossing" saja
"Shibuya Crossing" : Menyeberang dalam Lautan Manusia
Hachiko, Kisah Kesetiaan Seekor Anjing = Refleksi Kesetiaan Diri
Stasiun Shibuya, Tempat Hachiko Menunggu Tuannya Puluhan Tahun Lalu
Kinshicho, Area Komersial di Tokyo Berharga "Miring"
Sensasi Berbeda Melihat Tokyo di Ketinggian dari Solamachi
Kampus Terbuka Chiba Institute of Technology di Tempat Wisata Solamachi SkyTree
Tokyo SkyTree : Pohon Mengulir ke 'Negeri Raksasa'
"Tokyo Banana", Souvenir Manis dari Jepang
Sumida River di Asakusa, Â Area Terbesar Wisata di Tokyo
'Abu' Ribuan Orang Korban Gempa dan Serangan Perang Dunia II, di Yokoamicho Park
Museum Edo-Tokyo yang Menghormati dan Menggratiskan Tiket untuk Disabilitas
Sepeda Jengki yang "Kekinian" sebagai Moda Transportasi di Jepang
"Jalan Tikus" Ryogoku di Sisi Stasiun
Menikmati Kehidupan di Ryogoku
"Ryogoku", Dunia Pesumo Sejati Jepang
Berkeliling Jepang Dalam Satu Harga [Murah] dengan "Bullet Train"
Travelling di Jepang adalah 70% Kereta
Dari Kinshicho ke Funahabashi HotenÂ
Mencoba Berbagai Moda Transportasi Keliling Tokyo
Sendirian, Keliling Tokyo Hanya dengan Kursi Roda 'Ajaibku'
Funabashi, "Kota Belanja" untuk Turis yang Tidak Siap dengan Harga Mahal Jepang
Bukan Sekedar Berkuda di Funabashi Hoten
"Aku Ingin Tinggal di Rumah Nobita, yang Ada Doraemon", dan [Hampir] Menjadi Kenyataan
"Negeri Impian" Funabashi HotenÂ
Sekali Lagi, Mengapa Funabashi Hoten?
'Funabashi-Hoten', Kota Kecil Awal Sebuah Kemandirian
Denyut Kehidupan di Nishi Funabashi sebagai "Kota Transit"
Awal Perjuangan untuk Menaklukan Jepang di Nishi Funabashi
'Nishi Funabashi', Sebuah Kota Kecil Tempat Hatiku Berlabuh
Sebuah Negara dari 'Antah Berantah' dengan Bahasa dan Tulisan Cacingnya, Duniaku yang Baru
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H