Untukku, Kota Funabashi cukup memberikan segalanya kebutugan hidup. Jika kita bicara tentang "kebutuhan hidup", kita tidak akan bicara tentang kebutuhan tersier, jalan-jalan, atau bersenang-senang. Cukup tentang akomodasi, makanan dan kebutuhan sehari-hari. Dan di Kota Funabashi, segalanya tercukupi.
Tentang akomodasi, ada beberapa hotel bintang 3 ke bawah, dan terletak tidak terlalu berjauhan. Juga dekat dengan pertokoan, shopping center dan kuliner. Dengan harga yang cukup bersahabat, sekitar 1 juta sampai 2 juta rupiah per malam, walaupun dimensi kamar sangat kecil, cukuplah untuk beristirahat.
Untuk kuliner, Kota Funabashi memang bukan kota wisata, sehingga kulinernya pun sebagian besar adalah kuliner lokal. Ramen, udon, soba, bento, sushi sashimi atau tempura bertebaran di resto-resto dan kedai-kedai makanan. Cita rasa dari masing-masing jenis makanan khas Jepang pun berbeda-beda.
Misal, ramen atau bento 1 kedai dengan kedai yang lain, cita rasanya berbeda. Ada yang kuah ramennya kental dan pekat, ada yang bening dan cair. Ada yang dicampur dengan bumbu-bumbu yang berbeda juga. Semua sesuai dengan selera masing-masing.
Minimart dan supermart
Minimart bena-benar2 "surga" bagi orang-orang yang tidak suka makan, tetapi tetap harus makan. Untuk sarapan tersedia mie instan cup, dan dengan tempat duduk tinggi model tempat duduk bar, serta disediakannya air panas untuk menyeduh mie instan serta teh atau kopi, warga lokal nyaman menyantap sarapannya sambil membaca buku atau sibuk dengan gadgetnya. Atau dengan bakpao panas-panas dan nugget pun enak untuk sarapan. Harganya bervariasi antara 100 sampai 300 per-item. Murah ......
Ada isi daging (biasanya sapi atau babi), ayam dan berbagai jenis ikan untuk onigiri. Dan untuk sandwich, isinya berlapis-lapis, ada telur, daging dan sayur! Sandwich biasanya 1 atau 2 tangkap roti tawar atau roti gandum, tetapi juga ada yang 3 tangkap roti tawar atau gandum. Inari hanya nasi Jepang dibungkus kulit tahu dengan cita rasa yang khas. Harganya pun cukup murah, antara 150 sampai 500 untuk sandwich besar dan yang berlapis-lapis.
Kebutuhan sehari-hari ada supermarket yang menyediakan semuanya, juga termasuk makanan siap saji dalam boks transparan. Seperti yang ada di minimart, tetapi lebih banyak dan lengkap. Jika supermart hanya 1 saja, minimart ada belasan di sana dengan berbagai merk.
Klo supermart di sana hanya sekadar belanja dapur saja, beda dengan Donki Hote, sebuah toko kelontong besar dan lengkap. Mulai harga termurah bermerk lokal, sampai barang-barang bermerk internasional! Bahkan baju-baju kimono dan yukata pun tersedia .....
Donki Hote
Sebuah toko kelontong lokal, dengan logo "penguin". Penuh tulisan2 kanji yang tidak tahu artinya, adalah toko favoritku. Untuk jajan dan untuk beli oleh-oleh. Makanan-makanan kering lokal termasuk cumi-cumi dan gurita, sepertinya favorit di Jepang. Harganya lebih murah dari minimart. Bahkan sebuah onigiri hanya dihargai 59 berbagai isian, hampir separuh harga di minimart.
Daiso di Jakarta juga ada, tetapi hanha kebutuhan standar saja, tanpa pernak-pernik barang khas Jepang yang tidak ada di Indonesia. Sangat berbeda dengan Daiso di Funabashi atau Daiso di berbagai distrik di Tokyo
Ya ... jika Daiso di Jakarta harga sama adalah 25 ribu Rupiah, di Jepang 100 setara dengan 12,5 ribu Rupiah. Harga yang sangat murah sebagai barang impor kualitas Jepang untuk kita ......
Seibu, Tobu dan Shapo
Adalah 3 raksasa retail Jepang yang ada di Funabashi. Seibu bahkan sudah mencanangkan namanya di berbagai negara termasuk di Indonesia walau tidak terlalu "laku", karena memang ini retail dengan berbagai merk terkenal berharga mahal. Seibu ada di titik lokasi yang sangat strategis dekat dengan Stasiun Funabashi, dengan bangunan banyak lapis. Harga dan merk yang ditawarkan memang yang tertinggi, yang ditawarkan oleh saingannya, karena memang sebagian besar adalah barang-barang bermerek dan internasional.
Beralih ke Tobu, yang berada di atas Stasiun Funabashi. Barang-barangnya lebih di kelas tetapi masih di bawah Seibu. Sebagian merk lokal dan sebagian merk internasional. Sepertinya, lebih banyak pasarnya mengarah ke orang-orang tua Jepang, terutama perempuan. Jika Seibu memang bertaraf internasional dan Shapo lebih mengarah untuk pasar orang2 muda, berjiwa muda dan remaja, Tobu banyak berseliweran perempuan-perempuan tua Jepang yang berdandan ciamik, bertopi dan memakai syal serta tas2 bermerk lokal Jepang ......
***
Jadi, apa yang masih dibutuhkan untuk kebutuhan hidup dan belanja?
Funabashi bisa menyediakan semuanya. Jika kita para turis berbondong-bondong belanja di Ginza, Shibuya atau Shinjuku, menurutku lebih enak belanja di Funabashi. Merk-merk terkenal pun ada di Funabashi, yang memang betebaran di Ginza, Shibuya dan Shinjuku yang lebih elit serta berkelas, dibandingkan nama Kota Funabashi, yang tidak pernah terdengar di dunia internasional.
Bedanya adalah dengan beberapa keadaan. Di Funabashi, kita bisa memilih belanja merk terkenal tetapi juga bisa belanja merk-merk lokal yang murah dalam 1 kota. Juga, tidak penuh dan padat orang-orang yang datang. Bisa santai tanpa bertabrakan dengan orang yang lalu-lalang.
Sedangkan di 3 distrik besar di Tokyo, kita harus siap "ditabrak", antre bahkan siap "hilang", hihihi ..... dan semuanya mahal. Di Funabashi bisa makan santai di kedai kuliner tanpa harus menguras kocek yang berlebihan, tetapi jika kita belanja di Ginza, Shibuya atau Shinjuku, bahkan kedai kulinernya pun harganya di atas 1000Yen, bahkan jika makan di mal, pasti lebih baik membayar dengan kartu kredit, jika tidak mau kehabisan uang cash ......
Funabashi memang juga siap sebagai "kota belanja", terutama bagi turis asing yang tidak siap dengan harga mahal Jepang, tetapi ingin memborong, termasuk Indonesia .....
By Christie Damayanti
Sebelumnya :
- Funabashi, Konsep Kota IdealÂ
- Beranjak ke Kota Funabashi
- Bukan Sekedar Berkuda di Funabashi Hoten
- "Aku Ingin Tinggal di Rumah Nobita, yang Ada Doraemon", dan [Hampir] Menjadi Kenyataan
- "Negeri Impian" Funabashi HotenÂ
- Sekali Lagi, Mengapa Funabashi Hoten?
- 'Funabashi-Hoten', Kota Kecil Awal Sebuah Kemandirian
- Denyut Kehidupan di Nishi Funabashi sebagai "Kota Transit"
- Awal Perjuangan untuk Menaklukan Jepang di Nishi Funabashi
- 'Nishi Funabashi', Sebuah Kota Kecil Tempat Hatiku Berlabuh
- Mengapa Chiba?
- Sebuah Negara dari 'Antah Berantah' dengan Bahasa dan Tulisan Cacingnya, Duniaku yang Baru .....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI