Bedanya adalah dengan beberapa keadaan. Di Funabashi, kita bisa memilih belanja merk terkenal tetapi juga bisa belanja merk-merk lokal yang murah dalam 1 kota. Juga, tidak penuh dan padat orang-orang yang datang. Bisa santai tanpa bertabrakan dengan orang yang lalu-lalang.
Sedangkan di 3 distrik besar di Tokyo, kita harus siap "ditabrak", antre bahkan siap "hilang", hihihi ..... dan semuanya mahal. Di Funabashi bisa makan santai di kedai kuliner tanpa harus menguras kocek yang berlebihan, tetapi jika kita belanja di Ginza, Shibuya atau Shinjuku, bahkan kedai kulinernya pun harganya di atas 1000Yen, bahkan jika makan di mal, pasti lebih baik membayar dengan kartu kredit, jika tidak mau kehabisan uang cash ......
Funabashi memang juga siap sebagai "kota belanja", terutama bagi turis asing yang tidak siap dengan harga mahal Jepang, tetapi ingin memborong, termasuk Indonesia .....
By Christie Damayanti
Sebelumnya :
- Funabashi, Konsep Kota IdealÂ
- Beranjak ke Kota Funabashi
- Bukan Sekedar Berkuda di Funabashi Hoten
- "Aku Ingin Tinggal di Rumah Nobita, yang Ada Doraemon", dan [Hampir] Menjadi Kenyataan
- "Negeri Impian" Funabashi HotenÂ
- Sekali Lagi, Mengapa Funabashi Hoten?
- 'Funabashi-Hoten', Kota Kecil Awal Sebuah Kemandirian
- Denyut Kehidupan di Nishi Funabashi sebagai "Kota Transit"
- Awal Perjuangan untuk Menaklukan Jepang di Nishi Funabashi
- 'Nishi Funabashi', Sebuah Kota Kecil Tempat Hatiku Berlabuh
- Mengapa Chiba?
- Sebuah Negara dari 'Antah Berantah' dengan Bahasa dan Tulisan Cacingnya, Duniaku yang Baru .....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI