***
Sepanjang jalan dengan lini "grid", resto, cafe dan pub silih berganti. Menu2 mereka terpampang di depan. Nama dan promosi2 nya di tempelkan di kaca pintu dan dindingnya. Seru. Heboh. Dan berwarna warni. Khas Jepang!
Tidak ada satupun tulisan latin, kecuali tulisan resto "Mc Donald". Semua huruf hiragana, katakana serta kanji. Yang membuat wisatawan agak "gerah" karena tidak bisa membaca, apalagi berbicara! Bisa keriting, aku .... Hihihi ......
Tiap resto, cafe ataupun pub, sangat mungil. Untuk sebuah kursi roda ajaibku, sangat tidak mampu menampungnya. Antar meja, hanya sekedar berjalanpun cukup sulit karena jaraknya hanya sekutar 40 cm atau 50 cm saja. Bagaimana kursi roda ajaibku yang lebarnya hampir 100 cm, mampu menerabasnya? Belum lagi, hampir semua meja (dan kadang2 dengan kursinya) di paten kan di atas lantai. Jadi tidak bisa digeser2. Kursinya banyak yang tinggi seperti kursi bar, sehingga aku semakin susah untuk duduk.
***
Dan untuk bisa makan disana, kursi rodaku harus di tinggal di luar bangunan, karena sepertinya konsep bangunan2 itu adalah tanpa foyer dan tidak bisa menyimpan atau menitipkan kursi roda ajaibku disana. Bangunan2 khas minimal dan konsep fungsionalis, di negara kecil berteknologi ......
****
Bersebelahan dengan itu semua, stasiun Nishi Funabashi menjadi urat nadi perjalanan kehidupan kota ini. Juka di area resto, cafe dan pub adalah area orang2 yang mencari kesenangan dalam kota transit ini, beda dengan stasiunnya.
Jepang punya pusat nadi dan degub jantung adalah STASIUN KERETA. Karena semua kehidupan warga Jepang adalah kereta. Dengan mahalnya kendaraan lewat bensinnya, kereta menjadi satu2nya transportasi umum yang murah dan cepat. Dan stasiun kereka adalah sebagai 'induk'nya yang mengayomi semuanya.