By Christie Damayanti
Dokumen pribadi
"Wajah" Nishi Funabashi,sebuah kota kecil, awal sebuah perjuangan untuk menaklukan Jepang
Nishi Funabashi, tempat tinggal Michelle selama 6 bulan pertama di Jepang, adalah sebuah kota kecil di distrik Chiba. Kota itu sarat dengan kegidupan apartemen2 bari keluarga dan warga Jepang, yang bersekolah dan bekerja di Tokyo atau di koya Chiba. Dan kota ini berada 1 stasiun dari kota yang lebih besar untuk kemapanan dan kebyamana dengan fasilitas2 yang lebih mumpuni, Funabashi.
Apartemen Michelle berada sangat dekat dari stasiun Nishi Funabashi, bahkan terlihat dari sana. Mungkin berjalan kaki santai sekitar 5 sampai 10 menit dan berlari jika mengejar jadwal kereta, hanya 1 atau 2 menit. Jadi, posisinya sangat stategis. Dan disekelilinya ada resto Matsuya, sebuah resto temurah tempat sebagian besar warga Jepang untuk makan pagi, siang dan malam disana. Menyajikan ricebowl dengan mesin pemesan serta harga yang murah serta enak, menjadikan Matsuya juga adalah favorite Michelle dan teman2nya. Dan itu terletak 5 menit dari apartemennya, berbalikan dari arah stasiun.
Resto/warung Matsuya, dengan huruf kanji dan lambangnya
Ada juga supermarket, tempat belabja bahan makanan dari beras sampai buah, daging dan makanan2 siap saji. Murah. Namanya juga kota kecil, tempat warga lolal bertempat tinggal. Ada apptik, minimart, toko bumu dan banyak sekali tanah kosong yang disediakan pihak swasta untuk parkir mobil dan sepeda. Tapi sepeda adalah yang terbanyak. Bahkan berbondong2 sepeda terparkir di dekat stasiun.
Stasiun Nishi Funbashi, dari sisi kota
Â
Dokumentasi pribadi
Â
Stasiun Nishi Funabashi, dari sisi pemukiman. Disekitarnya penuh dengan parkir (terutama) sepeda. Ada yang di urada terbuka dan ada yang di ruang tertutup, seperti foto diatas
Â
***
Â
Warga lokal khususnya, atau warga negara2 maju umumnya, lebih memilih naik kendaraan umum. Khususnya kerwta adalah y g terpilih banyak sebagai transportasi massal karena cepat dan murah.
Â
Tapi juka tempat tinggal nya jauh dari stasiun, baik di atas tanah atau dibawah tanah (subway), mereka biasanya membawa kendaraan pribadi dulu dan memarkirkannya di parkitan umum dekat stasiun.
Â
Kalau di Amerika di kota2 besarnya, mereka masih menggunakan mob8l. Tetap di Eropa dan Jepang khususnya, kendaraan pribadi mereka untuk ke stasiun adalah sepeda. Biasanya adalqh negara2 tidak terlalu besar dan sudah sangat sadar tentang polusi dunia. Bulan hanya di lingkungannya sendiri teyapi semuanya bagi peduduk dunia. Ditambah lagi tentang biaya hidup yang semakin timngi untuk sekedar membeli bensin saja .....
Â
Parkir sepeda di Nishi Funabashi semakin merajai ruang publik sepanja g jalan munuju stasiun. Desain dan pelayanan di parkir sepeda benar2 mumpuni. Aku tidak pernah melihat petugas parkir atau penunggunya, warga kota sadar dengan hak dan kewajibannya.
Â
Membawa sepedanya untuk diparkir, meletakannya di tempat2 yang sudah disediakan. Kadang ada yang menguncinya, kadang ada juga yang membiarkannya. Bahkan barang2 yang dirasa tidak harus fibawa ya, ditinggalkannya di atas keranjang sepedanya. Dan tanpa penjagaan .....
Â
Terkagum2 aku mengamatinya, walau aku tahu bahwa Jepang, khususnya Tokyo merupakan negara dan kota yang teraman di dunia, sari beberapa penelitian. Tetapi, jika aku berada di tempat mereka sebagai warga negara Indonesia yang bertenpat tinggal di Nishi Funabashi, minimal aku akan me gunci sepedaku dan tidak alan meninggalkan barang2 pribadiku disana!
Â
Ngobrol dengan Michelle tentang keamanan disana memang membuat aku terpengarah dan berpikir. Kata Michelle setelah beberapa bulan disana, tidak pernah ada berita "kehilangan". Pernah ada berita kehilangan, tetapi ketika pelakunya tertangkap, ternyata mereka adalah pendatang, bukan warga lokal. Hmmmm .....
                                                                     Dokumen pribadi
Â
Walau Nishi Funabashi adalah kota kecil, pemerintah tetap peduli dengan mendesain kota kcil ini dengan konsep "ramah disabilitas". Jalur2 tuna netra ini begitu "rumitnya", untuk mereka berhati2 dengan caranya .....
Â
***Â
Kembali tentang Nishi Funabashi.
Â
Dari apartemen Michelle, berada 2 blok jauhnya terdapat sevuah toko kelontong Donki Hote. Sebuah toko "murah" dan menjadi tempat berbelanja warga lokal, khususnya bagi pelajar2 Indonesia termasuk Michelle. Kebutuhan dan peralatan hidup sehari2. Tetapi ada juga yang bermerek mahal, baik lokal atau internasional. Dari tas, sepatu, handphone bahkan perhiasanpun ada disana. Pokoknya komplit, plit .....
Dokumentasi pribadi
Â
Toko kelontong Donki Hoten, selalu ada di tiap kota, terutama di kota2 lokal untuk penduduk local
Â
Dengan 1 lantai mungkin seluas 1000 meter persegi, aku pun senang belanja disana untuk membeli oleh2. Barang2 lokal dan murah, memang dibutuhkan oleh warga local dan pendatang2. Karena kita tahu, bahwa Jepang merupakan "negara mahal", dengan kualitas yang sangat bagus. Tetapi tidak menjadikan toko Donki Hote, sebagai toko dengan kualitas meragukan bagi warga Jepang! Kualitasnya tetap sama, sebagai "produk Jepang" yang terkenal dengan reputasenya.
Â
Melangkan meyeberang Donki Hote, terdapat sebuah Gereja missi (mission) dari Amerika, namanya HOPE CHURCH, tempat Michelle bergereja. Letaknya hanya 2 blok dengan apartemen Michelle dan untuk beribadah, hanya berjalan sekitar 5 menit saja.
Â
Gereja ini adalah gereja missi, yang ingin mengajak anak2 muda Jepang untuk memuji Tuhan lewat musik2 yang keren. Ketika aku disana, pasti aku bergereja di hari Minggu. Mysiknya keren, sekeren musik2 Jepang, dengan kata2 yang membangun jiwa untuk memuji dan memuliakan Nama Tuhan.
Â
Bernyanyi bersama sesame remaja dan pemuda Jepang, para Pastor dan tim pengurus Gereja yang sebagian besar adalah dari Amerika, sangat ramah untuk menerima warga disana termasuk pendatang. Dan setiap selesai ibadah, selalu ada perjamuan kasih, makan2 dan tetap bisa berdiskusi bersama untuk pelayanan. Seperti di gereja2 di Amerika, yang selalu aku datangi jika aku ada di Amerika.
Â
Lanjut ......
Â
Memang, kota Nishi Funabashi adalah sebuah kota dengan tingkt lebih rendah dari kota (cukup) besar Funabashi. Di kota Nishi Funabashi, sepertinya merupakan kota untuk tempat tinggal penduduk local, yang bekerja di Funabashi, bahkan di Tokyo. Dan karena Funabashi dan kota2 kecil dibawahnya berada di distrik Chiba, sebuah kota pendukung ibukota Tokyo,otomatis Nishi Funabashi berada di area 'tempat tinggal' sebagai kota pendukung ibukota.
Dokumentasi pribadi
Â
Kota Nishi Funabashi, penuh dengan gedung2 tinggi, tetapi sebagian besar adalah untuk apartemen. Dari berlantai 2 sampai belasan lantai, dan semua sangat teratur dan rapih .....Â
***Â
Lingkungannya benar2 penuh dengan apartemen, dengan fasilitas2 kehidupan. Semua apartemennya disikapi dengan jalan2 'grid' dan nyaman. Lingkungannya tenang. Jalan2nya tidak terlalu besar, dan sepi, karena pemilik mobil sepertinya lebih memilih memarkorkan mobilnya di parkir umum, ketimbang di halaman apartemennya.
Dokumen pribadi
Â
Suasana di lingkungagn apartemen, asri, rapi, bersih dan "Jepang banget" .....Â
Tetapi bisa aku bayangkan, keran halaman tempat parkir apartemen mereka, tidak besar, sehingga tidak akan cukup untuk parkir mobil2 pemilik unit apartemennya. Sangat wajar, karena jepang memang sebuah negara cukup kecil tetapi penduduknya padat. Sehingga pemerintah mau tidak mau harus memutar otak mereka untuk 'berjibaku' mendesain tata kota dan ruang2 publiknya, untuk kesemuanya bagi kesejahteraan warganya.
Â
Inilah kota Nishi Funabashi. Sebuah kota kecil, awal dari kehidupan bagi Michelle, anakku, dalam meraih mimpi2nya untuk tinggal dan menaklukan Jepang ......
Â
Sebelumnya :
Â
'Nishi Funabashi', Sebuah Kota Kecil Tempat Hatiku BerlabuhÂ
Sebuah Negara dari 'Antah Berantah' dengan Bahasa dan Tulisan Cacingnya, Duniaku yang Baru .....Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H