Langit mendung pagi itu. Aku selalu melirik ke atas dari mobilku, untuk memperhatikan seberapa lamanya kah hujan akan turun. Berkeliling dengan supirku di sekitar Tanjung Duren, aku mengamati pemukiman kumuh dimana pasti itu bukan 'tanah' mereka untuk tempat tinggal.
Beberapa minggu lalau setelah Pameran Filateli Kreatif "Peace and Freedom" yang diselenggarakan pada tanggal 23 sampai 29 Oktober 2017 lalu di Central Park Mall, Yayasan Agung Podomoro (YAPL) mulai menggalang bantuan, bukan sekedar memberikan merekayang membutuhkan uang saja, tetapi mengajak teman2 sebagai pegarai APL ikut peduli untuk sesama.
Mungkin sering kita tidak terpikir untuk peduli sesama tanpa memberikan dana atau uang. Kita semua selalu atau sebagaian besar berpikir bahwa 'peduli sesame identik dengan uang', atau setidaknya tenaga. Tetapi ada banyak cara untuk peduli tanpa harus bersusah payah atau mengeluarkan dana.
Di keluargaku atau di banyak keluarga mungkin sudah selalu memberikan kepedulian kita lewat menyalurkan pakaian2 bekas pakai yang memang masih bagus dan layak pakai. Mungkin dinatara kita sendiri, sering membeli baju tetapi tidak banak dipakai, yang ujung2nya mulai dilupakan karena bosan atau memang tidak enak dipakai. Iya kan?
Pakaian2 layak pakai ini aku dan keluargaku atau banyak keluarga2 yang lain, dikumpulkan dan dibagi2 kepada gereja untuk disalurkan, atau diberikan kepada lingkungan kia sendiri. Atau langsing disumbangkan kepada yayasan atau panti2 sosial untuk mereka. Tetapi yang jelas, pakaian2 bekas ini harus masih bisa dipakai dan layak untuk disandang ......
Mengumpulkan pakaia bekas itu tidak mengeluarkan uang dan tidak mengeluarkan tenaga. Dikumpulkan di 1 doos besar, pasti dalam 1 tahun minimal akan menghasilkan pakaian2 yang jika dijual pun mampu untuk menghidupi sesame yang berkekurangan.
Itulah yang kami mulai ajak teman2 di kantorku untuk berbagi dengan sesame lewat KEPEDULIAN .....
Konsepnya memang sangat sederhana. Mengajak berbagi lewat kepedulian dengan mengumpulkan baju2 bekas layak pakai, untuk langsung disalurkan sendiri kepada lingkungan kantor kami. Dalam sekitar 1 bulan, kami mengumpulkan sekitar 10 doos besar untuk siap disalurkan.
Tentu semua pakaian2 bekas ini kami sortir, karena mungkin standard "layak pakai" antara 1 pegawai dengan pegawai yang lain, tidak sama. Sehingga penyortiran tetap harus dilakukan, bersama team.
Satu persatu kami sortir dan di susun dengan rapid an dimasukkan kedalam doos, di rekatkan dan siap disalurkan. Bukan hanya untuk lingkngan pemukiman di lingkungan Tanjung Duren saja, tetapi kami tidak melupakan ketika ada pegawai2 kami yang juga membutuhkan seperti OB, OG atau security. Kami pun membagikan kepada mereka.
Mottonya memang sangat sederhana, bahwa kami selalu ingin berbagi dan melayani. Jika kami berusaha untuk melakukan kegiatan atau even2 besar dengan dana yang juga lumayan besar, itu pasti tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Ada langkanh2 yang harus kami lakukan, karena kami ini semua adalah pegawai.
Tetapi jika hanya sekedar mengumpylkanpakaian2 bekas layak pakai, itu bisa dilakukan setiap saat. Mengumpulkan dan membawa serta menyalurkan. Bisa secara pribadi yang seperti aku dan keluargaku atau keluarga2 lainnya lakukan, bisa juga dikirimkan ke lembaga2 yang bisa menyalurkannya.
Bicara tentang "malu"
Malu? Mengapa malu? Selama kita tidak melakukan hal2 yang melanggar hokum atau tidak melakukan hal2 yang memang memakukan, mengapa malu jika kia mengumpulkan dan memberikan pakaian2 layak pakai kepada sesama?
Tidak ada yang memalukan, ketika kita dengan hati yang tulus untuk menyalurkan berkat bagi sesama. Dan tidak ada yang lebih memalukan, jika kita mau untuk terus berbagi dalam kepedulian .....
***
Kemarin, Hari Selasa tanggal 12 Desember 2017 lalu, sebagian pegawai APL sudah memberikan banyak berkat bagi sesama. Aku dan temanku dalam yayasan, bu Uke dan pak supir kantor, berkeliling dan mencari tempat yang bisa untuk memberikan berkat ini.
Memang, banyak sekali tempat2 yang harus kami datangi untuk berbagi berkat. Dan aku berjanji, aka nada lagi berkat2 dari teman2 semua untuk disalurkan. Di seluruh Jakarta, mugkin jutaan tempat yang bisa kai datangi. Tapi kami pn terbatas. Jadi, secara pribadi aku mengajak teman2 seluruh Indonesia untuk 'bergerak' dan mulai belajar untuk peduli. Tanpa harus mengeluarkan uang dan tenaga, berkat lewat pakaian bekas layak pakai pun, bisa menjadi berkat bagi sesama.
Kami menemukan 1 lingkungan kumuh, lewat gang kecil, di sisi salah satu anak Sungai Sekretaris. Dimana tempat atau lokasi ini merupaka DAS (Daerah Aliran Sungai). Sebuah lokasi yang sebenarnya harus nya merupakan daerah kosong. Dan antara sungai ke pemukiman, tidak sedekat itu. Minimal 1x lebar sungai. Pastinya lokasi ini akan selalu kebanjiran jia turun hujan.
Ok lah, aku tidak mau membahas itu. Tetapi dari tempat itu aku terus berpikir, apa yang bisa aku lakukan untuk mereka. Minimal hari itu, kami menyalurkan berkat2 bagi mereka yaitu pakaian2 bekas layak pakai.
Jalan setapak menyusuri anak Sungai ini, cukup sempit dengan permukaan yang tidak rata. Mungkin orang yang sehat, tidak terlalu berpikir tentang itu, tetapi tidak dengan aku!
Kami menanyakan Ketua RT disana, dan kebetulan beliau ada. Bp M.Sitanggang, namanya. Sehingga ketika supir kami dan bu Uke swlesai menurunkan doos baju bekas layak pakai tadi, kami sempat berbincang dengan beliau dan sedikit berfoto bersama.
 Memang, yang kami kumpulkan itu tidak sepadan dengan jumlah orang yang membutuhkan. TEtapi setidaknya, kami mencoba untuk berbagi. Justru dari sinilah aku mengajak kepada demua teman dan sahabat, untuk bersama2 menamkan kepedulian bagi mereka. Karena dimulai dengan yang sedikit, akan menjadi bukit, bukan?
***
Jalan setapak itu, bukan hanya sekedar untuk berjalan untuk mencapai rumah mereka saja, tetapi jalan setapak itu merupakan urat nadi kehidupan mereka .....
***
Mereka memang membutuhkan uluran tangan kita. Dan untuk berbagi denan sesama, kita tidak perlu mempunyai uang atau dana.
Kepedulian yang sekecil apapun, itu merupakan berkat yang tak terhingga bagi sesama yang membutuhkan ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H