Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dunia Ramah Disabilitas

10 Juli 2017   13:55 Diperbarui: 1 Agustus 2017   20:36 1546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image and video hosting by TinyPic | www.alamystockphoto.com

By Christie Damayanti

Ketika dunia sangat ramah bagi disabilitas, sangat membahagiakan .....

Salah satu pendekatan yang bisa dipakai dengan cara menerapkan prinsip 'Universal Design', sesuai dengagn yang dikemukakan oleh Ron Mace, berikut ini :

"Universal design is the design of product and environments to be useble by all people, to the greatest extent possible, without the need for adaptation or specialized design"

Intinya adalah, bahwa desain2 yang dihasilkan tidak hanya bisa digunakan oleh masyarakat secara umum saja, melainkan termasuk untuk anak2, para manula, terlasuk para penyandang disabilitas.esain yang dihasilkan juga harus memenuhi kriteria2 khusus, tanpa memandang usia, jenis kelamin, termasuk perbedaan fisik sebagai kaum disabilitas.

Kepedulian sebuah negara tentang kaum disabilitas di seluruh dunia, tentunya merupakan kepedulian kita semua, sebagai warga negara. Ketika salah satu anggota keluarga kita menjadi salah satu bagian dari kaum disabilitas, past kita akan bersaha membuat keluarga kita ini merasa nyaman dalam kehidupannya.

Begitu juga dengan pemerintah di semua negara. Perdebaannya adalah, ketika membangun 'kota ramah disabilitas', ternyata tidak mudah dan tidak murah.Sehingga, jika negara tersebut punya kepedulian tinggi tentang disabilitas, tetapi belum mampu untuk membangunnya, bukan berarti negara tersebut tidak peduli.

Untuk Indonesia sendiri, khususnya Jakarta sebagai ibukota negara, kepedulian warga negara dan warga kota sekarang ini, semakin meningkat. Tetapi sangat disadari bahwa negara Indonesia termasuk 'negara berkembang', dimana merupakan negara besar yang sedang membangun.

Kepedulian itu sudah mulai diintegrasikan dengan konsep2 lingkungan untuk disabilitas. Tentunya, tidak akan mampu dibangun dalam waktu cepat. Karena kota2 di Indonesia sudah terbentuk ratusan tahun sebelum merdeka, dan fasilitas2 perkotaanya belum mampu sebagai bagian dari 'kota ramah disabled'.

Begitu juga tentang bagunan2 umumnya, terutama bangunan2 umum yang sudah berdiri sejak lama. Tetapi untuk bangunan2 baru di Jakarta khususnya, proyek2 tersebut sudah harus terintegrasi dengan konsep2 'ramah disabilitas'.

Penerapan aksesibiltas pada fasilitas umum itu, sekarang sudah mulai di gembar-gembor kan di Jakarta. Desain2 sudah mengarah pada 'kota ramah disabilitas', walau pada kenyataannya, masyarakat umum melum mampu untuk "menyerap" kepedulian. Mereka masih saja penuh dengan kegoisme diri, dimana fasilitas2 disabilitas tersebut, dipergunakan dengan tidak sebagaimana mestinya.

Misalnya,

Tentang area parkir (dengan tanda kursi roda)

">

 

Seharusnya, untuk dimensi dan jumlah parkir disabilitas, sesuai dengan perbandingannya dengan parkir masyarakat umum. Dengan posisi yang dekat dengan bangunan, dan tidak boleh dipergunakan bagi mobil tanpa disabilitas, walaupun parkiran penuh .....

Banyak mall2 atau parkir2 umum yang (katanya) mempunyai tempat khusus untuk 'parkir disabilitas' (untuk kursi roda), pada kenyataannya parkir tersebut dipakai oleh masyarakat umum, dengan alasan "parkir penuh".

Atau di banyak mall, parkir disabled itu justru digunakan bagi 'valet', oleh manajemen valem mall itu sendiri, dan ketika mobil dengan penyadang disabilitas membutuhkannya, justru dihalau dan dihadang untuk tidak memperbunakannya, oleh petugas 'valet'.

 

Dan itu yang sering terjadi, ketika aku berkunjung di beberapa mall, yang jelas2 ada parkir disabilitas dengan tanda kursi roda. Tetapi ketika kami parkir disana, justru mereka dengan agak kasar menghalau mobil kami, dan mengatakan "parkir itu untuk valet".

Dan ketika supir mengatakan aku pemakai kursi roda pun, akhirnya memang diberikan tempat itu sebagai parkir mobil kami, tetapi petugas sangat tidak ramah. Mungkin karena mereka harus memarkirkan kendaraan valet jauh, sesuai dengan peraturan manajemen mall.

Jadi, dalam hal ini memang kesadaran dan keedulian masyarakat umum di Jakarta khususnya, belum terasah. Sehingga, aku (dan mungkin teman2 disabilitas lainnya) harus "berebutan", untuk mendapatkan fasilitas disabilitas, walau seharusnya, tidak seperti itu ....

***

Untuk fasilitas umum disebuah bangunan umum, adalah mall, pertokoan, serta perkantoran. Tetmasuk juga apartemen dan rumah susun.

Untuk mall2 baru, memang sebagian besar sudah mempunyai fasilitas2 ramah disabilitas, tetapi tidak menyeluruh. Justru hal2 kecil, tidak menjadikan mall2 itu sebagai bagian dari ramah disabilitas.

Misalnya,

Lobby utama bangunan umum, mall atau perkantoran :

Konsep sebuah bangunan memang bisa menjadikan bangunan tersebut sebagai bangunan2 yang kokoh, cantik, cool dan menarik. Kokoh dan 'menjulang tinggi', ada pada konsep undakan2 (anak tangga), sehingga membuat bangunan itu benar2 menjulang tinggi.

Tetapi apakah ada yang berpikir bahwa mall/perkantoran tersebut harus bisa dimasuki oleh semua kalangan, termasuk kaum disabilitas?

Jika desainer atau arsitek bangunan itu, belum memiliki kepedulian, tentu sang desainer akan mendesain "seenaknya" saja, sesuai dengan konsep2 ke-duniawian dan tanpa sadar bahwa undakan2 merupakan bagian yang sangat dihindari oleh anak, manula dan penyandang disabilitas. 

">

 


 

Ruang "luas" tanpa undakan semua orang, termasuk manula, anak2 dan kaum disabilitas.

 

Kalaupun ada unddak2an, disebelahnya dibangun ramp dengan derajat kemiringan maksimal 2, dengan cukup landai untuk kursi roda 

Atau, jika desainer mendesain banyak anak tangga untuk menjadikan bangunan tersebut "menjulang tinggi", seharunya disekitar undakan2 tersebut, terapat ramp dengan kemiringan maksimal 2 derajat, yang cukup landai, sehingga disabilitas pengguna kursi roda, mampu memasuki bangunan itu. Termasuk manula, dengagn tongkat atau stroller nya. 

Elemen2 bangunan umum : 

Lebar pintu misalnya. Untuk bangunan umum, disarankan lebar pintu minimal lebih dari 90 cm,sehingga kursi roda bisa masuk. Lalu untuk selasar bagi perkantoran, minimal harus sekitar 160 cm, sehingga kursi roda bisa berdampingan dengan pegawai yang sehat dan normal.

">

 

 

Dengan minimal lbar kursi roda 75 cm/85 cm (tergantung jenis kursi roda), diharapka 90 cm lebar pintu, bisa untuk maneuver

 

">

 


 

Posisi hanya untuk kursi roda. Tetapi tidak baik, jika pegawai/orang lain harus menunggu lursi roda lewat, sehingga miniml ada 80 cm (manusia lebar sekitar cm, dan untuk bergerak 20 cm), di sisi kursi roda

Untuk dimensi2 ruang pun ada standar nya sendiri, karena sebagai fasilitas umum, bangunan umum harus mampu dimasuki oleh semua kalangan, termasuk kaum disabilitas pemakai kursi roda.

Komponen arsitektural mempunyai bobot yang tinggi dalam membuat bangunan2 itu ramah disabilitas. Ukuran toilet disabled. Ukuran atau posisi wastafelnya, closetnya, atau cara menyentor closetnya, merupakan juga bagian dari komponen arsitekturan dan mekanikal nya.

">

 

 

Ukuran tempat duduk, posisi telpon umum, atau posisi ATM bahkan ruang luar bangunan umum, seperti pedestrian, harus kemprehensif untuk menjadian bangunan ini sebagai bagian dari bangunan yang ramah disabilitas.

 

Jika semuanya sudah terakomodasi, beberapa bangunan itu saling "bergandengan tangan", semuanya akan menjadikan kota ini sebagai bagian dari kota yang ramah desabilitas.

 

Dan jika antara kota2 ramah disabilitas ini, akan membat negara dari kota2 ramah disabilitas, sebagai bagian dari negara yang ramah disabilitas, bagian dari dunia kepedulian .....

 

Kapan bangunan atau kota atau negara tersebut menjadi bagian dari "dunia ramah disabilitas?"Semuanya tergantung dari kepedulian warga negaranya, untuk menekan egonya, bagi sesama ......

Sebelumnya :

Konsep 'Universal Design' Secara Internasional bagi Disabilitas

Dasar untuk Membangun "Kota Ramah Disabilitas"

Kami Belajar dengan Cara "Berbeda", Tidak Lebih Baik, Tidak Juga Lebih Buruk .....

Menyesuaikan Tempat Kerja, Bukan Berarti Perombakan Besar-Besaran

'Pergumulan' Penyandang Disabilitas

'Tampilan Bahasa' di Dunia Inklusi

Tersenyum dan Tertawalah Kepada Kami, untuk Berinteraksi 

Pekerja Disabilitas : Hak Mereka Sama, Mimpi Mereka pun Sama .....

'Analisa Pekerjaan' bagi Pekerja Disabilitas, Perlukah?

Bagaimana Cara Mempekerjakan Penyandang Disabilitas?

Akses Kaum Disabilitas untuk Bekerja

"Beban Negara"kah, Kaum Disabilitas?

Kisah Seorang Gadis Tuna Rungu 

"Zona Nyaman" Bagi Disabilitas di Lingkungan Pribadi

"Dibalik Kelemahan Kami, Adalah Kekuatan Kami" [Dunia Disabilitas]

Penyakit 'Multiple Sclerosis' yang Meremukkan Seorang Sahabatku, Semakin Memburuk .....

Keterbatasan Mereka Justru adalah Kekuatan Mereka

Sekali Lagi, "Mereka Ada" : Catatan dari Rawinala

'Mereka' adalah Inspirasi yang Terpendam .....

"Mereka Ada ......"

Penyandang 'Pasca Stroke' Diminta Pensiun Dini? Sedih .....

Kaum Disabled Jangan Manja, Karena Kepedulian Itu Masih Lama!

Oda itu Adalah Sahabatku

'Hidup di Jakarta itu Serasa Dalam Hutan, Siapa yang Kuat Dialah yang Menang!'

Terpuruk? Apalagi Sebagai Insan Pasca Stroke, Sangatlah Manusiawi!

Untukmu Indonesiaku, dari Aku 'Ordinary Disabled Woman coz of Stroke' .....

 

Cacat? Disabilitas? Mimpi Kita Semua Sama, koq!

Tolong Pedulikan Kami: Adakah yang Tahu dan Peduli dengan 'Toilet Disabled?'

'Peduli Disabilitas' : Dunia Berharga Penuh Makna

Sebuah Catatan dari Kaum Disabled

Di Sebuah Kota yang Ramah bagi Warga 'Disabled', seperti Aku .....

Sudahkah Kita Menjamin Aksesibilitas bagi Warga 'Disabled' di Indonesia ?

Warga 'Disabled' Sebagai Asset dan Masa Depan Bangsa : Sebuah Perenungan Diri 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun