Sebuah hubungan antara penyndang disabilitas dan masyarakat umum, hanya karena belas kasihan, akan sangat rentan oleh waktu. Belas kasihan itu pun akan menjadi batu sandungagn bahkan bom waktu. Tetapi sebuah hubungan antara penyandang disabilitas dengan masyarakat umu oleh sebab sebuah motivasi, justru bisa menjadikan hubungan tersebut lebih baik.
Basis motivasi, saling menghargai dan tujuan masa depan, akan membuahkan kehidupan inklusi yang bisa saling berinteraksi lebih nyaman. Saling mengerti, adalah dasar dari segalanya. Keterbatasan fisik bagi penyadanga disabilitas serta keterbatasan2 yang lain bagi masyarakat pada umumnya (karena manusia semuanya adalah terbatas dan tidak ada manusia yang sempurna), memang harus dimengerti …..
Jika semuanya berdasarkan dari belas kasihan, semuanya akan mengecewakan. Semuanyaakan saling menahan diri. Kekecewaan2 demi kekecewaan, terus menghunjam kalbu, yang akhirnya bom akan meledak …..
Dan yang jelas, tindakan positif tentulah sangat dibutuhkan. Artinya, setiap tindakan dari bagian penyandang disabilitas dan tindakan dari masyarakat umum, haruslah didasari dengan tujuan yang terbaik bagi semuanya. Jangan ada yang disembunyikan, apalagi benar2 tindakan yang ‘menyerang’.
***
Sepertinya, pertanyaan diatas tentang “apa yang sedang digumulkan para penyandang disabilitas” serta “bagaimana masyarakat umum bisa membantunya”, sudah terjawab dengan jelas.
Mereka membutuhkan lebih dari sekedar saling menghargai, tetapi saling mengerti. Mereka tidak ingin belas kasihan, tetapi (sekali lagi) mereka membutuhkan pengertian.
Bahwa, mereka memang terbatas. Baik yang cacat sejak lahir karena Tuhan “memilih” mereka, atau yang cacat karena kecelakaan atau karena penyakit, mereka memang berbeda. Dan seyogyanya lah, yang sehat dan sempurna membantunya.
Bukan hanya membantu dengan peralatan pembantu saja, tetapi lebih dari itu, yaitu sebuah pengertian yang hakiki untuk mereka …..
Sebelumnya,
‘Tampilan Bahasa’ di Dunia Inklusi