Aku sendiri setelah menjadi disabled, merasa harus bekerja 2x lebih keras, disbanding dengan aku sebelum cacat. Karena, ketika aku harus bekerja di perusahaan besar, walau fasilitas2 dan akses2nya sangat nyaman, bukan bebarati tidak ada hambatan.
Karena aku adalah insane pasca stroke, aku akan sangat bermasalah jika berada di keramaian. Bukan karena tidak percaya diri, tetapi karena kadang kala, otakku yang memang sudah cacat ini, tidak mampu mengontrok gerak tubuhku, khususnya sebelah kanan yang lumpuh. Sehingga, tiba2 saja kaki kananku tidak bisa diajak kerjasama, dan kaki kananku benar2 tidak mampu bergerak …..
Jafi, aku harus menumbuhkan “kerja kerasku”, bukan tentang pekerjaanku tetapi justru untuk kotrol diri di lingkungan pekerjaan. Dan iitu benar2 membuat terkurasnya energiku. Sehingga, memang benar bahwa kaum disabled akan memerlukan tenaga minimal 2x lipat dibanding pegawai pada umumnya.
Belum lagi, pemikiran2 negatif ku sebagai insane pasca stroke dan bagian dari penyandang disabilitas Indonesia. Sangat wajar jika aku takut suatu saat aku diberhentikan, dan susah kembali mendapat pekerjaan lagi. Sehingga, aku harus bekerja lebih giat supaya karya ku semakin bisa dipakai oleh perusaaan tempat aku bekerja.
Aku berusaha melecut tubuhku untuk bisa menjadi pegawai yang bisa diandalkan, walau tetap terbatas. Sehingga, berusaha mengeksplore karyaku semakin terfokus untuk tujuan yang lebih baik.
Jadi, apa yang menjadi manfaat mempekerjakan kaum disabilitas?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H