Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Zona Nyaman" bagi Disabilitas di Lingkungan Pribadi

8 Mei 2017   13:59 Diperbarui: 8 Mei 2017   14:35 1353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By Christie Damayanti

www.123RF.com

Sebagai bagian dari kaum disabilitas lumpuh fisik karena stroke, aku ingin fasilitas2 lingkunganku terpenuhi. Dimulai dengan fasilitas2 di rumahku sendiri. Paling tidak, aku akan mempunyai zona nyaman untuk hidupku di rumahku sendiri.

Dari sanalah, pasti akan berkembang dalam zona nyaman di lingkunganku, seperti perumahan tempat aku tinggal, perkantoran tempat aku bekerja bahkan meluas lgi ke bangunan2 umum (public space), untuk kemandirian seorang disabled.

Dimulai dengan ini :

Kaum disabilitas adalah sebuah kumpulan orang2 dengan kebutuhaan khusus, sebagai warga kota dan negara. Mereka mempunyai keluarga dan lingkungan nya pun sama dengan keluarga dan lingkungan kita. Kaum disabilitas tetap harus diperhatikan. Mereka tetap bisa berkarya tetapi caranya berbeda. Dan kita lah yang sehat, keluarga dan warga kota yang harus memperhatikan mereka, salah satunya dengan mendesain jalur mereka untuk berkegiatan.

Kaum disabilitas dibagi dengan beberapa "zona disabilitas", yaitu :

  • Lansia
  • Lansia juga termasuk disabilitas. Mereka kaum lanjut usia yang untuk berjalqn pun susah. Mereka memakai tongkat dan mungkin memakai kursi roda.
  • Disabilitas kursi roda
  • Mereka adalah disabilitas yang benar2 membutuhkan ruang yang lebih besar, dengan kursi roda dan pergerakann serta manuver2nya.
  • Disabilitas netra
  • Mereka munglin tidak membutugkan ruang yang besar, tetapi mereka membutuhkan ruang yang 'bersih' dari barang2 (supaya tidak tersandung), dan rapih karena mereka tidak melihat.
  • Disabilitas rungu
  • Mereka lebih fleksibel dibanding dengan disabilitas yang lain, namun mereka tetap menbutuhkan desain2 khusus untuk aktifitas mereka. Disabilitas rungu berarti juga disabilitas wicara karena mereka tidak pernah mendengar, sehingga tetap membutuhkan ruang yang ‘bersih’, supaya mereka tidak perlu teriak2 untuk minta pertolongan.
  • Disabilitas ganda / auitisme
  • Mereka membutuhkan penanganan khusus. Dan membutuhkan ruangan dan penanganan khusus.

Kaum disabilitas diatas, mungkin pernah mempunyai kebisaan itu, tetapi karena sesuatu hal, seperti kecelakaan atau sakit (biasanya stroke), membuat mereka mempunyai keterbatasan2 fisik.

  • Disabilitas dari lahir
  • Disabilitas karena sakit atau kecelakaan

Untuk kaum disabilitas ini bisa berkegiatan dan berkarya, semua 'ruang' harus ditata sedemikian sehingga mereka bisa mempergunakannya. Mulai dari ruang pribadi (dari kamar pribadi sampai rumah), bangunan2 umum sampai ruang kota. Dan pemerintah pun sudah mengaturnya untuk ruang2 umum dan ruang perkotaan. Sudah diatur dalam UU, terutama bangunan2 umum yang mempunyai akses besar untuk kaum disabilitas, seperti mall, rumah sakit, restoran dan perkantoran.

Karena pemerintah pun sudah memberikan aturan2 untuk mempekerjakan kaum disabilitas dalam kehidupan profesionalitas perkantoran, minimal 10%.

Dan semuanya memang berawal dari ruang pribadi, karena ketika kaum disabilitas merasa nyaman di ruang pribadinya, selanjutnya mereka akan mempunyai tingkat percaya diri tinggi untuk keluar dari tempurungnya. Tetapi ketika mereka sudah 'keluar' dari zona nyaman mereka dan tidak mendapatkan kenyamanan di ruang2 publik dan ruang perkotaan, kemungkinan besar mereka kembali lagi kedalam zona nyaman mereka.

Zona nyaman dalam rumah kaum disabilitas :

Permukaan tanah

  • Menggunakan keramik (jangan terlalu licin atau terlalu kasar).
  • JANGAN memakai undakan. Peil2 permukaan lantai pun jika bisa dibuat 'smooth' atau ramp, untuk tidak tersandung.

 Pintu

  • Untuk disabilitas kursi roda, pintu HARUS minimal 100 cm, sesuai dengan besaran terbesar kursi roda (sekitar 80 cm). Jika ada yang mendorong, si pasien aman beradq di kursi roda. Tetapi jika si pasien menggerakan kursi rodanya sendiri, berarti tangan kanab dan kirinya harus memegang roda, dan itu berarti harus ada space khusus.
  • Pintu utama rumah memang buka tutup ke dalam. Tetapi sangat disarankan untuk ada space yang cukup untuk kursi roda dari dalam menuju keluar.
  • Mengapa toilet disabled di mall dianjurkan untuk pintunya membuka keluar? Karena tidak ada space lebih untuk pintu buka dalam, dan karena kursi roda.
  • Posisi handle dan kunci tambahan
  • Disarankan jang terlalu tinggi (maximal sekitar 80 - 90 cm) bagi pasien. Gerendel tambahan di bawah saja. Karena susah untuk disabilitas kursi roda dan tongkat.

Ruang

  • Bagi disabilitas kursi roda, membutuhkan ruang luas tanpa undakan termasuk karpet. Bagi lansia dan memakai tongkat dan kruk, membutuhkan permukaan lantai yang tidak licin, tanpa undakan dan tanpa karpet. Bagi disabilitas netra, membutuhkan sisi dinding dengan penebalan material untuk lebih nyaman dan supaya dinding tidak kotor. Biasanya penebalan dengan material kayu (dengan warna natural) yang di poles sehingga licin, tetapi tidak meninggalkan bekas tangan yang kotor.
  • Jika tidak ada dinding yang utuh untuk dibuatkan segaris materilal kayu supaya tidak kotor, paling tidak, dicat warna gelap dan glossy, supaya mudah dibersihkan.
  • Ruang disarankan cukup ‘bersih’ tanpa banyak hiasan yang memungkinkan kaum disabilitas bingung, dan sering ‘kalap dan stres’ tiba2. Jika mungkin, jangan terlalu banyak sekat2 atau lemari, terutama untuk disabilitas kursi roda.
  • Kursi2 dalam ruangan disarankan yang aman, jangan memakai kursi plastic atau kursi2 lipat. Antara kursi dengan meja pun harus dipertimbangkan untuk mereka bisa duduk dengan nyaman.
  • Walaupun mungkin ruangan di rumah cukup luas, tetap harus diperhitungkan tentang pergerakan kursi roda dengan manuver2nya. Jika si pasien bergerak sendiri, bisa menjadi stress kalau tidak ada maneuver yang cukup nyaman untuk pergerakan kursi rodanya.
  • Desain meja makan pun maksimal setinggi meja kantor (sekitar 70 – 75 cm), supaya disabilitas kursi roda lebih nyaman untuk makan.

Kamar Mandi / Toilet / Wastafel

  • Minimal luas ruangan  200 cm x 200 cm SEBELUMbak mandi (jika memakai bak mandi) dan DILUAR water-closet. Tetapi disarankan memakai shower, bukan bak mandi. Karena si pasien disabilitas apapun, lebih nyaman mandi dengan shower dan dengan duduk.
  • Kursi roda bisa langsung  untuk mandi tanpa si pasien keluar dari kursi roda. Dan pendampingnya bisa membantunya. Maka dari itu dibutuhkan ruang cukup besar.
  • Untuk disabilitas non-kursi roda, lebih baik di desain khusus, sebuah kursi / bangku dengan material keramik atau stainless steel. Berada dekat dengan shower dan mudah untuk mengambil kebutuhan mandi, seperti sabun atau samphoo.
  • Beri beberapa pegangan dari stainless steel, terutama di daerah water-closet dan tempat duduk. Karena lantai kamar mandi pasti licin.
  • Jika ruang mandinya hanya minimal saja, sebaiknya pintu dibuka keluar, supaya mudah menempatkan kursi roda. Jika ada keset di depan kamar mandi, kaum disabilitas membutuhkan bantuan karena seringkali sebuah keset membuat mereka terjatuh karena tersandung bahkan bisa terpeleset.
  • Wastafel pun untuk sikat gigi sebaiknya diluar kamar mandi, untuk memudahkan disabilitas kursi roda untuk bergerak. Karena jika di dalam kamar mandi, susah untuk manuver2nya. Ketinggian meja wastafel untuk kaum disabilitas kursi roda pun berbeda. Maksimal setinggi 70 – 80 cm, karena untuk menyikat gigi sambil duduk di kursi roda, akan sulit jika ketinggian wastafel lebih dari itu.
  • Wastafel pun sebaiknya desain yang menjorok ke bibir meja wastafel, supaya memudahkan. Dan wastafel jangan terlalu besar, karena agak sulit jika harus memutar kran.

Dapur

Jika disabilitas suka dan berminat untuk melakukan kegiatan di dapur (misalnya memasak), semuanya harus disesuaikan dengan si pasien. Baik disabilitas kursi roda atau tongkat. Tetapi disarankan untuk ada yang membantunya, karena agak riskan dan berbahaya.

Kamar Pribadi

Kamar pribadi sebaiknya ditanyakan sendiri kepada si pasien, karena mereka mempunyai keinginan sendiri2. Tetapi bagi disabilitas kursi roda, harus diingat dengan :

  • Ruangan MINIMAL untuk maneuver dan pergerakan kursi roda 200 cm x 200 cm, DILUAR lemari, meja rias dan ranjangnya.
  • Sebaiknya tanpa karpet dan ruangan ‘bersih’ dari barang2.
  • Stop kontak jangan terlalu tinggi, juga jangan terlalu rendah (sekitar 80 cm saja), supaya si pasien disabilitas kursi roda, tidak kesulitan dan nyaman untuk beraktifitas.

UMUM 

  • Tiap pintu minimal 100 cm untuk disabilitas kursi roda. Pi pntu buka kedalam / keluar, disesuaikan dengan luas ruangan dan kebutuhan si pasien disabilitas kursi roda.
  • Stop kontak, maksimal sekitar 80 cm supaya si pasien disabilitas apapun merasa nyaman untuk beraktifitas. Tidak membungkuk terlalu dalam dan lama, juga tidak terlalu tengadah.
  • Saklar lampu pun demikian.
  • Beri pegangan di beberapa dinding di rumah, terutama di kamar mandi, dari stainless steel supaya mereka bisa berpegangan. Undi kamar mandi, pegangan tersebut lebih rapat di daerah water-closet dan tempat duduk.

CATATAN :

  • Jika rumah yang nyaman untuk penyandang disabilitas, minimal seperti hal2 diatas (karena banyak hal tidak bisa didesain seperti ini), mereka akan lebih banyak membutuhkan bantuan orang lain. Harus ada asisten yang sabar, karena mereka sangat sensitive dan mudah marah serta stress.
  • Tetapi jika minimal desain ini terpenuhi, mereka akan membangun percaya diri mereka dengan baik supaya ketika mereka harus keluar dari zona nyamannya dan berinteraksi dengan masyarakat, kepercayaan diri mereka membuat mereka semakin mandiri.

Jika keluarga si pasien mampu, bisa didesain dengan alat2 yang lebih canggih dan harus import, seperti yang aku tuliskan di Di Sebuah Kota yang Ramah bagi Warga ‘Disabled’, seperti Aku .....

Dan dari ruang pribadi ini, berlanjut dengan ruang public sampai ruang perkotaan, karena jika ruang public dan ruang perkotaan belum memberikan akses seluas2nya bagi kaum disabilitas, jika mereka mulai ingin bersosialisasi tetapi tidak ada fasilitasnya, kemungkinan besar mereka akan kembali lagi dengagn zona nyaman mereka. Kecuali jika mereka ‘bernyali’ besar … dan itu sungguh tidak banyak mereka melakukannya …..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun