By Christie Damayanti
Sebagai seorang arsitek, SELASAR adalah KORIDOR, sebuah ruang public untuk penghubung antar ruang atau bangunan. Biasanya berhubungan dengagn rumah sakit atau perkantoran tinggi, yang mempunyai banyak ruang, dan dihubungkan dengan selasar, sebagai ruang public.
Na, ketika kang Pepih menyebutknya SELASAR untuk memulai impiannya yang baru, aku mencoba googling. Ternyata memang ada “selasar” yang lain, tempat berkumpulnya kita semua, lewat sebuah konsep baru sebagai platform digital online.
SELASAR ini didirikan oleh mas Miftah Sabri, mas Shofwan Al Banna, mas Choiruzzad dan mba Devie Rahmawati, untuk berbagi gagasan sesuai dengan kompetensinya masing, dengan cara menulis artikel2. Bukan hanya sekedar menulis artikel, seperti di blog2 keroyokan atau blog2 pribadi saja, tetapi SELASAR mencoba untuk menambah fitur Tanya jawab, yang ternyata mengasikkan!
Aku sendiri sih, kurang mengerti tentang dunia ini. Setelah aku menjadi cacat 7 tahun lalu, aku merambah dunia baru untukku, yang diberikan Tuhan untukku, yaitu menulis. Mencoba mencurahkan pemikiran2ku serta perasaan2ku lewat tulisan, karena bicaraku setelah terserang stroke, agak terhambat sampai sekarang.
Seorang sahabat kecil, mengenalkan aku kepada Kompasiana bulan November 2010, dan di Kompasiana lah aku menjadikan artikel2ku sebagai “etalase” pemikiran2ku, dan sudah dibuku2kan sampai 11 buku sejak tahun 2012 sampai sekarang.
Nah, Kang Pepih lah salah satu yang berjasa untuk pemulihanku sebagai insan pasca stroke, lewat tulisan2ku serta beberapa penghargaanku di Kompasiana. Salah satunya sebagai “Kompasianer of The Year 2011” yang lalu.
">
Aku dan Kang Pepih, menyerahkan Penghargaan “Kompasiaber of The Year 2011”, FX Sudirman
Aku tetap menulis antara 1 sampai 3 artikel swtiap hari, dan sekarang artikelku dalam “etalase” Kompasianaku, sudah 1546 buah. Dan ketika Kang Pepih mengajakku untuk menulis di SELASAR dan mengundangku, aku semakin penasaran ……