By Christie Damayanti
‘Rocky Moutain’, dengan pegunungan yang diselimuti salju di latar belakang, serta pegunungab anakkan bebatuan merah, dilator depannya …..
“Meteor Crater” …..
Sepertinya, nama ini berada di suatu tempat antah berantah. Pertama kali aku dengar dari adikku pun, aku tidak terlalu percaya. Termasuk dalam “Route 66”. Kupikir, dia becanda. Atau dia hanya iseng2 menyebutknya, karena tempat peristiratan yang kami datangi, seperti di angkasa luar dengan bebatuan merah seperti tanah liat, di selatan Arizona …..
Tetapi ternyata tempat di Arizona bernama “Meteor Crater” ini memang ada, setelah aku googling. Adalah sebuah tempat yang benar2 pernah ‘kejatuhan’ meteor, sekitar 50.000 tahun lalu. Berupa kawah meteorit sekitar 60 km sebelah timur Flagstaff, di Arizona.
Kawah meteorit ini dahulu bernama ‘kawah Daniel Barringer’, untuk menghormati para ilmuwan yang pertama menunjukkan dampak meteorit. Kawah tersebut tidak dilindungi sebagai ‘monumen nasional’ (makanya, tidak ada sama sekali petunjuk2 di sekitar tempat peristirahatan disana, dan tidak ada di buku2 wisata local disana).
Sumber : www.wikipedia.org
‘Kawah meteroit’ di Meteror Crater, Arizona selatan. Wisata local, milik keluarga Barringer.
Posisinya di ketinggian sekitar 1740 meter diatas permukaan laut, dan pusat kawah meteorit ini, berada di antara gunung bebatuan merah seperti tanah liat, yang merupakan bagian dari Rocky Mountain. Dan bebatuan merah ini lah yang menarik pelancong disana, justru bukan kawah meteorit nya …..
Ketika kami sudah masuk ke New Mexico, adalah yang memang terpampang di depan kaca mobil, pegunungan bebatuan merah. Tidak terlalu tinggi, merupakan bagian mecil dari Rocky Mountain, yang terkenal di dunia, yang ‘menjalar’ dari Canada sampai New Mexico, Amerika Serikat.
Rocky Mountain, terlihat sangat cantik di musim dingin, terutama di negara bagian Colorado sampai Canada, tetapi semakin ke selatan sampai New Mexico, semakin terlihat kecil, sampai seperti gunung tau perbukitan, bebatuan dan berwarna merah.Dan perbukitan bebatuan bagian dari Rocky Mountain ini lah yang kami nikmati selama dalam perjalanan dari Dallas ke Los Angeles, sebagai perbukitan merah ……
Kecantikkan perbukitan merah ini lah yang aku selalu abadikan lewat kameraku dan aku share ke medsosku. Mulai dari awal mataku menangkapnya sewaktu masuk ke New Mexico, sampai ke Arizona yang akhirnya perbukitan merah ini semakin dekat, sampai mobil kami bisa ‘menyentuh’ nya, karena benar2 dekat dari jalan raya.
Beberapa titik di bebatuan merah ini, sepertinya ‘keropos’, dan akhirnya seperti batu apung, berlubang2. Mungkin di dalam lubang2 itu terdapat rumah hewan. Ular, misalnya. Atau serangga2 lokal……
Bebatuan merah tersebut semakin dekat dan terlihat sama sekali tidak mempunyai ‘tanah’ sebagai tempat tumbuhnya rerumputan. Memang, seperti yang aku tuliskan dari awal link perjalanan kami beberapa hari lalu, dari Dallas sampai Los Angeles, termasuk “Route 66” benar2 daerah tandus. Daerah padang pasir dengagn rermputan atau daerah rerumputan yang banyak terdapat pasir2 luas.
Di puncak bebatuan merah, terlihat ‘tepee’ (kemah Indian, rumah tradisional Indian). Entah benar2 ada Ibdian yang bermukim disana, atau hanya sekedar sebagai ‘monumen’ bahwa disinilah salah satu populasi Indian bermukim ……
Ketika ada sebuah tempat peristirahatan, dimana biasanya ada tempat ‘restroom’ (toilet) dan untuk sekedar berfoto2, kami pun berhenti. Sekalian untuk pipis, bebatuan merah itu semakin membuat aku berada dialam mimpi.
Mengapa?
Waktu kami ‘masuk’ ke pegunungan batu merah, adalah pagi hari. Langit biru dan matahari bersinar cerah. Warna merah itu sangat cerah dan selama mata memandang, benar2 membuat kita merasa di awang2 …. Di alam mimpi.
Lalu selama perjalanan dari pagi sampai sore, sinar matahari semakin memudar dan senja menerawang. Matahari senja mengubah warna merah cerah, menjadi sebagian merah gelap, membuat lebih dramatis …..
Pegunungan batu merah tersebut, ternyata jika kita amati, sebaian merupkan batuan yang ‘keropos’. Banyak lubang2 pada batuan itu, bahkan di pegunungan batu merah tersebut, ada yang benar2 menerawang sebagai lubang besar, yang akhirnya dimanfaatkan oleh penduduk setempat untuk tempat berdagang.
***
Kembali lagi ke area peristirahatan “Meteor Crater”, tempat kami berhenti. Pemerintah setempat membangun fasilitas tempat peristirahatannya memang sangat nyaman. Tempat parkirnya pun luas. Restroom atau toilet modern. Lengkap dengan kebutuhan toiletries. Yang kurang adalah, tidak ada pemanas atau heater ….. karena ketika disana, suhu ucara minus sekian strip di derajat Celsius, walau cuaca sangat ramah dan bersahabat ……
Bebatuan merah seperti tanah liat, tempat peristirahatan untuk sekedar melepas lelah. Banyak orang datang kesana untuk bermain dan berfoto …..
Karena tidak ada keterangan ‘dimana kawah meteorit’ tersebut di tempat peristirahatan, aku tidak tahu persis, dititik mana dari tempat kami berhenti. Yang jelas, setelah aku googling, ternyata ‘kawat meteorit’ ini adalah tempat wisata pribadi keluarga Barringer, melalui ‘Barringer Crater’ dan ternyata juga disana ada beberapa bangunan untuk pameran interaktif dengan artefak, dan toko2 souvenir.
Tetapi memang, kami pun tidak akan esana walau ada petunjuk arah, karena perjalanan kami masih jauh. Untuk mengejar waktu dalam 2 hari 1 malam sejauh sekitar 2.300 km, kami harus sampai ke Los Angeles, untuk berwisata disana.
Perjalanan yang cukup jauh, dengan bentangan dalam 4 negara bagian dan jalanan (highway) yang lurus dan sempurna, merupakan perjalanan yang sangat lancar dengan peandangan alam padang pasir Amerika, membuat aku terinspirasi untuk menulis sebuah buku tentang perjalanan darat, yang sarat oleh pengalaman2 cantik dan menakjubkan.
Karena tidak banyak pelancong bisa melakukan perjalanan darat sejauh itu, khususnya pelancong manca negara, karena bagi mereka akan sangat membuang waktu, padahal masih banyak tempat2 wisata terkenal yang harus disinggahi.
Tetapi karena kami sudah beberapa kali berwisata ke tempat2 wisata dunia di West Coast, sehingga kami bisa melewati perjalanan darat untuk lebih mengenal Amerika, dengan wisata kehidupan local disana ……
Dan perjalanan kami lanjutkan menuju Flagstaff yang kemudian langsung menuju Los Angeles ……
Sebelumnya :
“Route 66” : Cikal Bakal Jalan Raya Amerika dari Chicago ke Santa Monica
Geometris Tenun Indian (Navajo) dan Tenun Indonesia (Timur)
‘Dunia Terasing’ Suku Navajo, di Negera Super Modern
Suku Indian ‘Navajo’ : Cerita Dibalik Negeri Impian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H