By Christie Damayanti
Daerah tempat tinggal Navajo, yang tenar karena film2 cowboy produksi Hollywood, tetapi tidak menyisakan kemodernannya …..
Suku Indian Navajo, populasinya lebih banyak di negara bagian New Mexico, sesuai dengan sejarah awal hidup mereka. Navajo juga merupakan musuh lama suku Apache, bernegosiasi dengan pemerintah federal yang memungkinkan suku Navajo ini tetap bisa mendapatkan perlindungan dari musuh2 mereka.
Navajo atau beberapa suku Indian lain di Amerika, diberikan pemerintah untuk menempati beberapa negara bagian yang, sayangnya, sepertinya sangat tidak mampu untuk menghidupi suku nya, karena tandus.
Texas, New Mexico, Arizona dan Nevada serta Utah sebagian besar daerah ini adalah merupakan padang rumput yang berpasir. Atau bisa juga disebut padang pasi yang berumput. Dimana sejauh mata memandang, hanya dataran rata tanpa pepohonan rindang atau tanpa ada gerombolan hijau.
Sejauh mata memandang, hanya dataran tandus pasir yang berumput, dikelilingi oleh barusan pegunungan Rocky Mountain …..
Tanahnya liat, dan di musem panas akan retak2 dengan suhu sampai 100 derajat Fahrenheit. Cukup memiluka, ketika suku bangsa pribumi tanah Amerika, justru dikuasai oleh orang2 putih modern, yang bertempat tinggal di daerh2 subur dan hijau …..
Tentang “Navajo Nation”, seperti tertera dalam peta ini, dan dimana waktu itu kami melintas bermobil, aku melihat suasana yang sangat tandus. Memang, Desember merupakan musim dingin. Matahari bersinar cerah, dengan langit birunya, tetapi jangan terkecoh!
“Navajo Nation” dan daerah konvervasi Indian di Barat Daya Amerika ini, metupakan daerrah padang pasir dan rerumputan. Dimana hokum alam terjadi, bahwa di area padang pasir seperti ini, jika musim dingin, termasuk sangat dingin (bahkan sering kali suhu dibawah 0), dan jika musim panas suhu bisa sampai 100 derajat Fahrenheit.
Dan dengan daerah tandus seperti ini, apakah suku2 Indian Navajo ini mampu bertahan hidup?
Padang pasir rerumputan tandus seperti inilah ruang hidup suku Navajo. Tetapi dibalik ketandusan tempat ini, ada keindahan yang terpancar. Yaitu, bukit2 batu berwarna merah cantik, itu bisa menjadi daerah wisata bagi peningkatan perekonomian mereka …..
Tetapi yang jelas, kehidupan suku2 bangsa Indian termasuk Navajo di Amerika ini, merupakan kehidupan natural mereka, dimana jaman awal kehidupan mereka, suku Navajo mempunyai rumah2 tradisionalnya yang disebut ‘hogan’, sebuah rumah kecil yang dibangun dari batu dan tanah liat, berbentuk setengah bola.
Berbeda dengan’tepee’, atau rumah2 tradisional Indian yang nomaden (selalu berpindah tempat, untuk mengejar bison, buruannya sebagai bahan makann utamanya). Suku Navajo sepertinya hidup menetap dengan rumah2 yang juga terbuat dari alam …..
Tidak terlalu salah juga, ketika pemerintah Amerika membrikan tempat di beberapa negara bagian di Amerika Barat Daya ini, sesuai dengan sejarah mereka yang mempunyai kehidupan mereka yang memang alami. Jika mereka diberikan tempat di negara bagian yang tidak berbatu dan berpasir, justru mungkin mereka akan cepat melupakan sejarahnya dan berubah menjadi Indian modern. Dan salah satu budaya dunia, lebih cepat menghilang …..
***
Cerita2 ‘menyedihkan’ tentang suku Navajo, membuat aku semakin berpikir jauh. Ketika daerah tempat tinggal mereka ini benar2 tidak nyaman untuk meningkatkan perekonomian mereka, bahkan “Navajo Nation” atau justru pemerintah pusat Amerika tidak (atau belum?) berminat untuk memberi ruang dan memfasilitasi konsep2 cantik yang pastinya bisa menjadikan tempat ‘wisata Indian’ berbanding terbalik dengan cerita2 film Hollywood, dimana justru ketandusan New Mexico dan Arizona, justru diabadikan oleh cerita2 di film cowboy produksi nya, tetapi tidak menyisakan pendapatan bagi suku Navajo, apalagi ketenaran!
Dari cerita adikku yang sempat mendalami kehidupan suku Navajo, karena dia ikut serta dalam sebuah program untuk meningkatkan taraf perekonomian perumahan mereka, kehidupan mereka itu sangat sederhana. Selain mereka juga sebagian sudah menempati rumah2 modern dengan segala fasilitasnya, ‘hogan’ atau rumah tradisional mereka pun tetap di junjung tinggi sebagai akan budaya mereka.
Pemikiranku berlanjut lagi, ketika aku melihat daerah perumahan modern mereka serta kota2 kecil atau pedesaan mereka sepanjang perjalan kami kemarin.
Suasana kota, tidak berbeda dengan suasana kota2 kecil di Indonesia. Ada konsep ‘bisnis’ dengan beberapa restoran, toko2 keontong, hotel2 transit dan pompa bensin. Aku tidak terlalu tau, bagaimana transportasi antar kota atau desa mereka.
Tetapi sepanjang aku melihat, tidak ada tranportasi missal seperti kereta atau bus bahkan taxi. Di rumah2 modern mereka, sebagian besar mereka memounyai mobil2 tua, yang siap mengantar mereka. Dan sepengehilatan mataku, tidak ada bangunan modern lebih dari 4 lantai. Itu pun sangat jarang. Bangunan 4 lantai itu biasanya adalah hotel2 yang dikelola secara modern.
Akhirnya, anak2 mereka merantau ke kota2 besar di seluruh pelosok Amerika. Mereka berjuang menuntut ilmu, lalu sebagian dari mereka memilih tinggal di kota2 besar dan menjadi ‘orang’. Sebagian lagi, memilih untuk kembali ke ‘desa’ mereka dan membangunkeluarga dan daerah mereka. Banyak dari mereka menjadi tokoh politik, olah raga atau orang2 pintar lainnya. Dan banyak juga yang memilih mengembangkan budaya mereka di tanah kelahitan mereka ……
Tetapi bagaimana dengagn nasib suku Navajo? Bagaimana pula dengan nasib suku2 Indian yang lainnya?
Alam tempat tinggal mereka memang tidak bisa diubah, karena itu adalah ‘given’, sesuai dengagn penciptaan Tuhan. Tetapi jika Tuhan memberikan suku Navajo untuk hidup dan bermukin disana, pastilah ada celah untuk bisa dikembangkan. Mungkin salah satunya lewat ‘wisata Indian’. Dan aku sangat tertarik dengan pengembangan budaya2 dunia, termasuk dengan Indian2 ……
Bersambung …..
Sebelumnya :
Suku Indian ‘Navajo’ : Cerita Dibalik Negeri Impian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H