Dokumen pribadi
By Christie Damayanti
Tiba2 suasana tenang. Pengumuman2 dari kapten pilot, tidak lagi terdengar. Suara mesin pesawat tidak lagi menderu2. Pesawat pun tidak menghempaskan penumpang2nya. Sepertinya, kapten pilot sudah punya ijin untuk mendarat …..
Dan pesawatpun mendarat dengan sempurna ….. Puji Tuhan …..
2 jam lebih terhempas badai. 6,5 jam terbang dari Dallas ke San Francisco, sementara sebenarnya hanya 4,5 jam terbang. Delay hampir 8 jam. Jadi sekitar 14,5 jam kami baru tiba di San Francisco, bahkan kami pun belum keluar dari tanah Amerika. Waktu itu adalah jam 1 dini hari lebih, waktu setempat (ada perbedaan waktu antara Dallas dan San Francisco.
Masih jauh perjalanan kami ke tanah air. Jika sesuai dengan waktu, masih harus menempuh waktu sekitar 21 jam lagi. Tetapi aku tidak yakin, kami bisa menempuhnya dalam waktu yang sesuai.
Kami sekelaarga, karena aku dan mamaku dikatagorikan ‘disabled’, sehingga kami harus menunggu sampai semua penumpang keluaar, barulah kami dijemput oleh petugas badara dengan kuris roda kami. Tetapi walau kami paling lambat untuk turun, kami justru lebih cepat mengurus dokumen kami karena mempunyai jalur khusus untuk kaum disabled.
Aku meminta petuga bandara untuk menari counter ‘claim’ dan transit untuk mendapatkan tiket baru kami menuju Indonesia. Pesawat lanjutan kami sudah berangkat, sehingga kami harus mendapatkan tiket baru.
Ternyata tidak gampang untuk kami mendapatkan tiket baru. Semua penuh, karena pesawat banyak yang delay sampai San Francisco, dan ini sudah jam 1.30 dini hari! Dan semua penumpang antri di satu titik ini, mencari pesawat lanjutan bagi yang memang hanya transit di San Francisco,
Efek domino, memang ….. tidak gampang …..
Pertama, kami mau ‘dilempar’ ke Seattle sebelum ke Asia (entah ke negara mana), karena memang tidak ada tempat. Bayangkan, San Francisco adalah salah satu bandara tersibuk di Amerika, dimana ratusan pesawat mendarat dan terbang. Sehingga, jika 1 pesawat delay, efek domino nya sangat terasa.