Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Toh, Kita Tidak Hidup Sampai 100 Tahun...

7 Desember 2016   11:18 Diperbarui: 7 Desember 2016   11:34 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By Christie Damayanti

Dari pengetahuan tentang negara Indonesia, sejak SD kita tahu bhwa Indonesia terletak di patahan lempeng bumi, dimana bumi nusantara sangat rawan dari bencana alam. Tektonik dan vulkanik. Gempa dan letusan gunung api, yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dan tidak ada yang bisa “memperbaiki”, karena ini adalah ‘given’. Kita sebagai wrga indonesia, justru harus ‘merawat’ negara ini, dengan talenta2 kita.

Mungkin, ketika jaman dahulu ketika kita belum mengerti dan ‘aware’ untuk ini, penataan kota di Indonesia pun belum di modifikasi untuk ‘kebal’ dari gempa. Di dunia penataan kota dan dunia kosntruksi, sebagian besar pemilik bangunan belum berpikir untuk lebih focus tentang sebuah kepedulian. Penataan kota2 di Indonesia, bahkan di Jakarta sebagai ibukota negara, belum ditata ulang sesuai dengan alam Indonesia.

Bahkan kota2 seperti Bandung atau Yogyakaarta dengan karakteristik yang sungguh berbeda dengan kota2 yang lain pun, sekarang justru menjadi ‘lautan permasalahan’. Seperti Bandung yang dulu terkenal sebagai kota yang asri, sekarang menjadi kota penuh sampah. Dan Yogyakarta yang terkenal sebagai kota pelajar, justru sekarang menjadi kota yang penuh dengan permasalahan secara fisik (misal, macet) dan secara social.

Prilaku alam pun berubah2, apalagi sekarang dengan kehidupan yang tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh alam, perusakkan alam besar2an, bencana bisa terjadi tiba2 dan menghancurkan kota dan dunia. Perubahan iklim global mengakibatkan naiknya permukaan laut karena mencairnya es di kutub, akan berdampak luar biasa, termasuk di Indonesia, khususnya di Jakarta.

Fakta yang ada, ternyata bangunan itu merupakan benda yang menyerap energy paling banyak, termasuk manusia yang tinggal di bangunan tersebut. Referensi yang aku baca adalah, sebagian besar dari energy di dunia, dihabiskan oleh bangunan. Dari mulai pembuatan bahan bangunannya, proses pembangunannya, operasionalnya serta perawatan bangunan, bahkan jika bangunan tersebut dihancurkan karena sudah tua, itu benar2 menguras energy.

Sebenarnya, bagi kami yang hidup dan bekerja di dunia konstruksi, sudah tahu dengan pasti tentang permasalahan2 ini. Bahwa ketika kita sebagai arsitek mendesain, kita berusaha sangat untuk memakai material2 yang ‘sehat’ sesuai dengan alam (green). Kita juga berusaha membangun dengan waktu yang ‘sehat’ tanpa terlalu cepat sehingga ‘memaksa’ peralatan untuk bekerja keras.

Belum lagi kita berusaha juga untuk me-maintain bangunan sesuai dengan standard perawatannya. Serta berusaha untuk terus membuat bangunan tersebut mampu menjadi bagian dari alam dan lingkungannya.

Tetapi apa yang terjadi?

Proyek2 tersebut, berusaha berdiri dengan keuntungan yang banyak bagi para pemilik nya. Semuanya saling berkaitan antara pemilik sampai desain serta yang membangun. Tujuannya adalah semua proyek2 ini harus menghabiskan biaya serendah mungkin! Dengan cara yang bagaimana pun, apakah dengan menggantikan material2 yang tidak sesuai dengan alam, atau ‘memaksa peralatan’ untuk selesai lebih cepat sehingga lebih cepat terjual. Dan itu semua menguras energy, yang sekarang semakin tipis.

Faktor utama  adalah EKONOMI.    Kita  semua  harus  makan, kita  semua  harus  untung!           Dan bisnis seperti ini, menjadi ‘tuhan’ baru bagi dunia ……

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun