Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Toh, Kita Tidak Hidup Sampai 100 Tahun...

7 Desember 2016   11:18 Diperbarui: 7 Desember 2016   11:34 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Pembangunan yang berkelanjutan atau sering disebut dengan ‘sustainabled development’, sekarang menjadi issue yang sangat penting di seluruh dunia, karena bumi kita sungguh akan semakin ‘tenggelam’. Khususnya kota Jakarta yang sekarang ini harus ‘menyelamatkan diri’ dari kerusakan perkotaan. Konsep pembangunan yang berkelanjutan ini berkaitan dengan daya dukung perkotaan yang berkesinambungan.

Daya dukung ekonomi, adalah yang terutama, selain berhubungan dengan kehidupan masyarakat secara manusiawi. Ya ….. kita semua butuh hidup. Hidup berarti kita semua butuh uang. Semuanya harus berkesinambungan tanpa henti. Dan di dunia konstruksi pun membutuhkan teknologi2 baru untuk ini.

Tapi pada kenyataannya, teknologi di dunia konstruksi tidak secepat perkembangunan teknologi di dunia informatika, bagdet atau kendaraan. Dunia kontruksi sedikit lambat, tetapi justru seharusnya bisa banyak berpikir tentang “apa yang harus dilakukan jika kita mendapatkan teknologi baru”

Bagi kami di dunia arsitek (desain bangunan atau perkotaan) serta dunia konstruksi untuk melakukan pembangunan yang berkelanjytan adalah berkaitan denganhemat energy danramah lingkungan. Dan keberlanjutan sebuah proyek adalah harus di desain untuk meminimalkan dampak lingkungan.

Dunia umumnya, dan kota Jakarta khususnya, pada kenyataanya lebih banyak ‘berbisnis’ dengan ini, ketimbang untuk penyelamatan kota dan dunia. Mereka berpikir bahwa,

 “Toh, 100 tahun lagi kita tidak ada lagi di dunia ini, jadi mengapa harus peduli? Biarkan saja generasi2 selanjutnya yang memikirkannya. Kita hanya mau mencari uang saja, ga perlu mikir untuk 100 tahun lagi”.

Permasalahan2 lingkungan dan energy yang berhubungan dengan konstruksi, sekarang ini sangat tidak mendapatkan perhatian. Para pemilik bangunan atau pemilik lahan atau pengembang2 lebih memilih mendesain sebuah lahan untuk (sepertinya) masyarakat banyak, tetapi kenyataannya adalah untuk dirinya sendiri. Kota2 metropolitan dunia, saling bersaing untuk membangun bangunan2 besar yang mungkin mereka sendiri belum paham penggunaannya. Terutama bagi pemilik yang tidak profesionl. Fungsi2 bangunan bisa bergati, sesuai dengan kebutuhan si pemilik modal.

Untuk pengelolaan bangunan, haruslah tepat sesuai dengan rancangan awal, karena sudah mempunyai analisa2 khusus. Jika fungsi berubah, membuat analisa itu tidak sesuai dan tidak pada tempatnya. Pertimbangan2 khusus seperti biaya2 eksternal dan internal, harus sesuai dengan kebutuhan seperti listrik, limbah atau komunikasi. Kesemuanya akan berdampak dengan lingkungan.

Misalnya,

Jika awalnya mendesain sebuah rumah tinggal, dengan pertimbangan2 dan analisa2 dampak lingkungannya sesuai dengagn standardnya, tetapi fungsi bangunan rumah tersebut beralih menjadi toko atau restoran, jelas dampak lingkungannya berbeda. Limbah rumah tinggal, mungkin hanya 1/3 bagian dari limbah restoran. Belum lagi biaya listrik dan komunikasi. Kesemuanya berdampak buruk bagi lingkungan …..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun