Sebelumnya :
Rumah Kecil sedikit Kumuh Dengan 3 Mobilnya
‘Bottle-neck’, apa sih itu?
Ternyata masih banyak yang tidak tahu, istilah ini di dunia lalullintas. ‘Bottle-neck’ atau leher botol merupakan istilah yang jamak untutk masalah2 jalan yang menyempit. Bari awal, jalan lebar, tiba2 menyempit, sehingga padat dan macet.
‘Bottle-neck’ bersifat permanen, sampai pemerintah sadar bahwa jalan itu harus dilebarkan atau diselesaikan bagaimana caranya, supata leher botol itu tidak membuat kemacetan. Karena jalan yang menyempit akan membuat mobil2 berbaris untuk ‘keluar’ dari penyempitan, sementara selesai penyempitan jalan kembali melebar.
Jalan padat di Jakarta, kadang kala sebenarnya lebih kepada karena volume kendaraan yang begitu banyaknya. Ketika aku selalu melewati jalan layang Casablanca dari arah Sudirman menuju Tebet, dalam kemacetan masih berada di atas jalan layang, aku “membaca” nya sambil berdecak ‘kagum’ dan ngeri!
Bayangkan saja, jalan dari sisi pedestrian sapai jalur hijau itu sebenarnya cukup lebar. Tetapi dengan banyaknya kendaraan yang berduyun2 dari arah yang sama dengan ku, membuat jalan itu selalu macet di semua waktu.
Memang ada sedikit penyempitan karena ada jembatan, tetapi tidak lebih dari 1 meter, semertara volume kendaraan nya luar biasa banyaknya! Dari jalan arteri dibawah ditambah dari jalan layanganya. Menjadi ‘bottle-neck’ karena ada jembatan itu, sebagai salah satu penyebab kemacetan.
Tetapi ternyata setelah bottle-neck itu, pengendara disajikan dengan mall Kota Kasablanka (Kokas), yang menjadi sebab ‘bottle-neck’ berikutnya. Karena banyak yang ingin ke Kokas, padahal pintu masuknya sempit (hanya untuk 1 lajur saja), sedangkan yang mau masuk sedemikian banyak. Membuat, lajur ke Kokas sebagai bagian dari penyempitan jalan Casablanca ……
Sudah? Belum!
Setelah keluar dari penyempitan jalan lajur ke Kokas, sebagian mobil menuju ke Tebet naik jalan layang Saharjo, sebagian lagi mereka menuju ke jalan Saharjo sendiri. Dan ketika mereka lepas dari penyempitan lajur Kokas, sekitar 4 lajur, yang ingin ke Tebet (2 lajur) lebih banyak dari yang ke jalan Saharjo (1 lajur). Akibatnya, penyempitan lagi!