Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Si "Leher Botol" yang Bisa Membuat Jakarta 'Collapse!'

5 Desember 2016   13:47 Diperbarui: 5 Desember 2016   14:04 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelumnya :

Rumah Kecil sedikit Kumuh Dengan 3 Mobilnya

‘Bottle-neck’, apa sih itu?

Ternyata masih banyak yang tidak tahu, istilah ini di dunia lalullintas. ‘Bottle-neck’ atau leher botol merupakan istilah yang jamak untutk masalah2 jalan yang menyempit. Bari awal, jalan lebar, tiba2 menyempit, sehingga padat dan macet.

‘Bottle-neck’ bersifat permanen, sampai pemerintah sadar bahwa jalan itu harus dilebarkan atau diselesaikan bagaimana caranya, supata leher botol itu tidak membuat kemacetan. Karena jalan yang menyempit akan membuat mobil2 berbaris untuk ‘keluar’ dari penyempitan, sementara selesai penyempitan jalan kembali melebar.

Jalan padat di Jakarta, kadang kala sebenarnya lebih kepada karena volume kendaraan yang begitu banyaknya. Ketika aku selalu melewati jalan layang Casablanca dari arah Sudirman menuju Tebet,  dalam kemacetan masih berada di atas jalan layang, aku “membaca” nya sambil berdecak ‘kagum’ dan ngeri!

Bayangkan saja, jalan dari sisi pedestrian sapai jalur hijau itu sebenarnya cukup lebar. Tetapi dengan banyaknya kendaraan yang berduyun2 dari arah yang sama dengan ku, membuat jalan itu selalu macet di semua waktu.

Memang ada sedikit penyempitan karena ada jembatan, tetapi tidak lebih dari 1 meter, semertara volume kendaraan nya luar biasa banyaknya! Dari jalan arteri dibawah ditambah dari jalan layanganya. Menjadi ‘bottle-neck’ karena ada jembatan itu, sebagai salah satu penyebab kemacetan.

Tetapi ternyata setelah bottle-neck itu, pengendara disajikan dengan mall Kota Kasablanka (Kokas), yang menjadi sebab ‘bottle-neck’ berikutnya. Karena banyak yang ingin ke Kokas, padahal pintu masuknya sempit (hanya untuk 1 lajur saja), sedangkan yang mau masuk sedemikian banyak. Membuat, lajur ke Kokas sebagai bagian dari penyempitan jalan Casablanca ……

Sudah? Belum!

Setelah keluar dari penyempitan jalan lajur ke Kokas, sebagian mobil menuju ke Tebet naik jalan layang Saharjo, sebagian lagi mereka menuju ke jalan Saharjo sendiri. Dan ketika mereka lepas dari penyempitan lajur Kokas, sekitar 4 lajur, yang ingin ke Tebet (2 lajur) lebih banyak dari yang ke jalan Saharjo (1 lajur). Akibatnya, penyempitan lagi!

Jadi untuk aku pulang di jalan ini saja harus melewat beberapa ‘bottle-neck’, yang sepertinya akan berlanjut terus entah sampai kapan ……

***

Cerita diatas bukan hanya sebuah ceita saja, walaupun ini adalah kenyataan. Inti dari cerita ini merupakan sebuah ‘peringatan’ bagi semuanya. Bukan untuk pemerintah saja, yang membangun jalan dan harus melihat permasalahan2 detail yang ada, tetapi juga untuk pemgembang2 untuk melihat semuanya dalam lingkungannya, ketika membangun sebuah (mega) proyek!

wikimedia-commons-58450d4409b0bdca06fcb7c6.jpg
wikimedia-commons-58450d4409b0bdca06fcb7c6.jpg
Konsep sebuah leher botol, penyempitan ruas jalan ….. || www.wikipediacommons.org

Bahwa, jika pemerintah mau membangun jalan yang memang harus dibangun di titik tertentu, analisa lah sampai sedetail2nya. Di riset dahulu, termasuk bagaimana dengan bangunan2nya dan apakah kemungkinan2 ada yang akan membuat jalan akan menyempit. Jangan lupa tentang putaran jalan, karena lajur untuk memutar juga akan menjadi ‘bottle-neck’ …..

Bottle-neck sekali lagi, salah satu permasalahan yang besar, di sebuah perkotaan, jika tidak ada yang sempat berpikir untuk menyelesaikannya.

www.darkroastedblend.com
www.darkroastedblend.com
Dari pintu tol yang sangat banyak, lalu keluar sampai ke jalanannya yang standard! Sama saja bohong, dengan pintu tol yang banyak tetapi lebar jalanan tidak diperbesar. Membuat pintu tol pun, bukan hanya membangun saja tanpa dipiirkan efek samping nya …..

Jika bottle-neck di Casablanca karena jembatan yang ada di cerita diatas ini, sekarang sudah dibongkar dan leher botol ini sudah lurus, tetapi ttidak membuat jalan ini menjadi  longgar. Volume kendaraan yang luar biasa ini, sebenarnya adalah yang terpenting.

Jika jam2 pulang kantor, atau jam2 berangkat pagi, volume kendaraan seperti air bah, searusnya tidak demikian di jam2 bekerja atau jam2 sekolah. Tetapi ang terjadi disana, selalu macet … cet dan cet …..

Karena aku ingin membuktikan bahkan ingin ikut ‘membangun Jakarta Baru’, aku melakukan riset kecil2an. Ketika jam2 longgar seperti hari Sabtu atau Minggu, bahkan hari kerja antara kam 10 pagi sampai sekitar jam 3 sore (ketika aku tidak bekerja), jalan tersebut tetap saja macet dan sangat padat, masalahnya adalah Kokas itu!

Sebuah mall yang memang cukup menarik di daerah Tebet dan sekitarnya (ini adalah mall yang terdekat di daerah itu), besar, luas serta menampung makanan2 menarik disana, adalah penyebab utamanya.  Sabtu dan Minggu, justru ke Kokas adalah rekreasi bagi sebagian besar warga. Dan setelah melewati ‘bottle-neck’ lajur ke Kokas, jalanan longgar, kerutama di hari Sabtu dan Minggu!

Hmmmmm ……

Kalau boleh aku tuliskan tentang pembangunan mix-used atau bangunan dengan fungsi campuran seperti yang ada di sekitaran Jakarta, sebagai (sebenarnya) sebuah solusi bagi warga Jakarta yang bisa membeli apartemen disana dan berkantor dan berbelanja disana, sehingga pergerakan di jalanan Jakarta sedikit berkurang, tetapi justru mix-used justru merupakan bagian dari ‘tempat wisata’ saja.

Sehingga, jika tempat wisata seperti itu, seharusnya pengembang membuat pelataran parkir yang maha luas dengan pintu masuk besar, sehingga tidak memakan badan jalan terlalu lama!

***

Strategi dan kebijakan penanganan kemacetan lalulintas, terutama di Jakarta harus dilakukan sedini mungkin, apalagi Jakarta adalah sebagai ibukota Indonesia, negara yang berkembang pesat. Bukan hana dengan cara membangun jalanan saja, atau membangun infrastruktur2 yang lain saja, tetapi lebih kepada ‘membangun warga kota’, sebagai bagian dari edukasi.

Bukan hanya membangun transportasi perkotaan missal saja untuk mengurangi jumlah mobil2 pribadi, tetapi juga diselaraskan dengan konsep membangun bersama pengembang2. Karena bangunan2 umum yang bisa menjadi ‘obyek wisata’ ini (dalam artian : mall untuk rekreasi), harus bisa memberikan rasa nyaman bagi lingkunganya, salah satunya jangan membuat kemacetan.

Heboh? Jelas!

Karena untuk membangun sebuah kota, apalagi setingkat Jakarta, membutuhkan ratusan pemikir, bahkan ribuan, untuk memikirkan masalah2 yang mungkin terlewatkan bagi sebagian orang. Detail2 seperti ini harus diselesaikan, karena jika tidak, bukan hanya daerah2 tertentu saja yang mengalami ‘bottle-neck’ saja, tetapi afek sampinya!

Maksudnya efek samping, bagaimana?

Ya … hari ini hanya bottle-neck di titik cerita diatas saja,  tetapi tahun depan, kemacetan sudah sampai Salemba untuk ke jalan layan Casablanca, karena volume kendaraan semaki membludag, dan bottle-neck tetap ada!

Ga percaya?

Sekarang ini, jika kita mau ke Kokas di hari2 biasa pun, kemacetannya sudah mulai dari pom bensin Pal Batu Casablanca (seberang Kokas). Mobil merembet sampai memutar di jalan Rasuna Said, menuju Kokas, bisa sampai 1 jam! Padahal hanya berseberangan saja!

Berarti tahun depan, jika mau ke Kokas lewat Salemba, macetnya sudah sampai sana …..

Bottle-neck bisa membuat sebuah kota ‘diam dan berhenti’ …..

Lebay kah? Tidak menurutku …..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun