Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

'Mereka' Ternyata Tetap Tidak Peduli untuk Sebuah Perubahan .....

1 Desember 2016   14:05 Diperbarui: 1 Desember 2016   14:10 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By Christie Damayanti

www.wobo.org

Coba bayangkan, ketika kita tiggal di sebuah komp;eks perumahan mix-used, dengan system transportasi berkelanjutan, lingkungan kita akan sehat dan hidup kita semakin nyaman …..

Sebelumnya :

Sistem “Transportasi Berkelanjutan” Berwawasan  Lingkungan, Mungkinkah?

Antara Gengsi dan ‘Kebutuhan’

Konsep ‘transportasi berkelanjutan’ dalam system perkotaan itu memang tidak mudah. Hidup di perkotaan itu, apalagi perkotaan yang besar seperti Jakarta, harus pintar2 mencari solusi untuk bisa mendatangi banyak tempat, sementara macetnya luar biasa!

Seperti anak2 kita. Jika rumah kita di Bekasi, sementara sekolah anak kita di Pasar Minggu, sedangkan les nya di Grogol, bukan tidak mungkin setiap hari kita akan stress berat. Berarti, untuk 1 anak harus  1 mobil. Papa nya 1 mobil dan mama nya 1 mobil karena kegiatan yang berbeda. Itu kalau punya mobil.

Jiuka tidak punya mobil, berarti akan berdesak2an dengan kendaraan umum yang belum memadahi. Susah. Stress dan bingung.

Sebuah solusi mulai dicari dan konsep ‘mix-used’ (kompleks perumahan berfungsi campuran) mulai dibangun oleh pengembang2 besar di Jakarta dan sekoitarnya, sejak tahun 1990-an. Seperti Summareon dengan Kelapa Gadingnya, dari daerah ‘jin buang anak’, sampai menjadi sebuah kota satelit.

Kita membeli rumah disana, banyak sekolah disana, perkantoran pun banyak apalagi untuk mencari kebutuhan sehari2. Les2 anak pun banyak disana serta kuliner? Ga usah ditanya! Sehingga, orang2 yang membeli rumah disana, sudah merasakan sendri manfaat dan faedah dari konsep ‘mix-used’.

Dan banyak mix-used2 yang lainnya, berkembang pesat seperti jamur di musim hujan ……

Tetapi, pertanyaannya adalah,

“Apakah semua warga Jakarta mampu untuk membeli rumah dengan segala fasilitasnya untuk kehidupan yang lebih nyaman disana?”

TIDAK!

Mix-used2 yang bertumbuhan seperti jamur dimusim hujan di Jakarata dan sekitarnya, ternyata hanya diperuntukkan oleh pasar menengah keatas, bahkan ada mix-used untuk pasar golongan atas dan teratas saja! Dari sekitar 20 atau 30 tahun belakangan ini, mix-used justru menjadi sebuah titik klimax bagi pengembangan property di Jakarta. Bahwa, yang membeli property disana hanya orang yang itu-itu saja, bukan warga kota yang sebetulnya justru lebih membutuhkan. Dan yang membeli ini (karena orang yang itu-itu saja), berarti mereka hanya membeli untuk investasi saja …..

Akibatnya?

Jakarta bergelimang property kosong, dan “menghambur2kan” lahan kota (dan sekitarnya), padahal lahan itu sudah sempit dan semakin sempit. Dan karena yang beli itu-itu saja, lama2 pasar roperti semakin jenuh, karena yang justru membutuhkan malahan tidak bisa membelinya.

Lahan menyempit, pasar jenuh, bisnis terhenti, dan penyerapan pun berkurang …… banjir? Ya …. Datanglah …….

Kembali lagi dengan system transportasi beerkelanjutan.

Lalu, apa hubungannya antara mix-used dengan system transportasi berkelanjutan?

 Jelas ada lah …..

Ketika kita tinggal di sebuah kompleks (mix-used) dengan fasilitas nomor 1, tanpa harus meninggalkan kompleks tersebut, tentu saja kita bisa mengurangi pergerakan kita. Bisa bersepeda untuk kesekolah, atau jalan kaki. Bisa les juga jalan kaki, bersepeda atau jika harus naik mobil pun bisa berbarengan dengan teman2. Sehingga system transportasi berkelanjutan, itu bisa bejalan dengan lebih baik.

Mix-used2 itu bisa berdekatan, dan antar mix-used bisa memakai shuttle bus atau kereta listrik. Bisa dibayangkan, betapa indahnya Jakarta tanpa banyak asap mobil …..

Pertanyaan baru lagi,

“Apakah mereka yang tinggal disana benar2 menerapkan konsep system transportasi berkelanjutan??”

Sekali lagi, TIDAK!

Padahal arsitek2 itu mendesain mix-ussed dengan sangat detail. Dengan pedestrian cantik dan lebar, jalur2 sepeda (walau memang belum ada) mudah untuk dibuat serta taman2 lingkungan pun banyak. Tetapi, sebagian besar orang2 yang berkegiatan disana, justru “merusak”nya ……

***

Konsep ‘compact city’, walau sudah banyak ada di Jakaarta dan sekitarnya, ternyata baru sebagian warga saja yang menyadarinya. Banyak yang tinggal di kawasan mix-used ini, justru berkantor di ujung Jakarta. Juga anak2 sekolah mereka jauh di sana. Bahkan, mereka pun justru bertandang ke mix-used lainnya untuk membanding2kan demi sebuah keserakahan ……

Akibatnya?

Compact city pun tidak berhasil. Malahan, mereka tinggal di mix-used tertentu itu demi sebuah gensi saja, dibandingkan untuk mengurangi pergerakan hidupnya. Ya … lagi2 gengsi masih diatas semuanya …..

hp0064-583fcb65309373c704c78bf8.jpg
hp0064-583fcb65309373c704c78bf8.jpg
www.graphicriver.com

Konsep kehidupan yang nyaman dengan system transportasi berkelanjutan, untuk Jakarta ……

Ditambah lagi, mereka yang tinggal di mix-used tertentu untuk memenuhi gengsinya, justru menambah gensinya lagi dengan menambah jumlah kendaraan pribadinya. Lah ….. bagaimana?

Jika kita mau sedikit mengamati, di sebuah mix-used terkenal golongan atas, 1 rumah dengan keluar 2 anak, akan mumpmuyai 4 mobil, dimana masing2 orang memegang 1 mobil. Bahkan ada yang lebih banyak mobil lagi karena hobi (katanya). Anak2 itu memang  bersekolah di komp;eks yang sama, tetapi mereka tidak mau berjalan kaki apalagi bersepeda. Gengsi, katanya. Mereka akan membawa mobil keluaran terbaru, sementara jarak antara rumahnya yag 3 lantai itu, hanya beberapa ratus meter, diujung sana …..

Hmmmmmm …….

***

Jakarta memang dipenuhi orang2 berduit dan bergengsi.  Bukan hanya oang2 berduit saja sih, banyak juga orang2 yang tidak berduit tetapi bergengsi. Mengakibatkan, konsep dan system transportasi berkelanjutan pun akan lama berjalan. Karena ini akan dimulai dari wrga yang mengerti dan peduli. Karena warga kelas atas yang pintar pun, belum tentu mengerti dan peduli …..

Tetapi yang jelas, untuk kota sekelas Jakarta, konsep system transportasi berkelanjutan ini sudah mutlak diperlukan. Karena jika tidak, Jakarta semakin penuh sesak sebagai kota yang disebu kendaraan pribadi, lahan semakin berkurang, dan Jakarta benar2 ‘tenggelam’ ……

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun