By Christie Damayanti
Begitu kami masuk ke Airport Leonardo da Vinci, berarti kami memang benar2 harus pergi dari Roma, kembali ke dunia realitas kami, sebagai warga Indonesia. Tetapi kami masih memiliki waktu beberapa jam lagi, sebelum kami benar2 sampai ke Jakarta.
Kami masih bisa menikmati bandara Leonardo da Vinci, sebelum boarding, dan itu yang akan kami eksplore. Bandara itu cukup baik, balau tidak sebagus Charles de Gaulle di Paris. Termasuk ramai, bahkan katika kami lapar (karena jam makan siang tadi kami hanya bersantai2 saja di lobby hotel), kami susah mendapatkan makanan.
Restoran Italia cukup banyak tetapi semua full, penuh. Anak2 hanya ingin makan pizza, kesukaan mereka. Jadi ketika ada cafe2 yang menawarkan roti2 manis (Danish), serta salad dan buah, mereka sepertinya tidak jadi lapar. Dan aku hanya memaksa “harus makan”, jadi mereka hanya memesan buah2 segar saja.
Yang menarik di beberapa café disana bernama jual mobil2 balap keren! Ada Mercedes Banz Cafe, ada Ferrari Cafe, ada Lamborghini Café dan aku melihat dari jauh ada Mustang Café. Menarik, karena nama2nya dengan konsep ‘prasmana’ (ambil sendiri) dan harganya pun tidak terlalu mahal.
***
Bandara Leonardo da Vinci memang tidak sebagus bandara Charles de Gaulle, seperti yang aku katakana diatas, tetapi bandara ini juga mempunyai fasilitas2 yangnyaman, khusus nya untuk kaum disabilitas. Petugas2 bandara yang ramah, yang mendorong kursi rodaku dan memberikan banyak informasi. Bahkan aku di dudukkan di tempat duduk khusus untuk kaum disabiliats.
Di setiap titik dan sudut untuk menunggu, ada 1 baris depan untuk kursi2 ‘reserve’ bagi kaum disabilitas. Dan pengunjung disana benar2 saling peduli. Terbukti, walau bandara penuh, dan babyak pengunjung yang tidak mendapat tempat duduk, dan hanya ada ada tempat duduk yang ‘reserve’ bagi kaum disablitas, mereka sama sekali tidak mau mengambil tempat yang bukan hak nya!
Satu lagi, pelajaran yang membuat aku ingin sekali tinggal di sebuah negara yang benar2 bisa menghargai sesame, khususnya kaum disabilitas ……
Setelah sedikit makan, aku cape duduk sehingga aku minta Michelle mendorong kursi rodaku untuk sedikit cuci mata melihat2 souvenir2 cantik, yang mungkin aku belum sempat membelinya di Roma, Dan benar saja, kembali lagi ke tempt Dennis yang menjaga koper2 cabin kami, aku membelu beberapa leontin kaca Murano, khas Venezia. Untukku sendiri, untuk Michelle dan untuk mamaku sebagai oleh2.
Memang cukup mahal, berkisar antara Euro 17.00 sampai Euro 25.00 (atau sekitar 277.00 sampai 400.000), tetapi karya dekoratif kaca Murano tidak terdapat dimana2, kecuali di Italy. Jadi, tidak mengapa aku membelinya untuk kami …..
***
Kami hanya sekedar santai, menunggu boarding yang tinggal sekitar 20 menit lagi. Sedikit menerung dan berdoa dengan anak2ku untuk mengucapkan terima kasih yang luar biasa pada Tuhan, yang sudah membawa kammi bertiga ke Eropa untuk berwisata. Tidak ada yang lebih berbahagia dari kami, yang mempunyai waktu untuk sekedar bercanda tawa, menikmati ‘quality time’ selama 1 bulan. Menyenangkan dan membahagiakan …..
Dan ketika di pesawat yang akan membawa kami pulng ke Indonesia dengan transit di Amsterdam lagi (hanya 1 jam di bandara Schipol), kami tetap saling bercanda ria. Anak2 tetap sibuk bermain dan tertawa2 lewat permainan game mereka, dan aku hanya terus tersenym sambil memandang mereka dengan bahagia.
Jadi, selama kita di pesawat, rasa nyaman dan damai adalah yang terutama bagi petugas2 karena beberapa penumpang mempunyai phobia2 tertentu, sehingga kenyamanan dan ketenangan adalah yang terutama ……
Dan jika perut kenyang, kami bisa semakin bahagia. Nonton atau bermain, bahkan tidur. Dan esoknya, kami akan sampai ke Indonesia, yang pasti akan dijemput oleh orang2 yang mengasihi kami.
Perjalanan wisata kami memang menyenangkan dan membahagiakan, tetapi kerinduan kami yang terdalam adalah berkumpul bersama dengan orang2 yang mengasihi kami, di rumah kami, di negara kami, di Indonesia …..
Selamat tinggal Eropa, lain waktu kami akan berkunjung lagi dengan kebahagiaan yang lebih dari ini …..
Dan selamat datang Indonesia, negara kami tercinta …..
Sebelumnya :
Akhir dari Sebuah Perjalanan …..
“City Car”, Solusi Transportasi Pribadi di Kepadatan Roma
Dari 7 Negara dan 17 Kota Eropa Barat, Kami ‘Melihat’ Dunia
Ritual Kehidupan Perkotaan lewat ‘Foro Romano’, Ternyata Sudah Ada Sejak Abad Sebelum Masehi
Wisata Belanja Kota Roma, ‘Shopping Street’ Tetap Juara!
Trinita dei Monti, Gereja akhir Renaissace yang “Tidak Ramah” bagi Umat Berkebutuhan Khusus
Antara ‘Kota Tua’ Eropa dan Kaum Disabilitas
Benteng Pertahanan ‘Porta San Paolo’, Penjaga Romawi Kuno bagian Salatan
“Piramide di Caio Cestio”, Fungsi Makam Nubia Jaman Romawi Kuno
Hari Minggu, Ibadah dan Wisatawan di Eropa
Arti Para Martir “Tanpa Wajah”, Jam Pasir dan Basilica St Maria dei Angeli di Roma
Basilica St Maria dei Angeli di Roma, Sebuah Gereja “Tanpa Wajah”
Oculus, Sebuah “Mata” Menuju Angkasa bagi Pantheon
Romantisme ‘Trevi Fountain’, Menghasilkan 3000 Euro atau 49 Juta Rupiah Setiap Hari!
“Kamp Penyiksaan” di Sebuah Makam Kaisar Romawi Kuno
Keunikan Nama dan ‘Bangunan Bulat’ Castel Saint’Angelo
Dan ‘Circus Maximus’ pun Tetap Diam Seribu Bahasa …..
Suasana Magis dan Erotis “Circus Maximus” di Kota Roma
Dentang Lonceng di ‘Basilica Santa Maria Maggiore’
“L’Arco di Constantino”, Sebuah Gerbang Saksi Sejarah Besar
Romantisme ‘Teatro di Marcello’
‘Tampio di Vesta’ : Kuil Pemujaan di Roma Modern
Sejarah Terkelam bagi Arsitektur Dunia lewat ‘Colosseum’
“Setan” itu Berjubah Rakyat Romawi di abad Sebelum Masehi
‘Catacombe’ Jaman Kekaisaran Roma : Lorong Bawah Tanah Tempat Jenazah yang ( Katanya ) Teraniaya
Ketika Singa-Singa itu Mencabik-cabik Mereka, dan Gladiator itu ‘Menghabisi’ Lawannya …..
Cerita Roh-Roh Bergentayangan di Seputar Colosseum
Konsep Tata Kota Roma, ‘The Ancient City’, dalam Arstektur Klasik dengan Special Lightingnya
“Basilica St.Pieters” : Gereja Terbesar dalam Sebuah Negara Terkecil di Dunia
Selamat Datang di ‘Vatican City’
Fontana del Tritone : Dewa Luat ‘Menguasai’ Kota Roma
Piazza Barberini, Hotel Bernini, dengan Segala Fasilitas Arsitekturnya
“La Botte Rome”, Italiano Restorante
Mengeksplore Roma, Mulai dari ‘Sistina Rue’
Bandara Dunia, ‘Leonardo da Vinci’, Aku dan Kaum Disabilitas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H