By Christie Damayanti
City car? Aku tahu tentang konsep sebuah ‘city car’. Yaitu konsep sebuah mobil untuk penghuni kota2 besar. Mobil itu harus kecil, mdah menyalip dan mudah untuk parkir. Minimal untuk 1 orang yang mengendarainya dan berdua untuk maksimalnya. Jika lebih dari 2 orang, akan kemungkinan besar tidak akan bersama memakai mobil tersebut.
Contoh, dalam 1 rumah ada 2 orang yang bekerja, suami dan istri. Sebagian besar jika suami istri ini berkecukupan, pasti mereka akan memiliki 2 buah mobil. 1 mobil untuk istrinya, 1 mobil lagi untuk suaminya. Agak susah jika mereka mengendarai 1 mobil, bila mereka tempat kerjanya berjauhan. Mereka akan memilih menyetir masing2 supaya tidak memgganggu masing2.
Cukup wajar, bukan?
Mereka akan membeli mobil sesuai dengan seleranya. Jika suami, biasanya mobil yang gagah seperti Fortuner atau Pajero. Atau minimal Kijang Innova. Untuk sang istri lebih memilih sedan yang kecil, sepeerti Honda atau van Avanza. Dan kalau itu yang terjadi, berapa banyak pemborosan tempat duduk, jika mobil2 itu lalu lalang di Jakarta?
Harusnya bisa berangkat dan pulang dalam 1 mobil, itupun masih pemborosan tempat duduk di belakang.
Coba dihitung :
Fortuner atau Pajero untuk 4 orang tetapi tubuh mobil itu besar sekali, selain pemborosan 3 tempat duduk, ada juga pemborosan tubuh raksasa mobil mahal tersebut. Gagah memang gagah dan keren, tetapi itu sangat pe,borosan,belum lagi untuk parkir yang mungkin terlalu mepet, susah parkir ……
Lalu jika sang istri memilih avanza, walau mobilnya kecil, tetapi tempat duduk yang tersedia ada 6 orang (3 baris). Seingga pemborosan yang terjadi adalah 5 tempat duduk. Jadi dalam 1 keluarga, pemborosan yang terjadi minimal 3 tempat duduk (mobil suami) dan 5 tempat duduk (mobil istri). Belum pagi dia mereka mempunyai anak dengagn 1 mobil yang lain …..
Ini minimal, 8 tempat duduk. Type keluarga kecil menengah. Coba hitung untuk 100 keluarga. Bagaimana jika 1000 keluarga.Sejuta keluarga? Jadi, berapa banak pemborosan untuk mobil bagi sebuah kota?
Jika konsep city car diterapkan, 1 buah city car “memaksa” warga hanya untuk 1 atau 2 orang. Sehingga jika suami istri mempunyai mobil city car, maksimal pemborosannya hanya 2 tempat duduk. Bakan jika memilih cuty car yang hanya untuk 1 orang, TIDAK ADAPEMBOROSAN SAMA SEKALI!
Masalahnya adalah, orang2 Indonesia adalah orang2 yang bergengsi tinggi, sehingga mungkin tidak banyak yang mau membeli mobil yang tidak bergensi tinggi atau mobil2 yang hanya dibutuhkan karena fungsinya, bukan karena kebanggaannya!
Hmmmmm.
***
Selama kami berwisata ke eropa, memang banyak sekali city car yang berseliweran di kota. Tetapi karena kami tidak punya waktu untuk memperhatikan, aku hanya mencatat bahwa city car di kota2 yang kami kunjungi, benar2 dimanfaatkan warga. Warga Eropa tidak terlalu membutuhkan “gengsi”, tetapi justru yang mereka butuhkan adalah fungsi.
“Form follow function”, bentuk mengikuti fungsi. Sebuah city car, bentuknya kecil, untuk mengikuti fungsinya sebagai mobil2 kecil yang lincah di perkotaan. Tidak butuk tempat parkir banyak (bahkan hampir sama dengan motor), dan tidak boros dengan tempat duduk. Lincah serta sebuah city car ebih baik tidak usah memakai bensin untuk bahan bakarnya, tetapi lewat panas sinar matahari atau elektrik.
Lebay g sih?
Ternyata tidak tuh!
Dibeberapa negara yang ke datangi selama berwisata di Eropa Barat, aku menemukan city car ada di Paris dan Roma. Ketika di Amsterdam, mobil2nya sebagian besar yang teelihat adalah mobil2 kecil tetapi tua dan masih terawatt dengagn baik, seperti mobil Arie Zonjee, sebuah Volvo 145 yang terawatt baik.
Di Paris memang banyak mobil2 mahal, sejalan dengan kota Paris sebagai salah satu pusat mode dunia, pastinya termasuk mobil2nya, bukan? Tetapi banyak terdapat city car yang kecil mungil dan lincah. Kalau di Swiss, mungkin juga berhubungan dengan salah satu negara kaya dunia, mobil2nya pun memang terbilang baru dan mahal.
Dan di Roma justru ku menemukan city car yang benar2 berbeda …..
***
City car sendiri, merupakan sebuah mobil kecilyang dirancang untuk perkotaan, dengan konsep elektrik. Beberapa institusi dunia sudah merancangkan dan beberapa dari itu city car memang benar2 sudah dijual dan dipakai ke banyak negara yang membutukan. Beberapa merk mobil terkenal, sudah mengusung konsep city car seperti Renault, Nissan, General Motor serta Suzuki dan kesemuanya memakai baterai.
Ketika kami sedang menunggu bus wisata berwarnaa biru yang membawa kami berkeliling kota Roma, antriannya cukup panjang, sehingga kami harus sabar menunggu. Tetapi justrukarena itulah aku berhasil ‘mengikuti’ sebuah city car yang dikendarai oleh seorang perempuan eksekutif yang hendak masuk ke bank, dengan tentengan seperti selesai berbelanja.
Perempuan muda itu terlihat cukup berada dengan dan dandanannya. Elegan. Dia berbelok kearah jalanan kami menunggu bus wisata, sepertinya mencari parkir. Dan parkir penuh karena meman hari iru adalahhari kerja dan lingkungan kami menunggu adalah lingkungan bisnis dan perkantoran, sehingga memang parkiran penuh.
Bandingkan dimensi city car dengan mobil kecil (yang mungkin bisa disebut city car juga, seperti di Jakarta ada Ceria, Picanto atau Mobilio, TEtai tetap kalah kecil dengan cuty car bermerek Renault di Roma ini)
Hahaha …… sungguh sebelum itu aku tidak terpikir untuk dia memarkirkan city car nya dengan posisi tegak lurus denan parkir parallel dan aku langsung tersenyum.
“Hmmmmmm, boleh juga city car untuk di Jakarta,”
Pengamatan ku ini mungkin hanya sekilas info, tetapi sarat makna dan pemikiran. Sepertinya hanya ‘mobil mainan’ saja, tetapi city car ini memang harus dikembangkan untuk salah satu transportasi pribadi di sebuah perkotaan (yang padat penduduknya), salah satunya bagi Jakarta …..
Salamku dari Roma.
Sebelumnya :
Dari 7 Negara dan 17 Kota Eropa Barat, Kami ‘Melihat’ Dunia
Ritual Kehidupan Perkotaan lewat ‘Foro Romano’, Ternyata Sudah Ada Sejak Abad Sebelum Masehi
Wisata Belanja Kota Roma, ‘Shopping Street’ Tetap Juara!
Trinita dei Monti, Gereja akhir Renaissace yang “Tidak Ramah” bagi Umat Berkebutuhan Khusus
Antara ‘Kota Tua’ Eropa dan Kaum Disabilitas
Benteng Pertahanan ‘Porta San Paolo’, Penjaga Romawi Kuno bagian Salatan
“Piramide di Caio Cestio”, Fungsi Makam Nubia Jaman Romawi Kuno
Hari Minggu, Ibadah dan Wisatawan di Eropa
Arti Para Martir “Tanpa Wajah”, Jam Pasir dan Basilica St Maria dei Angeli di Roma
Basilica St Maria dei Angeli di Roma, Sebuah Gereja “Tanpa Wajah”
Oculus, Sebuah “Mata” Menuju Angkasa bagi Pantheon
Romantisme ‘Trevi Fountain’, Menghasilkan 3000 Euro atau 49 Juta Rupiah Setiap Hari!
“Kamp Penyiksaan” di Sebuah Makam Kaisar Romawi Kuno
Keunikan Nama dan ‘Bangunan Bulat’ Castel Saint’Angelo
Dan ‘Circus Maximus’ pun Tetap Diam Seribu Bahasa …..
Suasana Magis dan Erotis “Circus Maximus” di Kota Roma
Dentang Lonceng di ‘Basilica Santa Maria Maggiore’
“L’Arco di Constantino”, Sebuah Gerbang Saksi Sejarah Besar
Romantisme ‘Teatro di Marcello’
‘Tampio di Vesta’ : Kuil Pemujaan di Roma Modern
Sejarah Terkelam bagi Arsitektur Dunia lewat ‘Colosseum’
“Setan” itu Berjubah Rakyat Romawi di abad Sebelum Masehi
‘Catacombe’ Jaman Kekaisaran Roma : Lorong Bawah Tanah Tempat Jenazah yang ( Katanya ) Teraniaya
Ketika Singa-Singa itu Mencabik-cabik Mereka, dan Gladiator itu ‘Menghabisi’ Lawannya …..
Cerita Roh-Roh Bergentayangan di Seputar Colosseum
Konsep Tata Kota Roma, ‘The Ancient City’, dalam Arstektur Klasik dengan Special Lightingnya
“Basilica St.Pieters” : Gereja Terbesar dalam Sebuah Negara Terkecil di Dunia
Selamat Datang di ‘Vatican City’
Fontana del Tritone : Dewa Luat ‘Menguasai’ Kota Roma
Piazza Barberini, Hotel Bernini, dengan Segala Fasilitas Arsitekturnya
“La Botte Rome”, Italiano Restorante
Mengeksplore Roma, Mulai dari ‘Sistina Rue’
Bandara Dunia, ‘Leonardo da Vinci’, Aku dan Kaum Disabilitas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H