Walaupun aku tidak bisa berkeliling dipelataran Foro Romano atau The Forum Romanum, aku tetap mencari tahu tentang beberapa bangunan-bangunan besar di sana, yang bisa terlihat jelas dan pasti bangunan itu menjadi landmark areal ini. Sebuah bangunan besar, pastilah akan menjadi icon tempat itu, sehingga aku benar-benar ingin tahu, ada apa dibalik bangunan tersebut.
Seperti misalnya, sebuah kuil besar, terletak di ujung teratas area Foro Romano ini. Bangunan itu memang tidak sempurna, maksudnya, area Foro Romano memang tidak ada yang bisa dipakai lagi sebagai bangunan. Karena sempat terkubur berabad-abad, sebelum arkeolog menemukannya kembali.
Temple of Jupiter Optims Maximus, namanya.
Temple of Jupiter Optimus Maximus, juga dikenal sebagai Temple of Jupiter Capitolinus, adalah yang paling penting untuk kuil besar kuil di Roma kuno, tempat pemujaan Dewa Jupiter.
Hmmmmm …… besar kan, kataku?
Untukku sebagai arsitek dan urban planner, reruntuhan bangunan kuno pasti menyimpan “harta karun”. Bukan hanya harta sebagai materi saja, tetapi lebih memperkenalkan konsep-konsep hidup dimasa itu. Seperti konsep perkotaan, konsep arsitektural atau konsep detail Romawi kuno yang berkolaborasi dengan detai Yunani kuno.
Sebuah “harta karun” yang luar biasa!
Kuil pemujaan dewa Jupiter ini juga terbakar lagi pada tahun 80 Masehi sampai jatuhnya kekaisaran Romawi kuno. Sisa-sisa kuil itu akhirnya dijarah di abad pertengahan dan zaman Renaissance dan akhirnya tertimbun waktu sampai ditemukan lagi di abad modern ini. Masih belum jelas tentang sejarah-sejarahnya nya secara detail.
Kuil ini memang cukup besar, terdiri dari 4 bangunan. Sejak dibangun sekitar tahun 509 Sebelum Masehi sampai restorasi setelah kebakaran sebelum Masehi, diyakini kuil ini diselesaikan oleh Lucius Tarquinius salah satu kaisar Romawi kuno.
Kuil pertama, banyak dihiasi oleh patung-patung terra cotta, yang terkenal adalah patung Dewa Jupiter yang mengendarai kereta yang ditarik oleh 4 ekor kuda. Sebuah patung yang memang merupakan icon Dewa Jupiter karya Romawi Etruscan.
Kuil ini memang mempunyai unsur arsitektural sakral yang diadopsi dari detail-detail terra coota yang memang banyak di Italia. Pembakaran kuil pertama ini tahun 83 Sebelum Masehi, atas kediktatoran Sulla.
Sekali lagi, benar kan? Menarik sekali ketika kita mencari-cari referensi-referensi yang berbicara tentang bangunan-bangunan kuno. Apalagi bangunan super kuno di jaman tahun 509 Sebelum Masehi! Berarti sekitar 2016 tahun + 509 tahun, berarti juga bangunan itu sudah berumur 2525 tahun!
Bangunan kuilJupiter kedua ini, juga dibakar sekitar tahun 69 Sebelum Masehi. Dan dibangun kembli dengan suprastruktur sampai tahun 60 Sebelum Masehi.
Bangunan ketiga kuil Jupiter justru dibangun secara lebih mewah, dengan material-material pilihan, walau juga dibakar pada tahun 80 Sebelum Masehi. Dan bangunan keempat kuil Jupiter ini, dibangun semakin mewah. Dengan atapnya memakai material perunggu dan emas serta patung raksasa dewa Jupiter menghiasi kuil keempat.
***
Sekarang ini, Temple of Jupiter Optimus Maximus, hanya berupa tiang-tiang desain Corinthian saja. Hanya tampak muka saja, tanpa selubung bangunan.
Terlepas dari ritual kehidupan perkotaan kota Romawi kuno jaman itu, mungkin kita bisa belajar tentang sesuatu. Minimal untukku sebagai arstitek dan urbane. Konsep perkotaan di kompleks pemerintahan ternyata sudah menjadi “pakem” di seluruh dunia.
Kota Roma merupakan sala satu kota tertua yang bisa member contoh. Untuk membangun sebuha kota, inti awalnya adalah membangun komplek pemerintahannya dahulu, dan pemukiman dimulai dibelakangnya.
Dari warga kota yang bermukim tidak akan jauh-jauh untuk mencari uang dalam penghidupan sehari-hari. Mereka akan membuka lapangan pekerjaan atau berbisnis di sekotar pemukiman. Jadilah pasar, lalu berkembang kemudian sebagai pusat bisnis. Ada pertokoan kuno, pergudangan karena mereka pun butuh tempat untuk menyimpan, yaiut gudang.
Warga kota akan bermukim di pemukiman, tetapi akan bekerja di puat bisnis atau pemerintahan. Warga kota akan berkembang membangun tempat-tempat ibadah mereka, seperti kuil-kuil ini di jaman kota Romawi kuno. Sampai agama-agama yang lain masuk dan semakin berkembang menjadi sebuah kota yang kompleks.
Bagaimana dengan sketsa tentang Jakarta?
Sama dengan Jakarta yang sejajar dengan konsep perkotaan zaman Romawi kuno, yang awalnya memulai kotanya dengagn perdagangan, dimana jaman kolonial Belanda, mereka membangun kompleks pemerintahan di seputar Medan Medeka dengan pusat interest adalah persilangan Monas.
Disekitar itu terdapat semua bangunan-bangunan pemerintahan pusat, termasuk mahkamah agung, istana, bahkan gereja. Juga kantor-kantor perwakilan negara-negara sahabat. Baru dibelakangnya bertumbuh pemukiman yang disusul dengan tempat usaha dan bisbis wrga kota …..
Jadi, ketika kita berwisata ketempat-tempat yang memang menarik, kita bisa banyak belajar, sesuai dengagn minat kita. Apalaagi belajar tentang apa yang sudah terjadi di tempat wisawa tersebut, dan juga bisa belajar tentang sebuat sketsa masa lalu, yang tidak usah terulang lagi, dimasa2 modern sekarang ini.
Kota Romawi kuno, merupakan sketsa kota-kota dunia modern tentang ‘kebrutalan’, kebengisan bahkan kesombongan manusia-manusianya, untuk sebuah keserakahan. Yang pada akhirnya, kota ini menjadi sketsa gelap arsitektur dunia, walau bisa juga menjadi tempat pembelajaran bagi kita semua, manusia modern, tanpa harus bertindak yang sama.
By Christie Damayanti
Lihat tulisanku
Sejarah Terkelam bagi Arsitektur Dunia lewat ‘Colosseum’
“Setan” itu Berjubah Rakyat Romawi di abad Sebelum Masehi
Sebelumnya :
Ritual Kehidupan Perkotaan lewat ‘Foro Romano’, Ternyata Sudah Ada Sejak Abad Sebelum Masehi
Wisata Belanja Kota Roma, ‘Shopping Street’ Tetap Juara!
Trinita dei Monti, Gereja akhir Renaissace yang “Tidak Ramah” bagi Umat Berkebutuhan Khusus
Antara ‘Kota Tua’ Eropa dan Kaum Disabilitas
Benteng Pertahanan ‘Porta San Paolo’, Penjaga Romawi Kuno bagian Salatan
“Piramide di Caio Cestio”, Fungsi Makam Nubia Jaman Romawi Kuno
Hari Minggu, Ibadah dan Wisatawan di Eropa
Arti Para Martir “Tanpa Wajah”, Jam Pasir dan Basilica St Maria dei Angeli di Roma
Basilica St Maria dei Angeli di Roma, Sebuah Gereja “Tanpa Wajah”
Oculus, Sebuah “Mata” Menuju Angkasa bagi Pantheon
Romantisme ‘Trevi Fountain’, Menghasilkan 3000 Euro atau 49 Juta Rupiah Setiap Hari!
“Kamp Penyiksaan” di Sebuah Makam Kaisar Romawi Kuno
Keunikan Nama dan ‘Bangunan Bulat’ Castel Saint’Angelo
Dan ‘Circus Maximus’ pun Tetap Diam Seribu Bahasa …..
Suasana Magis dan Erotis “Circus Maximus” di Kota Roma
Dentang Lonceng di ‘Basilica Santa Maria Maggiore’
“L’Arco di Constantino”, Sebuah Gerbang Saksi Sejarah Besar
Romantisme ‘Teatro di Marcello’
‘Tampio di Vesta’ : Kuil Pemujaan di Roma Modern
Sejarah Terkelam bagi Arsitektur Dunia lewat ‘Colosseum’
“Setan” itu Berjubah Rakyat Romawi di abad Sebelum Masehi
‘Catacombe’ Jaman Kekaisaran Roma : Lorong Bawah Tanah Tempat Jenazah yang ( Katanya ) Teraniaya
Ketika Singa-Singa itu Mencabik-cabik Mereka, dan Gladiator itu ‘Menghabisi’ Lawannya …..
Cerita Roh-Roh Bergentayangan di Seputar Colosseum
Konsep Tata Kota Roma, ‘The Ancient City’, dalam Arstektur Klasik dengan Special Lightingnya
“Basilica St.Pieters” : Gereja Terbesar dalam Sebuah Negara Terkecil di Dunia
Selamat Datang di ‘Vatican City’
Fontana del Tritone : Dewa Luat ‘Menguasai’ Kota Roma
Piazza Barberini, Hotel Bernini, dengan Segala Fasilitas Arsitekturnya
“La Botte Rome”, Italiano Restorante
Mengeksplore Roma, Mulai dari ‘Sistina Rue’
Bandara Dunia, ‘Leonardo da Vinci’, Aku dan Kaum Disabilitas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H