By Christie Damayanti
Suasana interior Basilica St Maria dei Angeli di Roma
Kembali cerita tentang Gereja tanpa wajah di artikel sebelumnya.
Interior Basilica St Maria dei Angeli di Roma, seperti yang aku sudah sedikit ulas, memang sangat cantik! Desail2 marmer dengan sapuan cat emas ‘prada’, membuat kilauan2 dari sinar matahari yang masuk dari “mata” Oculus. Dan si desainer memang handal untuk bisa menciptakan yang terbaik bagi gereja ini.
Kubah Rotunda ternyata pun lebih besar dari yang aku bayangkan. Diameter Rotunda sekitar 90,8 meter, dan lantai yang cantik dirancang oleh Michaelangelo.
Konsep awal Basilica St Maria dei Angeli sebenarnya sangatcocok dengan detail materialnya. Dari tampak luar yang “tanpa wajah”,dan gereja ini tersembunyi dari lingkaran orang2 yang tidak mengerti tentang pengorbanan seorang martir. Lalu interiornya benar2 dipersembahkan yang terbaik bagi para martir tersebut, menghantarkan jiwanya dari dunia ke rumah Bapa di Surga.
Tetapi lama kelamaan, walau “tanpa wajah” sebagai tampak depannya, ternyata justru interior gereja ini semakin semarak, dengan penambahan2 patung2.
Tahun 2006, seorang pematung kelahirn Polandia, Igor Mitoraj membuat sebuah pintu dari perunggu, yang pastinya sangat berat dan mahal! Persembahan bagi para martir. Igor Mitoraj juga membuat patung Yohanes Pembabtis dan mempersembahkannya untuk Basilica.
Pintu perunggu besar dan mahal, dengan konsep desain ‘pengorbanan martir’.
Patung2 yang menggambarkan tentang pengorbanan para martir untuk misi2 mulianya dan kasihnya pada Tuhan lewat pelayanan sesama …..
Lalu tahun 2010 lalu, seorang filsuf, seorang astronom, matematikawan, arkeolog, sejarawan, Francesco Bianchini, mendesain jalur meridian, semacam ‘jam matahari’ didalam Basilica, seperti yang terdapan di Basilica Santo Petrus di Vatican, tetapi di plaza nya.
Gereja ini dipilih oleh Francesco Bianchini untuk mendesain ‘jam pasir’, karena konsep ‘bathing’ nya. Dahulu ketika ‘bathing’ merupakan tempat mewah bagi bangsawan2 serta orang2 kaya warga kota Roma, ‘bathing’ bukan hanya sekedar mandi2 serta melakukan spa saja.
‘Bathing’ disini juga berhubungan dengan ‘berjemur dibawah sinar matahari’. Ketika kota Roma tidak mempunyai pantai untuk berjemur dibawah sinar matahari, bukan berarti bangsawan2 dan orang2 kaya kota Roma tidak bisa berjemur. ‘Bathing’ disini juga termasuk spa di bawah sinar matahari.
Ada beberapa analisa dan alasan tentang desain ‘jam pasir’ ini di Basilica St Maria dei Angeli :
- Sinar matahari kea rah Basilica St Maria dei Angeli, sangat ‘tumpah ruah’. Posisi gereja (dan seluruh bangunan2 pendukungnya) ini sedemikian, sehingga sinar matahari terus menyorot dan bagus sebagai ‘jam matahari’.
- Ketinggian dinding (jangan lupa, Francesco Bianchini ingin merancang ‘jam matahari DI DALAM BASILIKA), sesuai dengan garis panjang untuk mengukur gerak dan laju matahari untuk sebuah ‘jam’.
- Supaya jam tidak harus terus dikalibrasi untuk tahun2 mendatang.
Sehingga konsep perancangan ‘jam matahari’ ini langsung diadakan dengan panjang 45 meter yang terbuat dari perunggu, serta tertutup dengan marmer Cararra dan Portoro.
Francisco Bianchini memang seorang jenius! Dia juga seorang astronom, membuat dia ingin terus berkarya yang terbaik bagi gereja. Dia juga menambahkan lubang2 di plafond supaya bisa menandai berlalunya bintang2! Dan Dia pun memberikan teleskop untuk membantu dan menentukan banyak hal, sesuai dengan kebutuhannya ……
Bandingkan dengan ‘jam pasir’ raksasa dengan pendulumnya adalah tiang ditengah2 plaza Basilica Santo Petrus di Vatican! Desain arsitekturalnya menyatu dengan Basilika, termasuk konsep ‘jam pasir’ nya. Ketika jam berdentang 12 kali di siang hari waktu itu, sunggu, sinar mataharinya sesuai dengan apa yang memang dirancangkannya …..
Konsep lukisan2 dinding dan plafond nya merupakan aliran arsitektur Renaissance bercampur Baroqe. Mural, atau lukisan dinding atau plafond, biasanya menggambarkan malaikat2 yang melindungi manusia.
Dinding kusan “tanpa wajah’, tetapi mampu menggugah beberapa orang2 yang punya hati untuk merenung tentang kehidupan para martir
***
Dinding kusam “tanpa wajah’, tetapi mampu menggugah beberapa orang2 yang punya hati untuk merenung tentang kehidupan para martir
Untuk sebuah gereja ‘tanpa wajah’, ini sungguh menjadikan aku banyak merenung tentang kehidupan di Roma. Banyak sekali pemantik2 sosial kemasyarakatan, yang membuat bahkan gereja pun tidak mampu untuk bersanding lewat Kasih Tuhan.
Sebuah gereja yang dipersembahkan bagi para martir Kristen, dari dulu pun tidak mempunyai ‘kedudukan’ yang sama dibandingkan dengan gereja2 biasa. Sampai2 orang2 yang terketuk hatinya untuk ikut menghayati kehidupan para martir itu pun, ‘sembunyi2’ untuk memperindah gereja ini.
Itu dahulu, dimana kota Roma jelas2 mengatakan dirinya sebagai kota umat Kristiani. Bagainana dengan jaman modern sekarang? Aku tidak tahu, tetapi ada pemikiranku yang mungkin tidak sesuai dengan keyataan yang ada.
Tetapi, sebagai arsitek dan urban planner, dan aku diberi kesempatan lebih untuk mengamati banyak kota2 dunia, tidak ada salahnya jika aku terus mengungkapkan sebuah realita, minimal dari hatiku sendiri, untuk supaya kita sungguh bercermin, lalu membuka hati untuk memperbaiki diri sendiri, dan mencoba memberikan pelayanan bagi sesama ……
Sebelumnya :
Basilica St Maria dei Angeli di Roma, Sebuah Gereja “Tanpa Wajah”
Oculus, Sebuah “Mata” Menuju Angkasa bagi Pantheon
Romantisme ‘Trevi Fountain’, Menghasilkan 3000 Euro atau 49 Juta Rupiah Setiap Hari!
“Kamp Penyiksaan” di Sebuah Makam Kaisar Romawi Kuno
Keunikan Nama dan ‘Bangunan Bulat’ Castel Saint’Angelo
Dan ‘Circus Maximus’ pun Tetap Diam Seribu Bahasa …..
Suasana Magis dan Erotis “Circus Maximus” di Kota Roma
Dentang Lonceng di ‘Basilica Santa Maria Maggiore’
“L’Arco di Constantino”, Sebuah Gerbang Saksi Sejarah Besar
Romantisme ‘Teatro di Marcello’
‘Tampio di Vesta’ : Kuil Pemujaan di Roma Modern
Sejarah Terkelam bagi Arsitektur Dunia lewat ‘Colosseum’
“Setan” itu Berjubah Rakyat Romawi di abad Sebelum Masehi
‘Catacombe’ Jaman Kekaisaran Roma : Lorong Bawah Tanah Tempat Jenazah yang ( Katanya ) Teraniaya
Ketika Singa-Singa itu Mencabik-cabik Mereka, dan Gladiator itu ‘Menghabisi’ Lawannya …..
Cerita Roh-Roh Bergentayangan di Seputar Colosseum
Konsep Tata Kota Roma, ‘The Ancient City’, dalam Arstektur Klasik dengan Special Lightingnya
“Basilica St.Pieters” : Gereja Terbesar dalam Sebuah Negara Terkecil di Dunia
Selamat Datang di ‘Vatican City’
Fontana del Tritone : Dewa Luat ‘Menguasai’ Kota Roma
Piazza Barberini, Hotel Bernini, dengan Segala Fasilitas Arsitekturnya
“La Botte Rome”, Italiano Restorante
Mengeksplore Roma, Mulai dari ‘Sistina Rue’
Bandara Dunia, ‘Leonardo da Vinci’, Aku dan Kaum Disabilitas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H