By Christie Damayanti
Aku mulai jenuh, ketika macet terus menerus hari itu. Panas kota Roma semakin menyengat. Sampai2 aku merasa AC bus wisata yang kami tumpangi, kurang member efek menyegarkan. Punggungku berkeringat dan aku mulai dilanda stress …..
Jadi, ketika bus kami berhenti di titik wisata berikutnya, aku pun mengajak anak2ku turun. Walau aku belum jelas tempat wisata apa itu.
Dengan dibantu oleh asisten supir bus wisata ku itu, ramp dipasang dan aku di atas kursi roda oun denan nyaman turun dan siap menuju titik wisata tersebut. Ternyata, hanya ada RTH (Ruang Terbuka Hijau) besar di salah satu pojok kota Roma. Dan ternyata juga itu adalah salah satu titik wisata yang aku ingin datangi. Circus Maximus …..
***
The Circus Maximus, atau Italiano Circo Massimo, adalah sebuah tempat untuk balap kereta kuda dalam sebuah stadion kuno yang terbuka, tempat hiburan rakyat Romawi, jika mereka tidak sanggup atau tidak mau untuk masuk ke Colosseum. “Tidak mau” disini, bukan hanya mereka tidak mampu membayar mahal tempat seperti Colosseum saja, tetapi mereka pun belum tentu mau melihat darah mengalir karena cabikan singa atau pembunuhan ala gladiator.
Stadion itu terlihat sangat luas. Bus wisata kami berhenti di puncak bukit, salah satu bukit di kota Roma, bersebelahan dengan Colosseum, untuk melihat betapa besarnya stadion Circus Maximus. Jika kita ingin menjeajah stadion tersebut, kita harus menuruni bukit itu, dengan undakan2 tangga tinggi dan tidak dilengkapi dengan fasilitas disabled. Sehingga kami memutuskan hanya melihat dari atas dan kejauhan saja. Terutama anak2ku, yang melarang aku untuk mencoba menuruni undakan tinggi tersebut …..
Circus Maximus sendiri tersebut, terletak di lembah Avetine dari Bukit Palatine. Merupakan stadion terbesar di Roma kuno dalam kekasiarannya. Panjangnya sekitar 621 meter dengan lebar 118 meter, dan mampu menampung kurang lebih 150.000 penonton. Dan konsep stadion Circus Maximus itu, ternyata dikembangkan oleh pemerintah kota Roma kuno, sebagai konsep stadion2 berikutnya, yang dibangun di dalam kekaisaran Romawi.
Aku cukup terkagum2 melihat sebuah stadion besar dan megah. Mungkin, tidak bisa terlihat di jaman sekarang, karena yang ada sekarang hanya sebagai ruang terbuka hijau saja, walau masih terlihat sisa2 peninggalannya.
Bayangkan, belasan kereta kuda dengan para pembalapnya, berpacu untuk mencapai garis finish, berputar2 dan meninggalkan debu2 bagi penonton. Yang kemudian marak judi bagi jagonyanya, berteriak2, menggila dan berguci2 arak membuat tawa dan teriakan mereka terus membahana.
***
Setelah abad ke-6, Circus Maximus yang ‘tenggelam’ dengan abu Pompeii, karena juga stadion ini berada di lembah sebuah Bukit Palatine, digali oleh arkeolog2 pada jaman itu. Karena posisinya adalah di lembah, tidak gampang untuk mencari sisa2 bangunan tersebut. Bahka merurut referensi yang aku baca, masih banyak sisa2 peninggalan stadion ini, yang berada di kedalaman 6 meter dari permukaan stadion yang ada sekarang!
Abad demi abad, Circus Maximus terus digali dan di beberapa abad, stadion ini berbubah fungsi, sampai mulai pada abad ke-19, serangkaian penggalian menemukan bagian2 bangunan yang menumbuhkan rasa kepedulian pemerintah kota Roma pada waktu itu.
Mereka menemukan obelix (tiang batu), lalu mereka juga menemukan tempat2 duduk pengunjung yang terbuat dari batu, lengkungan2 tempat duduk dengan konsep stadion berbentuk ellips, sampai akhirnya, terbentuk lah situs cantik stadion Circus Maximus ……
***
Hari itu, musim panas itu di kota Roma, tanggal 2 Jul 2014, panas nya luar biasa! Ketika kami turun dari bus wisata kami, terpampang suhu didalam dan di luar bus. Terlihat angka 36 derajat Celcius! Dimana matahari siang itu memang sangat garang memanggang tubuh2 wisatawan kota Roma.
Yang ada, walau semilir angin cukup sejuk membuat kami sedikit mengantuk, kami tetap harus terjaga dan mencari minuman segar agar tidak dehidrasi.
Sebuah kios atau lapak minuman segar ada diujung sana, cukup jauh. Anakku membelikan muniman segar untukku. Seperti biasa, sangat mahal! Sekakeng Coca Cola atau Sprite, berharga Euro 5.00 atau sekitar 80.000 Rupiah, lebih mahal dari di hotel kami! Dan setangkup sandwich dengan telur, keju dan selapis daging, berharga sekitar Euro 10.00 atau sekitar 160.000 Rupiah!
Hmmmmm.
Sudahlah ….. jika kita tidak rela membayar harga, jangan pernah berani memutuskan untuk berwisata keluaar negeri.
Lihat tulisanku Jangan Pernah Berkata “Mahal” Jika Berniat Wisata ke Luar Negeri.
Kami sedikit leyeh2 disana. Bergurau bersama anak2ku. Bus wisata datang dan pergi dan kami masih belum ingin naik bus. Kami, khususnya aku, benar2 terpukau dengan ke-erotis-an Circus Maximus, dan kami juga terpukau dengan suasana magis nya.
Pikiranku melayang2, ‘melihat’ suasana jaman itu, Circus Maxium berada dalam puncak keemasannya. Dan kota Roma juga sedang berada dalam puncak kejayaannya.
Tetapi, yang ada sekarang ini, Circus Maximus di siang itu, di musim panas itu, hanya diam seibu bahasa, meninggalkan keegoisannya, di dalam alam sadar ku.
Circus Maximus tetap diam seribu bahasa.
Sebelumnya :
Dentang Lonceng di ‘Basilica Santa Maria Maggiore’
“L’Arco di Constantino”, Sebuah Gerbang Saksi Sejarah Besar
Romantisme ‘Teatro di Marcello’
‘Tampio di Vesta’ : Kuil Pemujaan di Roma Modern
Sejarah Terkelam bagi Arsitektur Dunia lewat ‘Colosseum’
“Setan” itu Berjubah Rakyat Romawi di abad Sebelum Masehi
‘Catacombe’ Jaman Kekaisaran Roma : Lorong Bawah Tanah Tempat Jenazah yang ( Katanya ) Teraniaya
Ketika Singa-Singa itu Mencabik-cabik Mereka, dan Gladiator itu ‘Menghabisi’ Lawannya …..
Cerita Roh-Roh Bergentayangan di Seputar Colosseum
Konsep Tata Kota Roma, ‘The Ancient City’, dalam Arstektur Klasik dengan Special Lightingnya
“Basilica St.Pieters” : Gereja Terbesar dalam Sebuah Negara Terkecil di Dunia
Selamat Datang di ‘Vatican City’
Fontana del Tritone : Dewa Luat ‘Menguasai’ Kota Roma
Piazza Barberini, Hotel Bernini, dengan Segala Fasilitas Arsitekturnya
“La Botte Rome”, Italiano Restorante
Mengeksplore Roma, Mulai dari ‘Sistina Rue’
Bandara Dunia, ‘Leonardo da Vinci’, Aku dan Kaum Disabilitas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H