Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Panas Siang di Kota Roma...

5 September 2016   13:30 Diperbarui: 5 September 2016   13:40 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

Dari Basilica San Peter mungkin sekitar jam 12an. Kami membeli beberapa sandwich dan hotdog, supaya tidak buang waktu untuk makan di restoran. Kami juga membeli beberapa botol minuman dingin, karena kami merasa sangat kepanasan! Suhu udara waktu itu sekitar 38 derajat Celcius, melebihi suhu udara di Jakarta. Bedanya adalah, ‘humadity’ nya tidak sebasah di Jakarta. Justru kami merasa ‘kekeringan’ yang membuat kulit kami pecah-pecah, dan angin nya pun sejuk, bukan panas...

Dari sana, kami menunggu bus wisata kami sampai Amphitherater Colosseum, sebuah bangunan sangat megah, yang sering digambarkan sebagai ‘ikon’ Italy.

Selama perjalanan, bus wisata kami berhenti di belasan titik obyek wisata di Roma. Da setian titik obyek ini, selalu penuh dengan turis mancanegara. Tetapi walau penuh dan harus antri untuk bisa naik atau turun di titik-titik obyek wisata itu, aku sebagai kaum disabilitas ternyata mendapatkan ‘tempat’ yang baik.

Supir bus dibantu oleh asistennya, selalu mendahulukan aku dalam kursi roda. Membawa aku dalam kuri roda, naik lewat ramp khusus masuk ke dalam bus. Lalu aku dalam kursi roda, mempunyai tempat khusus dibawah. Oya, bus wisata ini, dimanapun kami berwisata di kota-kota di Eropa, merupakan bus wisata bertingkat, dan dibagian atas, tidak mempunyai penutup atap, jika tidak hujan. Jika hujan, penutupnya terbentang, untuk menutupi wisatawan diatas sana.

Posisi kursi rodaku di dalam bus wisata di kota Roma... aku dengan jendela-jendela besar yang selalu bersih, sehingga bisa mengabadikan kehidupan di luar bus, dengan enak |Sumber gambar: Dokumentasi : pribadi
Posisi kursi rodaku di dalam bus wisata di kota Roma... aku dengan jendela-jendela besar yang selalu bersih, sehingga bisa mengabadikan kehidupan di luar bus, dengan enak |Sumber gambar: Dokumentasi : pribadi
Sumber gambar: Dokumentasi : pribadi
Sumber gambar: Dokumentasi : pribadi
Bus wisata ini, memberikan earphone yang bisa ditancapkan di dinding bus, dan ada belasan bahasa yang menjelaskan setiap titik obyek wisata yang didatangi. Sayang, dari belasan bahasa yang ada, ternyata tidak ada Bahasa Indonesia.

Jendelan nya yang sangat besar dan selalu bersih, mampu memberikan fisilitas yang mempuni untuk mengambil foto walau hanya dalam bus. Apalagi jika kamera kita bisa mempunyai fasilitas ‘tidak bergoyang’, walau bus wisata itu melaju cukup cepat.

Jika aku sehat, mungkin aku lebih memilih keliling Roma dengan berjalan kaki saja. Mengapa?

Karena, kota Roma memang merupakan salah satu kota di Eropa yang di setiap titik tempatnya, merupakan sisa-sisa bangunan lama. Di titik itu juga selalu dipelihara dengan baik, dengan penempatan polisi wisata, dengan tali-tali yang terpasang untuk supaya wisatawan tahu bahwa daerah itu tidak boleh disentuh. Silahkan berfoto, tetapi tidak boleh di sentuh apalagi memindahkan barang atau batu-batu disana.

Aku memotret patung ini dari atas bus yang melaju, aku sedikit edit, jadilah foto yang aku buat sebagai kartupos untuk oleh2| Sumber gambar: Dokumentasi : pribadi
Aku memotret patung ini dari atas bus yang melaju, aku sedikit edit, jadilah foto yang aku buat sebagai kartupos untuk oleh2| Sumber gambar: Dokumentasi : pribadi
Tetapi dengan berkursi roda, kupikir akan sangat melelahkan, termasuk anak-anakku yang harus bergantian mendorong kursi rodaku. Dan di Roma memang benar-benar berusaha untuk membuat kotanya sesuai dengan kehidupan Roma lama, sehingga jika 1 titik wisata dengagn bebatuan asli dari jaman itu, tidak ada pedestrian yang besar (misalnya di tepi jalan besar). Jadi, untuk yang berkursi roda sepertiku, toh aku tidak diijinkan untuk melewatinya.

Kursi roda harus melewati pedestrian yang lebih aman, dimana akhirnya justru di titik obyek tersebut, malahan aku tidak akan bisa memotretnya.

Langit biru bersih, melatarbelakangi Colosseum| Sumber gambar: Dokumentasi : pribadi
Langit biru bersih, melatarbelakangi Colosseum| Sumber gambar: Dokumentasi : pribadi
Ditambah lagi, suhu udara yang teramat sangat panas, sehingga sungguh untuk berkeliling di Roma saat itu merupakan “siksaan”, bagi yang tidak terlalu suka dengagn obyek-obyek zaman dahulu kota Roma.

Tetapi di bus wisata pun tidak masalah. Walau aku tidak  bisa untuk mengamati di setiap titik yang menjadi ketertarikanku yang luar biasa, aku tetap bisa memotret obyek-obyek wisata itu. Dengan jendela besarnya dan AC yang bisa meredam panas, membuat aku tetap bersykur bisa melewat wwisata Roma dengan cukup nyaman.

Diatas bukit di kota Roma| Sumber gambar: Dokumentasi : pribadi
Diatas bukit di kota Roma| Sumber gambar: Dokumentasi : pribadi
***

Saat itu memang liburan musim panas di seluruh dunia. Di Eropa, musim panas merupakan liburan panjang. Bahkan untuk anak-anak sekolah atau kuliah, mereka bisa libur sampai 4 bulan! Sehingga, bisa dibayangkan jika negara-negara di Eropa sangat padat dan sesak, terutama kota-kota atau negara-negara yang mempunyai tempat wisata keren dunia, termasuk kota Roma!

Amphiterater Marcello, tidak sebesar Colosseum| Sumber gambar: Dokumentasi : pribadi
Amphiterater Marcello, tidak sebesar Colosseum| Sumber gambar: Dokumentasi : pribadi
Jadi ketika itu, kota Roma sangat padat! Macet dimana. Di brosur tentang bus wisata, yang katanya bisa menempuh waktu berkeliling dari belasan titik wisata dalam waktu 1 jam saja, justru molor menjadi 2 jam. Makanya, banyak wisatawan akhirnya turun dijalan, dan jika cape, mereka mencari bus wisata yang sama, dari perusahaan yang sama, tanpa dikenakan biaya lagi.

Dari Piazza Venezia yang aku ambil dari atas bus, denan sedikit bayangan kacanya, aku edit dan mengasilkan foto-foto cantik dan kudesain sebagai kartupos, sekali lagi, untuk oleh-oleh|Sumber gambar: Dokumentasi : pribadi
Dari Piazza Venezia yang aku ambil dari atas bus, denan sedikit bayangan kacanya, aku edit dan mengasilkan foto-foto cantik dan kudesain sebagai kartupos, sekali lagi, untuk oleh-oleh|Sumber gambar: Dokumentasi : pribadi
Aku? Tidak mungkin demikian, bukan?

Aku dan anak-anakku harus tengan saja di bus, sampai kami tiba di titik obyek wisata yang kami inginkan. Kmi hanya tetap bertahan, untukku sendiri tidak masalah karena semua pemadangan di luar bus sangat menarik hatiku! Aku tidak pernah melepas kamera pocketku, sambil selalu memotret tempat-tempat yang ingin aku abadikan!

Dari dalam bus saja, aku mampu memotret banyak titik wisata yang mengagumkan! Tinggal aku edit, jadilah foto2 yang bisa aku pergunakan dan berfugsi lebih baik lagi, salah satunya adalah membuat kartupos, seperti foto-foto dibawah ini, taaarraaaaaaaaaa.

Jadi, apa yang ada itulah yang aku lakukan. Berwisata itu bukan sekedar foto-foto narsis saja dengan larat belakang obyek wisatanya, tetapi bagaimana memanfaatkan ‘ruang wisata’ itu sebagai bagian dari proses belajar dan menggembleng diri, untuk menjadi seseorang yang lebih handal. Apapun masalah dan apapun kendalanya ……

Catatan :

Jika ingin melihat desain-desain kartupos ku selama keliling 7 negara di Eropa, silahkan lihat di Kartu Pos Cantik

Sebelumnya :

Konsep Tata Kota Roma, ‘The Ancient City’, dalam Arstektur Klasik dengan Special Lightingnya

“Basilica St.Pieters” : Gereja Terbesar dalam Sebuah Negara Terkecil di Dunia

Selamat Datang di ‘Vatican City’

Fontana del Tritone : Dewa Luat ‘Menguasai’ Kota Roma

Piazza Barberini, Hotel Bernini, dengan Segala Fasilitas Arsitekturnya

“La Botte Rome”, Italiano Restorante

Mengeksplore Roma, Mulai dari ‘Sistina Rue’

Bandara Dunia, ‘Leonardo da Vinci’, Aku dan Kaum Disabilitas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun