By Christie Damayanti
Dokumentasi : pribadi
Tahu tidak, bahwa negara Vatican hanya merupakan sebuah Gereja dengan segala fasilitasnya? Ya, negara Vatican adalah Gereja Santo Petrus, yang dibangun pada jaman Kasar Konstantinus I, sekitar tahun 326 sampai 333 Masehi. Kota Vatican sendiri anya seluas 44 hektar dan di klaim sebagai negara terkecil di dunia ....
‘Basilica St.Pieter’ atau Gereja Santo Petrus adalah sebuah 'istana' bagi pemerintahan Paus, pemimpin tertinggi bagi Gereja Katolik di dunia, dan ternyata Gereja ini sekarang mejadi salah satu bangunan terpenting, bahkan menjadi sebuah lokasi tujuan ziarah dunia di Roma.
Negara Vatican sendiri, ada di dalam kota Roma, di Nagara Italia. Jika kita ada di Roma, Vatican harus juga menjadi tujan wisata kita. Karena negara Vatican ini kecil, pemerintah Vatican sendiri tidak memeriksa passport kita, walaupun kita tetap membawa passport  ( secara jika kita ke luar negeri, passport kita merupakan identitas kita ). Tetapi untuk beberapa wisatawan, jika kita ingin meng-cap passport kita dengan cap "Vatican", sangat diperbolehkan, sebagai kenang-kenanagan. Toh semua kebutuhan Paus dengan seluruh pemerintahannya, di datangkan dari kota Roma.
Peta Negara Vatican, merupakan Gereja Santo Petrus besera fasilitasnya. Terlihat dari Google, justru Vatican mempunyai ruang terbuka hijau disbanding dengan ‘tetangganya’, kota Roma ( lihat tulisanku‘Rome, The Ancient City’ : Konsep Tata Kota Dalam Arsitektur Klasik).
Fasilitas-fasilitas Gereja Santo Petrus disana, hanyalah fasilitas-fasilitas pelayanan kepada Tuhan. Biarawan-biarawan dan biarawati-biarawati nya mendapat tempat disana untuk melayani warga Roma yang ingin bersekutu dan memuji Tuhan setiap hari Sabtu dan Minggu, atauapun yang meras membutuhkan untuk iman mereka. Warga negara Vatican adalah sebagian besar pelayan-pelayan Tuhan, para Biarawan dan para Biarawati serta Paus sendiri.
 Santo Petrus sendiri sebagai  murid Yesus, disalibkan, meninggal dan dikuburkan  sekitar tahun 64 Masehi, dan di dalam Gereja ini, diduga terdapat makam Santo Petrus. Bangunan cantik ini diperkaya dengan hiasan patung-patung, perabotan serta tempat lilin-lilin yang berukir, dan pemakaman beberapa Paus, Santo-santo dan Santasanta ( orang-orang suci bagi agama Katolik ), yang terus menerus bertambah. Sedikit  tentang pemakaman, Gereja ini ternyata penuh dengan tulang beluang para orang-orang suci, yang selalu diketemukan sampai tahun 1544, dan makam-makam mereka di perbaharui yang sampai searang masih bisa di lihat disana.
Pagi hari dengan langit biru cerah, masih segar dalam ingatanku, Gereja ini belum terlalu banyak wisatawan yang datang sehingga aku dengan leluasa memotret detail yang sangat indah. Latar belakang langit biru, Gereja Santo Petrus yang berwarna putih, menjadi semakin 'bercahaya'. Keindahannya pasti membuat banyak mata melotot, dan tidak henti berdecak kagum. Arsitektur klasik yang cantik …..
Lapangan luas di depan Gereja ini, seakan menyambut umat Tuhan yang ingin 'mencari' Roh Kudus. Banyak burung dara di pelataran depan, menandakan betapa damainyaa tempat itu, apaagi pagi hari, sebelum banyak orang datang .....
               Para pengawal Gereja, dengan kostum cantik. Aku tidak tahu, apa konsepnya dengan warna2 biru dan kuning dengan topi …..
Bangunan ini mempunyai pintu masuk untuk orang2 yang ingin masuk kesana dan bersekutu dengan Tuhan. Pintu utamanya lumayar lebar, beserta 2 sayap bangunan di tiap sisinya. Sebuah atrium terdapat di pintu masuk dan memiliki 5 pintu masuk kedaam gedung. Di atrium itu terdapat mozaik raksasa, mozaik Navicele yang sangat cantik, dbangun tahun 1305-1313. Mozaik itu melukiskan Santo Petrus tengah berjalan diatas air. Menurut referensi yang aku baca, mozaik ini sudah hbancur ada aad 16, tetapi beberapa bagiannya  masih tersimpan.
Begitu aku masuk ke dalamnya, aku merasakan ‘sesatu' yang sakral. Sebuah nyanyian memuji Tuhan, terdengar sayup-sayup, dinyanyian oleh beberapa orang biarawati. Beberapa orang di ujung yang lain terlihat bersekutu dalam pembacaan Firman Tuhan. Dan beberapa orang yang lain khusuk berada dibawah Salib, dan kaki Tuhan Yesus. Sepertinya, ruinitas setiap lagi inilah yang selalu ada di Gereja ini.
Langkahku berdetak, walau aku memakai sepatu kets. Mungkin karena gaung dalam ruang besar dan senyap. Iniah salah satu rumah Tuhan ….. siapapun boleh masuk untuk berdoa. Di beberapa sudut, terdapat lilin-lilin kecil yang menyala. Walau aku tidak merasakannya, tetapi nyala lilin-lilin itu bergerak ke satu arah, menandakan angin bertiup kearah itu .....
Kuburan2 Paus dan martir2 Gereja Katolik, di dalam basemet St Pieters, Vatican
Kami sempat berdoa di depan Altar Tuhan, mendoakan untuk keluarga dan banyak orang dalam kebahagiaanya. Dalam berwisata, kita harus tetap berdoa. Karena biasanya dalam kita bersenang-senang, Tuhan akan terlupakan karena eforia kita …..
Suasana syadu sangat mendominasi sebuah gereja. Walau Gereja2 Eropa merupakan obyek wisata dunia, tetap kita meninggalkan kesyahduannya, dan semua orang sangat mengerti dan menghormati tempat itu, bahwa ini adalah sebuah Gereja, salah satu Rumah Tuhan, sehingga walau tidak di peringati, para wisatawan disana tetap santun dan senyap dalam melihat2 sambil memotret, seperti aku …..
                     Interior dekoratif yang cantik, bisa membuat orang ‘terbawa’ suasana untuk terus memuji dan memuliakan Tuhan …..
Konsep arsitekturnya sangat cantik, dengan ‘sayap’ pilar2 di setiap kanan kiri Gereja ini, seakan ‘merengkuh’ bangunan utamanya sebagai Rumah Tuhan. Demikian juga keberadaan monument Obelisk yang dipercaya sebagai perwujudan ‘tiang awan Tuhan’, atau di Mesir Kuno, Obelisk adalah merupakan lambang dari dewa matahari.
Lapangan luas di depan Gereja, sering disebut St. Pieter Square, merupakan lapangan terbuka dengan panjang 340 meter dan lebar 240 meter, bisa menampung sekitar 250.000 orang. Dan tempat terbuka di dalam Gereja ini, dapat menampung sekitar 60.000 jemaat, sehingga total banyak sekali orang yang bisa tertampung disana jika memang ada acara2 di hari2 suci ke-Kristen-an.
Hanya duduk di pelataran Geraja ini, aku bisa mengamati tentang arsitektur klasiknya, sambil menikmati pagi ini. Sebentar lagi pastilah lebih banyak wisatawan datang kesini, membuat titik wisata ini penuh …. Yang jelas, aku sudah mengamati kehidupan pagi yang kushuk dan syahdu. Juga sudah membuat beberapa foto tanpa terlalu banyak orang. Sekarang tinggal aku menikmati ‘darah wisatawan’ku, dengan bergerombol bersama dan menikmati eforia berwisata …..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H