Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Ketika ‘Pesta Besar’ Telah Usai

2 Agustus 2016   12:50 Diperbarui: 4 Agustus 2016   00:14 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesuai yang Bp Ahok inginkan tentang apa yang anak2 Jakarta inginkan untuk Jakarta, itu pula lah yang kita semuanya inginkan. Anak2 SD yang kami ajari di event ku ini, tentu saja berbeda cara mengungkapkan harapanya tentang Jakarta. Mereka berada di 12 tahun (kebawah) dalam kehidupannya. Pastinya mereka baru mengerti dan mempelajari tentang lingkungan hidupnya.

Buat mereka, Jakarta itu terlalu besar! Buat mereka, jangankan menulis sebuah harapan besar untuk Jakarta. Buat mereka, pengertian Jakarta hanya sebatas lingkungan hdup mereka. Yaitu rumah dan sekolah. Bahkan ketika aku berkata tentang keinginan mereka membuat sesuatu di Jakarta pun, ternyata tidak diakomodir dari surat mereka kepada Bp Ahok.

Aku memilih 100 surat untuk dibalas oleh Bp Ahok. Tidak banyak yang bisa mengungkapkan yang lebih besar daripada keinginannya untuk kehidupan sekolah mereka. Aku mengamati, untuk anak2 dibawah kelas 4 SD, yang mereka inginkan hanya untuk perbaikan2 sekolah mereka.

Ada yang minta dibuatkan lapangan olah raga untuk sekolah mereka. Ada yang ingin kamar mandi sekolahnya dibersihkan. Bahkan ada yang meminta atap sekolah yang bocor diperbaiki.

Yang lebih luas lagi, beberapa anak yang ingin sekali Jakarta tidak macet lagi. Ada juga beberapa anak meminta ada pelajaran sekolah untuk mengunjungi tempat bersejarah di Jakarta. Dan ada juga beberapa anak hanya ingin guru2nya sehat untuk bisa mengajar denan baik.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Beberapa surat anak2 SD untuk Bp Ahok, tentang harapannya untuk Jakarta
Beberapa surat anak2 SD untuk Bp Ahok, tentang harapannya untuk Jakarta
Aku banyak tersenyum membaca kepolosan anak2 itu. Tetapi yang aku sangat sayangkan, tulisan mereka sangat jelek. Sepertinya sekarang dalam kurikulum SD, mereka tidak diajarkan ‘menulis’ dengan baik, ya?

Aku teringat, waktu aku SD antara tahun 1976 sampai 1982, ada pelajaran khusus tentang ‘menulis halus’. Bahkan ada buku tulis yang menunjang pelajaran ‘menulis halus’ tersebut, dengan cetakan garis tebal-garis tipis. Biasanya, pelajaran ini ada di hari Sabtu (waktu itu hari Sabtu masih belajar walau hanya sampai jam 10.00 dari jam 7.00 pag).

Belajar ‘menulis halus’ sambil mempelajari tentang ‘mengarang bebas’. Sehingga jaman aku SD, kami sangat mudah menulis dalam karagan bebas. Menulis tentang liburan, tentang cita2 bahkan tentang mimpi2 kita.

**Mungkin kah saat ini, justru anak2 kita didik untuk memulainya lagi seperti dahulu? Kehidupan natural, sesuai dengan umur mereka, untuk belajar tentang kebutuhan dasar manusia, yaitu mengasah pikiran dan hati lebih natural …..

Setelah aku memilih 100 surat anak2 yang aku anggap bagus untuk kemudian dibalas oleh Bp Ahok, kesemua surat anak2 tersebut aku masukkan kedalam 2 album transparan. Supaya Bp Ahok misa membaca semua surat anak2 tersebut. Dan di halaman depannya, kusisipkan ‘salam’ untuk Bp Ahok dariku, kamipanitia event ini, dan anak2 Indonesia ……

Pemilihan surat2 anak2 tersebut, hanya berkriteria yang kami butuhkan. Yaitu, anak SD dibawah 13 tahun, mencantumkan namanya serta alamat sekolahnya, bukn alamat rumah. Karena jika balasan surat dari Bp Ahok kami kirim kan ke rumahnya, diharapkan kepala sekolah dan gurunya serta teman2nya yang lain yang tidak ikut dalam event ini, menjadi terinspirasi untuk menulis, dan berharap mendapatkan balasan yang sama dari Bp Ahok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun