By Christie Damayanti
Maximum-card dengan kotak-surat untuk edukasi …..
THIS IS MY DAY …..
Sebelumnya :
Kegiatan Warga Jakarta di Balaikota? Memang Bisa, koq …..
Konsep edukasi kali ini di even pameran dan launching buku ‘Meneropong Jakarta dari Hati Nurani’ hari Sabtu 23 Juli 2016 di Balai Agung Balaikota DKI Jakarta ini, digagas oleh Valentino, sahabat ku yang terbaik. Beliau langsung memberikan contoh2 model untuk edukasi jenis ini …..
Begini :
Karena event ku ini adalah kolaborasi dari 2 jenis hobiku sekarang, yaitu menulis dan filateli, Valentino mengkolaborasikan nya untuk edukasi anak2 SD.
Kami akan mengajak anak2 SD dari klas 1 sampi kelas 6, untuk menuliskan tentang harapannya untuk Jakarta. Mungkin ada yang ingin meminta taman di likungan kompleksnya. Atau mungkin ada yang ingin di bantu untuk renovasi sekolahnya, misalnya.
Karena, namanya anak2. Dan mereka sejak kecil diajarkan dengan gadget, dimana mereka tidak pernah tahu tentang menulis surat. Tahu nya adalah menulis Twitt, FB atau hanya sekedar Line, WA atau SMS. Sehingga, ini adalah bagian dariku sebagai warga negara, anak bangsa, untuk mencoba mengedukasi mereka tentang dunia tulis menulis secara nyata ……
Konsepnya, kami akan memberikan kartupos2 yang dalam hal ini akan diberikan dari PT Pos Indonesia. Minimal 200 kartupos dengan prangkonya. Sebanayk2nya anak2 itu kami edukasi, dan akan sebanyak2nya pula harapan kami akan penumbuhkan awal keinginan anak2 itu dalam berinteraksi komunikasi lewat menulis.
Dari sekian ratus surat dalam kartupos anak2 Jakarta ini, Bp Ahok akan memilih 100 orang saja yang mendapat balasan dan jawabannya. Berbentuk kartupos juga, bergambar Bp Ahok serta ber-prangko Prisma Bp Ahok juga, dengan kata2 mutiara nya yang sangat terkenal, serta ditanda tangani asli oleh beliau sendiri!
Mula2 kami cukup tidak yakin bahwa beliau mau untuk melakukan ini. Tetapi pada rapat ke-2 dari 6 rapat dalam rangka event ini sejak sesaat sebelam Lebaran, ternyata justr Bp Ahok lah yang lebih antusias dengan konsep kami. Bahkan ketika konsep kartupos bergambar Bp Ahok serta prangk Prisma yang gambarnya sama, justru beliau lah yang mengingnkannya.
Padahal kami justru kawatir, karena masa2 ini menjelang Pilkada. Takutnya, beliau akan beritakan macam2 dengan foto bergambar beliau sebagai tidakan kampanye terselubung. Padahal, konsep kami ini murni untuk edukasi, dan untuk menginspirasi anak2 SD untuk mau kembali ke hobi jadul yang mempunyai kekuatan yang luar biasa, yaitu MENULIS ……
Setelah desain disetujui oleh Bp Ahok, kami pun siap mencetak 100 lembar kartupos bergambar Bp Ahok. Dengagn quote yang terkenal dari beliau :
“Kesuksesan anada tidak hanya dilihat dari nilai yang bagus, tetapi juga dari kejujuran. Belajarlah yang rajin dan tetap menjadi anak yang jujur”
100 lembar Maximum-card (kartupos dengan prangko Prisma yang temanya sama) bergambar Bp Ahok untuk balasan anak2, yang belum ditanda-tangani ……
Ditandatangani oleh beliau sendiri, bukan cetakan, serta nama anak2 tersebut dipilih sendiri dibantu oleh kami, dan nama masing2 anak aka dituliskan diatas kartupos ini. Sehingga, kartupos ini mendapat nilai yang luar biasa dimata anak2 itu, karea sangat private. Buka hanya dimata anak2 yang melihatnya saja, tetapi di semua orang yang mengerti tentang dokumen dari seseorang, sebagai panutan banyak orang …..
Kami ‘berburu’ 100 tanda tangan Bp Ahok, untuk menuntaskan mimpi kami sendiri serta keinginan Bp Ahok demi kegiatan edukasi ini. Lewat jajarannya di Pemprov DKI Jakarta. Tidak gampang, memang! Satu tanda tangan saja susah, kesuali kita mau berdempet2an, menyeruak seperti waktu awal aku bertemu dengan Bp Ahok. Apalagi 100 tanda tangan, bukan?
Lihat tulisanku Testimoni tentang Gubernur Ahok, Pada Suatu Hari …..
Me & Ahok (Youtube)
***
Hari itu, Sabtu tanggal 23 Juli 2016 sekitar jam 1.00 siang, setelah sebagian besar tamu sudah pulang, anak2 itu dari beberapa SD di Jakarta, dikumpulkan. Dibantu oleh Bp Rizal dari PT Pos Indonesia serta teman2 panitia, kami membagikan semua kartupos dan prangkonya kepada mereka. Masing2 1 lembar.
Lalu Bp Rizal member contoh dan menerangkan untuk menuliska harapan anak2 tersebut tentang Jakarta di sisi ‘berita’ di balik kartupos nya. Lalu alamat si penerima yaitu Bp Ahok sendiri serta alamt sekolah si pengirim.
Kami mau anak2 menuliskannya memakai alamat sekolahnya, bukan alamat rumah. Karena jika alamat sekolahnya berarti kepala sekolah dan guru2nya juga teman2 sekolahnya, ikut terinspasi mendapat surat dari Bp Gubernur Jakarta, Bp Ahok. Sehingga merekapun mungkin ingin mendapatkan balasan dari Bp Ahok dan menulis surat kepada beliau. Bukan SMS, bukanemail melalui web DKI, melainkanmenulis surat konvensional memakai kertas dan amplop serta dikirim melalui kantor pos …..
Hahaha ……Ketika anak2 itu menulis kalimat per-kalimat, terlihat mereka susah sekali mereka kesusahan menuliskannya! Padahal bukan surat panjang, tetapi hanya 1 atau 2 kalimt saja untuk menggambarkan harapannya tentang Jakarta.
Aku ingat, jaman aku SD, kelas2 saja aku sudah berani memasang fotoku di halaman ‘’Sahabat Pena” Majalah Bobo, sekitar tahun 1978 dan mendapatkan ratusan suart2 dari seluruh penjuru Indonesia. Dan tahun 1979, fotoku juga ada di halaman “Pen Friends”, di salah satu majalah remaja dari Amerika, aku lupa nama majalahnya, dan ratusan surat pun banyak aku terima per- bulan sebagai sahabat pena.
Lalu tahun 1982, aku sudah menulis ke banyak tokoh dunia untuk mendapatkan balasannya, berupa foto dan tanda tangan mereka. Ketika teman2 sebayaku masih bermain layangan atau bermain sepeda2an, waktu itu aku sudah mempunyai sahabtavpena dari seluruh penjuru dunia, bahkan berteman dengan tokoh2 dunia ….
Jadi, ketika aku melihat kesusahan anak2 itu untuk mengeluarkan pendapatnya tentang Jakarta, aku mulai berpikir keras, apa yang salah dalam pendidikan kita? Bahkan jaman aku SD pun, pelajaran mengarang dari Bahasa Indonesia pun merupakan salah satu pelajaran favorite, karena untuk melatih otak berkomunikasi lewat MENULIS ……
Tapi dimana2,anak2 itu adalah makhluk yang lucu2. Posis2 mreka menulis memang aneh2 bahan sambil ‘nungging’ pun mereka lakukan, demi kenyamanannya. Hahaha …… sungguh ucu …..
Waktu untuk menulis singkat kepada Bp Ahok memang sangat cepat. Hanya 15 sampai 20 menit saja, karena mereka harus pulang, sudah dijemput bus sekolahnya. Sehingga teman2 panitia segera mengumpulkan kartupos2 dari anak2 tersebut untuk Bp Ahok.
Anak2 itu pun riang dan semangat ketika kami berkata bahwa Bp Ahok akan membalas surat2 mereka. Tetapi hanya 100 balasan ya. Entah apakah mereka mengerti atau tidak peduli bahwwa hanya 100 anak yang mendapat balasan. Karena mereka semua lebih dari 120 anak.
Selesai edukasi, kami panitia dan aku mulai membereskan barang2 kami untuk sekedar beristirahat. Sabtu dan Minggu adalah acara ‘Wisata Balaikota’ secara gratis, dimana sampa jam 6.00 sore akan tetap banyak warga yang datang ke Balaikota. Dan benar saja, sampai kami pulang karena kecapean sekitar jam 4.00 sore, pengunjung pun tetap berdatangan walau tidak terlalu banyak seperti di pagi hari …..
Bersambung ……
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H