Tugas sudah dibagikan, rapat terakhir terjadi, beberapa masalah baru timbul. Kurangnya koordinasi antar internal berbagai instansi, membuat beberapa hari menjelang hari “H” benar2 krusial! Chaos atau apapun namanya, semakin membuat masing2 dari kami stress tingkat tinggi.
2 hari sebelum hari “H”
Masih belum ada keputusan tentang tanda tangan Bp Ahok, karena Pemprov merasa tidak menyetujui desain Sampul Peringatannya. Aku yn stress, karena ketika Bp Ahok sampai tidak dapat datang, kami tetap bisa mendapatkan tanda tangannya, seperti prosesi pejabat2 Kementerian Kominfo yang pasti datang.
Bahkan di malam terakhir sebelum hari “H”, ketika teman2ku sudah datang ke Balai Agung yang mewah dan megah di Balaikota untuk mempersiapkan semuanya, aku masih berkutat menunggu Bp Ahok keluar dari kantornya, untuk mendapatkan tanda tangan beliau.
Satu hal yang aku ingat nasehat teman di pemerintahan, bahwa walau pejabat itu sudah berjanji akan datang di suatu acara, itu belum tentu datang mengingat kesibukan mereka dan bisa tiba2 dipanggil Presiden atau tiba2 ada tugas lain yang lebih penting! Sehingga, semua harus dipersiapkan sedetail2nya!
***
Di pendopo Balaikota, kantor Bp Ahok, jam 18.30 sudah ulai gelap. Beberapa lamu belum dinyalakan sehingga menambah keremangan cahaya. Aku duduk sendiri, karena teman2ku dalam panitia mempersiapkan Balai Agung dilantai atas. Petugas dan beberapa staff Gubernur, bolak balik bertanya kepadaku,
“Bu Christie, ada perlu apa bertemu dengan Bp Ahok?”
Dan aku tidak bosan menerangkan kebutuhanku untuk mendapatkan tanda tangan beliau. Semuanya adalah untuk kelancaran acaraku. Sampai mereka juga tidak bosan menerangkan kepadaku bahwa desainnya belum disetujui karena berhubungan dengagn fotoku bersama dengan Bp Ahok ketika aku pertama kali berjumpa di pendopo ini.
Tetapi aku pun terus ngotot. Ini memang yang aku bisa, ngotot untuk mendapatkan yang terbaik. Kupikir, jia memang beliau tidak setuju, paling tidak aku harus berbicara sendiri dulu, bukan menyerah kalah sebelum bertempur …..