By Christie Damayanti
Untukku, Singapore adalah hanya sekedar sebuah negara kecil, tetangga terdekat Indonesia, dan merupakan negara pertama aku ke luar negeri tahun 1976, ketika aku masuk berumur 6 tahun dan duduk di kelas 1 SD.
Untukku juga, Singapore merupakan sebuah negara transit, jika aku ingin ke negara2 lainnya yang lebih jauh, waktu menggunakan beberapa penerbangan yang bekerjasama dengan negara tersebut.
Untukku lagi, walau demikian Singapore adalah sebuah negara maju yang salah satu aku kagumi dengan konsep2 perkotaannya serta kedisipinannya. Yang juga merupakan focus nantinya “Jakarta mau seperti apa”, sesuai dengan tatanan kota dan urban desain ala Christie.
Singapore juga merupakan negara untuk seminar2 pekerjaanku, survey2 serta banyak desainer2 Singapore bekerja sama dengan ku untuk sebuah desain arsitektur di Jakarta. Ya, Singapore merupakan ‘meeting point’ desainer2 muda ……
Yang terakhir, untukku Singapore hanya sebuah negara yang aku datangi tiak pernah lebih dari 3 hari saja, untuk sekedar mencari oleh2 dan menikmati makanan enak dan barang2 murah …..
Tetapi ternyata sejak tahun 2012, Singapore “berubah fungsi” untukku …..
Tahun 2012
Sudah 2 tahun aku dalam keterbatasan lumpuh sebelah kanan tubuhku karena stroke. Dan aku tidak bisa hanya bergerak tetap di lingkunganku saja. Aku adalah seorang yang harus terus ‘mobile’, dan tidak betah hanya di 1 titik saja.
Aku adalah seorang traveler, bekerja untuk sebuah tujuan. Mencari referensi untuk sebuah karya, salah satunya menikmati wista dunia untuk konsep2 dan angan2ku di kepalaku.
Ketika aku cacat dan aku butuh baantuan prang lain, berarti aku harus mencari orang2 yang bisa membantuku, untuk berwisata dunia. Yang pasti adalah anak2ku untuk melatih mereka membantuku, melayaniku sambil bersenang2 berwisata ……
Mimpiku adalah berwisata ke Eropa membawa anak2ku yang memang belum pernah kesana. Tetai bagaimana mereka bisa jika mereka tidak kulatih untuk menjalankannya? Mereka sudah ‘keenakkan’ berwisata dengan nyaman, sementara aku yang melayani mereka, karena memang mereka masih pra-remaja.
Jadi, jika aku ingin berwisata, aku harus mengajari nanak2ku untuk benar2 memimpin perjalanan wisata itu, dengan ‘tugas lapangan’, terjun langsung tanp aku harus berteori mengajari mereka ……
Jadilah, tahun 2012 adalah pertama sekali aku ke luar negeri setelah stroke, dan anak2ku lah yang mengurus aku dan kedua orang tuaku. Mulai dengan cek-in pesawat, mengurus 2 kursi roda, mengurus hotel kami, akomodasi disana, transportasi disana dan sebagainya.
Hasilnya? Bisa dibaca disini …..
Ternyata, Anak-Anakku Bisa Mengurus Kami Sebagai ‘Disabled Persons’.....
Dan dari situlah aku yakin bahwa anak2ku bisa diandalkan untuk menjagaku berwisata ke Eropa, yang kami lakukan pada liburn sekolah selama 1 bulan di tanuh 2014 ……
Ketika Aku Membawa Anak-Anakku Keliling Eropa, Dengan Separuh Tubuh Lumpuh .....
Pertama kali, Singapore merupakan sebuah negara yang mempunyai ‘makna’ untukku, menuju mimpiku berkeliling Eropa ……
Tahun 2016
Tiba2 aku terpikir untuk ke Singapore lagi, karena mimpiku ‘go internasional’, berpameran di sana, dimulai dengan Singapore. Mengapa?
Karena Singapore adaah negara terdekat, dan negara ini mempunyai kegiatan dan komunitas “Filateli Kreatif” yang (sala satu) sangat kreatif. Dengan Museum Philatelic yang sangat kreatif, tema2 yang mendidik untuk anak2 dan remaja, untuk memulai hobi filateli.
Ditambah ada seorang sahabat filatelis mengatakan bahwa Diektur Museum Philatelic Singapore, adalah orang Indonesia, yang sudah tinggal di Singapore! Dan ini yang menambah semangatku, untuk memulai ‘go internasional’, lewat Singapore.
Aku siapkan surat2 dan proposal yang berhubungan dengan konsep materiku, untuk pameran Filateli Kreatif, dan kukirimkan lewat email, sekitar 1 bulan sebelum keberangkatanku kesana. Aku pun menyiapkan beberapa souvenir filateli untuk beliau. Dan pikiranku sudah melayang2, bermimpi dan terus membubung. Jika Tuhan berkehendak, siapa yang dapat melayan?
***
Rencana ini sudah ada di benakku sejak awal tahun ini. Tetapi masih ‘berat’, ketika aku memikirkan bagaimana aku berpameran disana dengan ‘Kain2 Nusantara’ Indonesia untuk 34 provinsi. Bagaimana aku bisa mendesain materiku disana, jika tidak ada yang membantu? Aku waktu itu benar2 hanya berpikir mengandalkan fisik dan kemampuanku saja, BUKAN MENGANDALKAN TUHAN …..
Tetapi ketika aku sadar, bahwa aku harus mengandalkan Tuhan, sekertika itu juga aku benar2 yakin dan percaya, jika Tuhan berkenan, aku akan bisa melakukan semuanya, lewat pertolongan Tuhan saja. Jadilah, aku siapkan hatiku dan segepok konsep2 surat dan proposalku untuk ku email kepada Direktur Museum Philatelic Singapore, Ms. Tresnawati Prihari …..
Persiapanku sungguh mendadak. Michelle 2 hari selesai ulangan umum sebelum libur Lebaran, aku memesan 2 tiket Jakarta – Singapore – Jakarta selama 7 hari. Beruntung aku mendapatkan tiket cukup murah hanya 700 ribu saja. Pemilihan hotelpun tidak berlama2, sebuah hotel di Circulair Quey, Hitel Robertson Quay, tempat kami bermalam tahun 2012.
Dengan kemantapan hati untuk berkarya sebaik2nya bagi Indonesia, dan hanya mengandalkan Tuhan saja, aku berangkat berdua saja dengan Michelle. Walau aku belum mendapatkan balasan dari Ms. Tresnawati Prihadi, aku tetap berangkat. Apapun yang terjadi, aku siapkan, karena aku benar2 percaya, jika Tuhan berkehendak, semuanya akan terjadi yang terbaik untukku ……
Jakarta kutinggalkan dengan bahagia, sebahagia hatiku untuk menuju mimpi2ku. Aku dan Michelle hanya membawa 2 kopor cabin, karena aku tahu, tidak mudah Michelle membawa kopor besar, dengan tubuhnya yang mungil, dan dia juga harus mendorong kursi rodaku.
Dan Singapore mempunyai makna yang lebih dalam lagi. Karena negara ini erupakan ‘penghubung’ untuk aku mulai ‘go internaional’ lewat hobiku, Filateli Kreatif. Singapore juga merupakan ajang awal kedewasaan Michelle untuk nantinya dia akan melanglang buana, setelah lulu SMA. Karena dengan perjalanan kali ini, aku banyak menggembleng Michelle untuk tegar dan tegap, berdiri diatas kakinya sendiri, membawa nama Indonesia, lewat study2nyaa di negara yang dia inginkan.
Singapore juga akan menjadi negara yang (mungkin) untuk aku ‘belaar mandiri’ dengan keterbatasanku. Belajar untuk mendapatkan apa yang aku butuhkan, lewat mimpi2ku. Dan belajar untuk aku bisa survive, ketika anak2ku (akan) meninggalkan aku, karena mereka HARUS meraih mimpi2nya sendiri …..
Singapore …… kami datang …… menuju mimpiku, berkarya bagi Indonesia ……
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H