Hutan Beton vs Pencemaran Lingkungan [Jakarta]?
Mungkin, tidak banyak atau bahkan tidak ada yang sadar tentang polusi jenis ini. Ketika penduduk perumahan Mentang Atas dan Menteng Pulo marah atas kesemena2an si pemilim bathing plant, siapa yang mau mendengar?
Sebuah mega proyek, pongah menantang penduduk perumahan, “Hai ….. lihatlah saya! Siapa kalian?” dan si peilik batching plant dengan seenaknya saja mengaduk pasir, batu dan semen untuk menjadi beton, dengan polusi kapur putih yang merusak paru2 …..
Perusahaan2 kapitalis membangun di lokasi2 yang menurut mereka strategis, lalu penduduk sebelumnya disingkirkannya. Membawa buruh2 kasar masuk di lingkungan lokasi strategis tersebut, dan “memindahkan” beberapa jenis kehidupan :
- Ketika sedang membangun : kriminalitas meningkat karena pertambahan buruh2 yang menambah titik ekonomi rendah (PKL, rumah2 kost murah dan prostitusi terselubung).
- Setelah selesai membangun : kehidupan borjuis dan masyarakat baru yang kemungkinan besar sangat berbeda dengan penduduk asli di daerh itu.
Setelah itu, Jika proyek itu berhasil, akan ‘mengarahkan’ proyak2 yang lain, mengerubungi lokasi tersebut. Lalu berenteng proyek2 baru bermunculan untuk mengembangkan usaha mereka, dan lokasi tersebut menjamur bak cendawan dimusim hujan …..
***
‘Turunan’ sebuah permasalahan, harus dipikirkan sedalam2nya. Sama seperti ketika sebuah desa dibangun, sehingga sawah2 terpaksa dilindas oleh bulldozer dan dibangun rumah2 diatasnya dan desa tersebut semakin maju.
Ada sebagian merasa senang dan bangga, desa nya menjadi ssebuah kita yang semakin maju. Tetapi ada juga sebagian penduduknya merasa tidak suak dengan kemajuan desanya. Mereka justru lebih memilih bertani dan mandi di sungai2 jernih dengan mata airnya.
Tidak ada yang bisa disalahkan, karena pikiran manusia tidak ada yang sama. Tetapi ketika pemerintah bijaksana, ada beberapa titik lokasi dibangun dan semakin bertambah maju, tetapi ada juga beberapa titik, jangan terbangun menjadi lokasi yang borjuis dan arogan.
Seperti misalnya untuk daerah Jakarta Selatan yang notebene merupakan zoning untuk daerah penyerapan. Pasti berbeda perlakuannya dengan Jakarta Barat atau Jakarta Utara yang memang untuk daerah perdagangan dan menghadilkan rupiah.