Aku bergulat dengan prmikiran, apa yang bisa aku lakuan lagi, untuk bertemu dan melakukan rencana2ku dalam kegiatanku. Terus berpikir dalam hening. Terus berdoa dan terus semangat. Sampai suatu hari di minggu terakhir bulan Mei 2016, sahabat terdekatku mengajak aku untuk langsung ketempat itu, tanpa memakai surat resmi untuk audiensi …..
Pagi itu, kami datang ke Gubernuran. Ke Balaikota Jakarta. Ya ….. salah satu mimpiku adalah bertemu dengan seorang Ahok, Gubernur DKI Jakarta sekarang ini. Bukan. Bukan karena beliau adalah seorang Ahok yang fenomenal, tetapi den ketegasannya cita2ku untuk perbaikan Jakarta, sedikit demi sedikit mulai berbuah.
Lihat fan-pageku di FB, betapa aku sangat mencintai Jakarta ssejak dulu ketika papa almarhum masih sebagai salah satu pejabat DKI untuk pembangunan dan pengawasan di seluruh Jakarta :
https://www.facebook.com/Jakartakotakita/
Kesaksianku tentang seorang Gubernur yang sungguh peduli dengagn warganya :
Pagi itu, kami adalah salah satu dari puluhan warga Jakarta yang ingin bertemu dengan pak Ahok, untuk banyak hal. Ada yang sekedar untuk bertemu dan berfoto bersama, seperti beberapa ibu2 diujung sana. Ada juga keluarga dari Codet, beserta ank dan cucunya, yang melaporkan masalah tanahnya, tetapi merepa pun ingin bersalaman dengan beliau.
Ada juga seorang petugan ‘orange’, ingin mengundang pak Ahok di Hari Perkawinannya. Dan beberapa permasalahan lain, sebagai warga kota yang mau Gubernurnya peduli kepada mereka.
Begitu juga aku, kami sebagai warga kota Jakarta. Aku membawa buku pertama ku tengan Jakarta dan buku ke-7 ku dari semua buku yang sudah aku terbitkan. Buku “Meneropong Jakarta dari Hari Nurani”, memang sudah aku persiapan jauh hari sebelumnya, dan aku ingin memperkenalkan buku ini di masyarakat luas, di Balaikota bersamaan dengan pameranku tentang Jakarta, di Hari Ulang Tahun Jakarta tanggal 22 Juni, yangke-489 tahun.
Ini adalah salah satu mimpiku untuk Jakarta. Ini adalah hadiahku untuk Jakarta!
Tidak lama kami menunggu dan sedikit ngobrol dengan beberapa warga disana serta dengan seorang petugas Balaikota, pak Ahok datang. Dan karena aku berada di atas kursi roda, sahabatku, Valentino, mendorongku dan berjejer yang terakhir dalam barisan penyambutan. Dan aku sangat excited.
Berdebar2 aku menunggu pak Ahok dan aku sudah persiapkan 1 buah buku ku untuk mendapat tanda tangannya, 1 buah bukuku juga untuk kuberikan kepada pak Ahok, 3 sampul Suratku untuk tanda tangan serta 1 bundel karya tulisan2ku tentang Jakarta, yang belum dijamah oleh beliau dalam pembangunan Jakarta.