Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

‘Rumah’ Menjadi Rumah Makan? Café? Warung?

19 April 2016   12:00 Diperbarui: 19 April 2016   13:31 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dimulai dengan apa yang dimasak ( apakah hanya sekedar memanaskan saja atau masak makanan yang ‘berat’ misalnya terasi dan bumbu2 Indonesia yang sungguh berat ), berapa besar kapasitas memasaknya dan apakah memasaknya seharian atau hanya sekali2 saja?

Ditambah dengan polusi bau. Belum tentu orang2 suka bau makanan, apalagi makanan2 khas seperti terasi ( ini yang sangat atau sering di komplain ), atau teri ( ikan2 kecil yang sebagian orang akan tergiur dengan baunya dan sebagian lagi akan bersin2 dengagn menusuknya bau ikan teri ). Juga bau amis ikan atau durian, dan bau itu termasuk ‘polusi’.

Belum lagi tentang sisa2 material makanan yang sudah dimasak dan sisa2 makanan yang banyak. Aku pernah melihat sisa2 material yang sudah selesai dimasak dan sisa2 makanan. Pertama, baunya akan menyengat jika ditumpuk beberapa saat. Kedua, berantakan sekali, karena namanya saja ’sisa2′. Ketiga, tidak higienis untuk sebuah cafe atau restauran karena akan banyak kecoak, tikus bahkan hewan2 kecil yang akan mencari makanan2 sisa, bahkan di mall!

Suatu saat aku sengaja survey sendiri di sebuah mall di bilangan Jakarta Pusat, tengah malam, karena justru aku mau mengamati hasil dari kegiatan ‘memasak’. Semua sudah tutup, aku hanya ditemani oleh satpam disana untuk mengamati daerah ‘food & baverage’, apa yang harus aku benahi untuk aku mendesain dan membangun mall di salah satu mega proyek-ku. Mall itu besar dan mewah. Bau segar tetap dipertahankan oleh manajemen masing2 resto atau cafe tersebut untuk menganulir bau2 amis sisa2 kegiatan hari itu.

Hmmmm, semua ok! Tetapi ketika aku berbalik untuk mengamati di daerah yang lain, tiba2 seekor tikus berlarian ( ada beberapa tikus kecil, atau curut ) keluar dari tempat sampah, walau aku lihat tempat sampah itu sudah kosong, tetapi mungkin belum dibersihkan.

Coba bayangkan jika tikus2 itu keluar pada jam2 sibuk mall. Dipastikan semuanya akan berantakan! Makanya, untuk kegiatan masak memasak, perlu sekali analisa dampak lingkungannya.

***

Kembali dengan kegiatan masak memasak. Berhubungan dengan artikelku kemarin bahwa dengan adanya restauran di sekeliling rumah kita, yang sebenarnya tidak boleh dijadikan restauran, analisa dampak lingkungan perumahan kita akan menjadi kacau. Sedianya hanya untuk perumahan murni saja, tetapi lingungan akan tercemar jika rumah kita dijadikan restauran. Polusi bertebaran di sekeliling rumah kita dan itu akan mengganggu kesehatan kita. Coba baca cerita tentang sebuah‘Exhaust Air System’, dibawah ini :

Sering disebut sistim Cerobong Asap Dapur, Cerobong Pembuangan Udara Kotor, berfungsi sebagai pembuangan udara kotor untuk menghindari deposit CO2 atau udara kotor lainnya yang bila dibiarkan akan sangat berbahaya pada lingkungan didalam ruangan atau disekitar kita.

Udara kotor bisa dihasilkan dari hasil pembakaran, reactor, proses biokimia, ruang pengecatan, ruang produksi, tempat macam-macam limbah terutama pada ruangan tertutup.

Exhaust Air System adalah bagian dari ilmu Tata Udara dan memiliki Standard design tertentu, sesuai dengan kondisi kebutuhan dan tata letak ruang yang akan di kondisikan agar ruangan terhindar dari tumpukan gas  CO2, zat kimia beracun, berkembang biaknya bakteri dan lain lain, yang dapat mengganggu kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun